“Nggak bisa begitu! Dia sudah bilang kalau takdirnya bertemu kita dan Nenek Sarah sudah berakhir, jadi kita nggak akan bisa bertemu dengannya lagi. Bahkan dia tetapi nggak akan mau menemui kita, sekalipun kita bisa menemukannya. Dia meminta kita untuk nggak mencarinya lagi,” jelas Ardian. “Orang yang punya kekuatan kayak dia itu akan pergi dan nggak akan mau menemui kita lagi kalau dia sudah bilang begitu. Baginya, semua orang punya takdirnya masing-masing termasuk pertemuan kita dengannya,” lanjut Ardian. Kania hanya bisa menghela napasnya lalu berkata, “Kalau begitu, sekarang kita cuma bisa menunggu.”Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai mereka bisa bertemu dengan calon menantu mereka. Penantian ini pastinya akan terasa panjang bagi mereka berdua. “Anak itu pasti nggak tahu cara mencari jodohnya. Bahkan dia juga sering sekali terlihat tanpa kita tahu apa yang dilakukannya setiap hari. Entah kesibukan apa yang sedang dia kerjakan. Sekarang, kita nggak perlu terlalu khawat
Matahari terbenam tampak menyinari wajah dingin Rika Arahan. Bahkan sinar matahari yang hangat saja tidak bisa menghangatkan wajah dingin perempuan itu. “Ricky, aku bilang kalau aku nggak suka bunga! Jadi, jangan pernah kirimkan bunga lagi padaku!” seru Rika lalu menyingkirkan buket besar bunga dan pergi begitu saja. Ricky meraih tangan perempuan itu berusaha menahannya lalu berkata, “Riko, aku sedang mengejarmu. Aku selalu memberikan calon istriku bunga ketika aku mengejarnya!”Ricky terus mengikuti Rika ke mana pun perempuan itu pergi. Para pengawal Rika yang berada di belakang Ricky hanya bisa berpikir untuk menendang pantat Ricky dari belakang tanpa bisa merealisasikannya. Ini semua karena Rhoma dan Katty sangat baik terhadap Ricky. Selain itu, Riko Arahan juga tampak sangat menoleransi sikap Ricky kepadanya. Walaupun Riko tampak kesal setiap kali Ricky berbuat ulah, dia selalu saja menoleransinya. Dia hanya bisa menatap Ricky dengan kesal sambil terus mengumpat di belakang Rick
Beberapa menit kemudian, Rika akhirnya bisa bernapas dengan lega setelah berhasil mengusir Ricky keluar dari mobilnya. Dia berpikir kalau dirinya bisa meninggalkan perusahaan dengan bebas. Namun, salah satu gadis pengejarnya kembali membuat ulah dan menghalangi jalannya. Gadis itu adalah Fani. Gadis itu melihat bagaimana Ricky terus mengganggu Riko yang membuat Riko sama sekali tidak berdaya. Akhirnya, Fani sadar kalau kunci dari keberhasilan mengejar Riko adalah terus mengejar dan mengganggunya tanpa tahu malu sedikit pun. Dia tidak perlu lagi peduli dengan reaksi Riko dengan pengejarannya. Hal terpenting adalah dia harus bekerja keras dan menunjukkan ketulusannya. Fani masih merasa kalau pengejarannya adalah suatu cara untuk menyelamatkan Riko dari masalah yang jauh lebih dalam. Bagaimanapun juga, Ricky adalah laki-laki dan Riko juga laki-laki. Hubungan asmara di antara kuda lelaki adalah hal yang tidak diterima di dunia ini. Namun, alasan utamanya adalah karena Fani tahu kalau Ri
Fani berusaha keras untuk melepaskan diri dari kedua penjaga itu. Kemudian dia berbalik lalu menampar wajah salah satu penjaga dengan sangat keras.“Kurang ajar kalian! Kalian itu cuma anjing penjaga di sini! Berani sekali kalian menyentuhku. Apa kalian memperlakukanku begini karena kalian tahu kalau aku bukan anak kandung di keluarga Gatara? Asal kalian tahu saja, ya. Felicia Gatara yang merupakan anak kandung keluarga Gatara saja tidak berani bersikap kasar padaku!” seru Fani penuh emosi. Sebuah suara tamparan saja tiba-tiba kembali terdengar setelah Fani selesai melontarkan caciannya. Namun, sekarang tamparan itu berasal dari tangan si penjaga keamanan yang menampar wajah Fani dengan kerasnya. Bagaimanapun juga, si penjaga keamanan itu adalah laki-laki, jadi tentu saja tamparannya akan terasa sangat keras dan menyakitkan bagi seorang perempuan seperti Fani. Fani langsung tertegun. Dia memegang sisi pipinya yang ditampar oleh si penjaga keamanan dengan wajah terpana penuh rasa tida
“Pak Riko juga tidak akan mungkin menyukaimu karena kamu adalah laki-laki!” seru Fani kesal lalu berbalik dan pergi meninggalkan Ricky. Dia sadar kalau dia tidak mungkin bisa mengalahkan mulut Ricky. Ibunya juga sering mengingatkannya untuk tidak mencari masalah dengan Ricky Adhitama. Bagaimanapun juga, Ricky adalah anggota keluarga Adhitama. Bahkan ibunya saja selalu bersikap sopan dan hormat di hadapan Ricky. “Kalian kembali saja bekerja dan tidak perlu lagi peduli dengan orang gila itu. Saya akan membantu kalian untuk tetap bertahan kalau sampai dia cari masalah lagi sama kalian,” ujar Ricky sekaligus berusaha menenangkan kedua penjaga keamanan itu. Dia juga ingin melihat apa mungkin keluarga Gatara akan membalas perbuatan kedua penjaga keamanan ini demi si penipu itu? Lagi pula, Ricky sudah tahu kalau keluarga Gatara akan menjadi target kekejaman keluarga Adhitama setelah Tante Yuna datang ke Cianter bersama Odelina saat itu. Bagaimanapun juga, orang yang dibunuh oleh kepala kel
Bagaimana mungkin Felicia bisa melepaskan klien pentingnya hanya untuk menjemput Fani? Bahkan sekalipun Felicia mungkin tidak perlu bertemu dengan kliennya ini, dia juga tidak akan bersedia untuk menjemput Fani. Kenapa dia harus menjemput penipu yang sudah mengambil segala hal yang seharusnya menjadi miliknya?“Siapa yang meneleponmu?” tanya Patricia Gatara setelah melihat putrinya tidak mengatakan sepatah kata pun setelah menerima panggilan telepon itu. “Fani yang menelepon,” jawab Felicia cepat. “Kenapa dia meneleponmu?” tanya Patricia lagi ketika mereka sudah masuk ke dalam hotel. “Dia bilang kalau mobilnya mogok, jadi dia menyuruhku untuk menjemputnya,” jawab Felicia. Raut wajah Patricia langsung berubah kesal lalu dia berkata, “Mama mengerti masalah ini. Mama akan memarahinya kalau sampai nanti dia mengeluh tentang masalah ini. Sekarang, dia nggak punya pekerjaan apa pun, sedangkan kamu harus pergi bekerja. Lagi pula, kita harus bertemu dengan klien penting. Selain itu, kamu j
“Mama?” Fani sangat terkejut karena yang mengangkat teleponnya adalah Patricia yang merupakan ibu angkat sekaligus kepala keluarga Gatara. Dia langsung mengubah nada suaranya menjadi sedih seraya berkata, “Ma, Ricky sudah menganiayaku. Dia mengempiskan ban mobilku. Sekarang, aku nggak bisa pulang dengan mobilku. Selain itu, cuaca hari ini benar-benar panas, makanya aku minta Felicia untuk jemput aku di sini.”“Lagi pula, sekarang kan sudah jam pulang kantor. Dia bisa menjemputku ke sini setelah dari kantor. Hal ini pastinya nggak akan memengaruhi pekerjaannya di kantor.”“Kenapa kamu cari masalah sama Ricky Adhitama lagi? Apa kamu nggak dengar apa yang Mama pernah katakan padamu? Jangan pernah mencari masalah sama Ricky Adhitama. Dia adalah anggota keluarga Adhitama yang luar biasa. Mama saja sangat hormat dan sopan saat bertemu dengannya. Tapi, kamu justru dengan beraninya mencari masalah sama laki-laki itu. Memangnya kamu pikir siapa kamu ini?” ujar Patricia penuh emosi dan tidak la
“Aneh rasanya kalau sampai dia nggak mengeluh soal kamu yang memintanya menjemputmu sama Mama. Selain itu, Mama pastinya sedang sangat bangga padanya karena dia berhasil memberikan keuntungan besar bagi perusahaan,” ujar Dania yang berhasil membuat Fani menggertakkan giginya dengan kesal. “Perempuan itu punya nasib yang sangat baik,” lanjut Dania terus berusaha memanas-manasi Fani. “Nggak!” seru Fani cemburu. Suami Dania akan dilupakan begitu saja kalau sampai Felicia bisa berdiri di kakinya sendiri dan menjadi kepala keluarga Gatara selanjutnya. Bagaimanapun juga, suaminya sudah bekerja sangat keras tanpa kenal lelah untuk Gatara Group, tapi pada akhirnya semua usahanya itu hanya untuk diberikan kepada seorang Felicia. Tentu saja, Dania maupun suaminya tidak bersedia hal ini terjadi pada mereka. Perang di antara putri palsu dan putri asli keluarga Gatara sedang memanas, sedangkan Olivia di Mambera sedang menjalankan hari-harinya sebagai orang paling berharga di dalam keluarganya.
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke
Yohanna mencubit gemas pipi adiknya dan berkata, “Kamu kangen sama aku atau kangen sama Ronny? Aku baru turun dari mobil tapi kamu langsung tanya di mana Ronny.” Saat itu Ronny baru saja turun dari mobil yang ada di paling belakang. Kebetulan sekali dia juga mendengar Tommy yang bertanya di mana dia kepada kakaknya. Seketika Ronny pun tersenyum dan memanggil Tommy, “Hey, Tommy, aku di sini.” Tommy dan Christian spontan langsung menoleh ke asal suara itu. Saat mereka memastikan itu benar adalah suaranya Ronny, mereka langsung meninggalkan Yohanna dan berlari ke mendatangi Ronny. Hanya saja karena masih belum terlalu dekat, mereka masih tidak enak hati meminta Ronny memeluk. Namun Ronny seakan bisa membaca pikiran, tanpa berlama-lama langsung menggendong Tommy dan berputar-putar. Setelah Ronny menurunkan Tommy, kini giliran Christian yang digendong dan diajak berputar juga. Mereka berdua sangat senang bisa bertemu lagi dan bermain dengan Ronny. Dari kejauhan Yohanna menyaksikan intera
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l