“Sedikit buah dan vitamin, Tante. Buat Papanya Russel.”Odelina tidak menyebut nama Roni. Dia memanggil Roni dengan sebutan “Papa Russel”. Maksudnya adalah untuk memberi tahu orang-orang di sana bahwa kedatangan Odelina ke sana adalah karena Roni adalah ayah kandung Russel. Tanpa adanya hubungan ini, Odelina bahkan sama sekali tidak ingin menginjakkan kaki di ruang perawatan Roni.Andi dan Rita juga menyadari bahwa Odelina datang karena mempertimbangkan Russel. Saat ini mereka merasa keputusan memberikan hak asuh kepada Odelina adalah keputusan yang benar.Russel selalu bersama ibu dan bibinya. Hak asuh kepada Odelina tidak berpengaruh pada kehidupan Russel. Odelina juga dapat memberikan pendidikan terbaik untuk Russel.Dan yang paling utama adalah, kehidupan sehari-hari Odelina tidak banyak pertengkaran dan konflik. Perkembangan Russel tidak akan terganggu."Kak Shella," sapa Odelina saat melihat mantan kakak iparnya.Setelah bercerai, hubungannya dengan mantan mertua dan kakak ipar-
Andi juga berkata, “Odelina, simpan saja. Besarkan Russel dengan baik. Kami sudah akan sangat senang kalau kamu melakukan itu.”Nama baik putra mereka sudah rusak. Esok hari kemungkinan besar Roni tidak akan menikah lagi. Dia juga sudah pasti akan bercerai dengan Yenny. Russel adalah satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Saat ini di mata Rita dan Andi, cucu mereka adalah yang terpenting. “Bisnis restoranku lumayan bisa menghasilkan uang, Tante. Ini juga nggak banyak, kok. Kalian ambil saja untuk beli makan. Aku masih ada urusan, harus segera pulang. Nanti kalau Russel libur hari sabtu, aku bawa dia ke sini, ya.”Odelina memaksa mereka untuk menerima uang yang dia berikan. Tidak banyak, hanya empat juta. Rita terpaksa menerimanya sambil menenteng buah yang Odelina bawa untuk diserahkan kembali ke Odelina. Mereka saling menolak, hingga pada akhirnya Rita kembali ke ruang rawat inap dengan menenteng buah itu kembali. Shella membuka kantong yang dibawa Odelina dan memeriksa isinya, kem
Shella memang seperti itu, tetapi dia masih tahu berterima kasih. Shella berkata, "Toh, uang yang Odelina hasilkan itu buat siapa, sih? ‘Kan semuanya buat keponakanku, Russel. Nama belakang dia saja Pamungkas. Russel akan selalu jadi bagian dari kita, keluarga Pamungkas. Masa iya aku mau nyusahin? Aku malah senang kalau usaha Odelina makin sukses. Nanti kalau Russels sudah pegang kendali, pasti dia juga akan kasih pekerjaan buat sepupu-sepupunya, ‘kan? Nggak mungkin dia nolak."Andi dan Rita menatap tajam ke arah putrinya. Dipandang dengan tatapan seperti itu, Shella hanya cemberut, "Aku cuma ngomong, kok. Siapa yang akan tahu masa depani? Bisa jadi usaha keluarga Renaldi juga makin maju, anak-anakku nanti bisa jadi generasi kaya baru."Sambil berbicara, Shella berdiri, mengambil seikat anggur dari tas buah dan meletakkannya di atas meja samping tempat tidur, kemudian mengambil sisanya dan sebuah kotak suplemen, dia berkata kepada orang tuanya, "Ma, Pa, aku juga masih perlu istirahat.
Setelah keluar dari rumah sakit, Odelina bertemu dengan Daniel. Odelina berhenti, bertatap dengan Daniel. Tak lama kemudian, Odelina segera mendekat. “Pak Daniel kok ada di sini?”“Aku baru habis rehab medik, jalan-jalan saja sekarang. Tadinya aku mau ke restoran barumu, terus kebetulan lihat mobil kamu pergi, terus aku ikutin sampai ke sini,” ujar Daniel jujur. Daniel melihat Odelina menuju rumah sakit dan menebak bahwa Odelina akan menjenguk suaminya, itulah sebabnya Daniel mengikutinya. Jelas-jelas Daniel tahu Odelina tidak akan pernah rujuk dengan Roni, tetapi Daniel tetap saja takut dan berusaha untuk mencegahnya. Jika Odelina ke rumah sakit, Daniel harus mengikutinya. Jika tidak, dia hanya akan bisa memendam amarah di rumahnya atau bahkan malah akan marah-marah tidak jelas. Daniel yang dulu sangat stabil emosinya, kini sudah tidak bisa lagi seperti dulu setelah kecelakaan itu. Saat ini emosi Daniel sangat labil. Semua orang di keluarga Lumanto sangat hati-hati saat berhadap
Russel lahir dari rahim Odelina, tapi terasa seperti milik bersama. Semua orang menyayangi Russel dan memperlakukannya seolah-olah dia adalah anak kandung sendiri. Meskipun Odelina dan Roni telah bercerai, Russel tetap dikelilingi oleh banyak orang yang mencintainya. Dengan tumbuh dalam lingkungan penuh kasih, Russel pasti akan berkembang menjadi anak yang sehat.“Bisa dijemput jam 4 sore. Jam setengah tiga sudah bisa berangkat ke sekolah. Kalau Pak Daniel ada waktu, sore nanti bisa sama-sama jemput Russel ke sekolah. Russel pasti senang banget kalau lihat Pak Daniel.”Daniel berkata, "Aku biasanya fisioterapi di pagi hari. Sore sampai malam aku bebas. Duduk di rumah saja membosankan. Sedikit jalan-jalan bisa membuat hatiku terasa lebih baik." Meskipun sering menerima pandangan simpati dari orang-orang di luar, Daniel telah belajar untuk menerima hal tersebut dengan hati yang lebih terbuka. Saat bertemu dengan kenalan, Daniel kini dapat menyapa mereka seperti biasa, tidak lagi takut
"Kamu ini ada di pihak siapa, sih? Keluarga Pamungkas sial, keluarga Renaldi juga rugi. Kalau Roni dan Odelina rujuk, kamu juga yang akan ikut dapat keuntungan," kata Shella pada Chris."Belum lagi soal mendapatkan pekerjaan dari suami Olivia, bahkan Odelina pun bisa kasih pekerjaan untuk kita. Dia ‘kan baru buka restoran baru, pasti lagi butuh orang buat bantu-bantu, ‘kan?"Kalau mereka rujuk, sebagai kakak ipar, aku bisa bantu Odelina mengelola restoran barunya. Bukannya begitu akan lebih baik daripada mempekerjakan orang luar?" Chris juga ingin mendapat keuntungan, tapi dia tahu itu hanya mimpi. Chris meringis dan berkata, "Itu sih mimpi siang bolong." Setelah mengatakan itu, Chris segera pergi meninggalkan Shella untuk menghindari omelan lagi. Shella mengejar Chris dan memukulnyanya beberapa kali.Chris dan Shella terus mengikuti Odelina. Mereka melihat Odelina dan Daniel naik mobil. Daniel naik mobil Odelina, sedangkan mobilnya sendiri dibawa oleh pengawal. Pengawal Daniel meng
Semua spanduk-spanduk besar itu tergantung di depan hotel Blanche. Tanpa persetujuan Ricky, Rika tidak akan bisa menurunkannya. Rika sungguh kesal. Ricky tak menunjukkan diri sepanjang siang. Rika kira akhirnya dia bisa tenang. Siapa sangka Ricky malah membuat kehebohan seperti ini. Berita viral di Cianter hari ini sudah pasti tentang Rika. Sebenarnya Rika sangat tidak bersedia menjadi pusat perhatian di media-media publik seperti itu. Apa daya, statusnya dan Ricky memang sudah sangat mencolok dari awal. Netizen pun juga sudah terlanjur “mengikuti” kisah mereka. “Pak Ricky sudah dapatin Pak Riko belum, sih?”“Kalau mereka sampai jadi, mungkin nggak ya mereka mendobrak pandangan tradisional dengan mengadakan pesta pernikahan besar-besaran?”“Mereka berdua sudah sama-sama ganteng, kaya pula. Sayang banget. Berapa banyak perempuan yang nangis gara-gara mereka.”Rika masuk ke dalam hotel. Para pengawal mengikuti Rika sembari mencegah orang-orang yang ingin mendekatinya. Meski demikian,
“Rika, terharu nggak? Tulisan-tulisan di spanduk ini semuanya adalah kata hatiku yang sejujurnya. Aku tulus sama kamu.” Ricky memandang Rika dengan tatapan penuh kasih sayang. Rika berbalik badan. Dia ingin segera pergi. Baru saja beberapa langkah, Rika berhenti dan berbalik badan lagi, “Turunkan spanduk-spanduk itu!”“Kenapa diturunkan? Itu ungkapan perasaanku sama kamu. Kalau kamu nggak mau dengar, ya sudah, tetap digantung saja di situ. Kalau kamu melihatnya setiap hari, mungkin saja suatu saat nanti kamu akan percaya.”Rika memelototi Ricky lama sekali sebelum akhirnya kembali berbalik badan dan pergi. Rika sungguh tak bisa melakukan apa pun pada lelaki yang satu itu. Tak tahu malu! Entah bagaimana keluarga Adhitama mendidik putra mereka sehingga sangat tebal muka seperti itu. “Riko!” Ricky menyusul Rika, meraih tangannya. Para pengawal keluarga Arahan ingin menghentikan Ricky, tetapi mereka tak berani. Mereka tahu kemampuan bela diri Ricky sangat hebat. Jika para pengawal itu m
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke