“Pak Riko Arahan?”Chintya mengetahui tentang Riko Arahan setelah Bram memperkenalkan mereka berdua. Chintya juga tahu kalau Riko Arahan adalah kekasih Ricky Adhitama. Ternyata Ricky Adhitama adalah seorang gay. Namun, anehnya anggota keluarga Adhitama yang lain sama sekali tidak menghentikan Ricky untuk bersama dengan Riko Arahan. Mereka juga terlihat tidak berniat memisahkan pasangan gay itu. Chintya mengakui kalau Riko Arahan memang sangat tampan. Namun, entah mengapa Ricky bisa menjadi seorang gay. Apa mungkin Ricky Adhitama tertarik dengan aura dingin yang dipancarkan seorang Riko? Chintya menatap Riko Arahan yang sebenarnya adalah Rika Arahan dari atas kepala sampai kaki. Dia sedang menduga-duga alasan sebenarnya mengapa Ricky Adhitama bisa sampai jatuh cinta dengan laki-laki ini. “Bu Chintya,” sapa Rika. Rika Arahan lebih tua dari Chintya dan dia juga lebih berpengalaman dalam dunia bisnis. Dia memiliki integritas dan mata yang tajam dalam menilai orang lain. Jadi, wajar saj
Rika langsung mengatupkan bibirnya lalu berkata, “Tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi tahun depan. Sering kali, kenyataan tidak sesuai dengan rencana.”Chintya tersenyum lalu berkata, “Benar, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Perubahan tidak terduga sering kali terjadi dalam rencana yang sudah disiapkan. Akhirnya, kita terpaksa harus mengubah rencana itu.”“Pak Riko, Apa Bapak tidak keberatan untuk berjalan-jalan bersama saya?” ajak Chintya.Rika menolak ajakan Chintya setelah memikirkan ajakan itu baik-baik dengan berkata, “Di mata orang-orang saat ini, saya adalah kekasih dari Ricky Adhitama, sedangkan Bu Chintya adalah tamu yang diundang untuk datang ke acara ini bersama Pak Bram. Jadi, sepertinya kebersamaan kita mungkin akan mempengaruhi citra Bu Chintya ke depannya.”Chintya cukup terkejut dengan jawaban Riko lalu dia pun berkata, “Saya tidak akan memaksa Pak Riko. Tapi, saya cukup terkejut dengan jawaban Bapak.”“Apa kamu merasa saya sudah mengakui
Rika mendelik dan berkata dengan nada penuh peringatan, “Kamu jangan mencoba mendekatinya. Itu miliknya Bram. Chintya adalah anak dari pemilik Sanggar Bela Diri Keluarga Baruna. Sejak kecil sudah berlatih bela diri dan memiliki kemampuan yang bagus. Sekarang dia menjadi pelatih di sana.”“Dia perempuan yang menyenangkan dan polos. Nggak ada niat jahat sedikit pun. Aku sudah lama nggak pernah ketemu orang yang begitu polos.”Selain anak kecil, dia melihat semua orang di sekitarnya adalah orang-orang yang penuh dengan kelicikan. Bahkan ada beberapa anak kecil yang juga ada niat tersembunyi. Mungkin karena orang-orang di sekitarnya rata-rata mengenakan topeng.Ketika Bram membawa Chintya datang, Ronald tidak di tempat dan tidak tahu jika perempuan itu adalah milik Bram. Setelah mendengar ucapan kakaknya, pemuda itu berkata dengan kecewa,“Ternyata sudah punya Bram. Aku benar-benar nggak berani mengusiknya. Aku merasa dia sangat menarik. Bukankah Bram ada penyakit? Dia nggak bisa dekat de
Ronald bergumam, “Kak, kamu sedang mempersiapkan diri untuk menikah? Meski kamu sudah menikah, kamu tetap mengurus Aurora Group. Papa dan Mama hanya ada kita berdua anaknya, harta harus dibagi rata. Aurora Group setengahnya adalah milikmu. Aku rasa posisi kita berdua lebih baik nggak berubah.”Rika tertawa dan berkata, “Aku sudah capek sekian tahun dan mau turun jabatan untuk istirahat, apakah nggak boleh? Kamu lelaki, seharusnya posisimu lebih tinggi. Tanggung jawab yang harus kamu emban juga harus kamu tanggung.”“Aku nggak merasa mengambil alih perusahaan merupakan tanggung jawab. Kakak juga ada hak waris, kita berdua ada tanggung jawab yang sama. Kakak kapan menikah? Ketika kamu menikah dan sedang bulan madu, aku bisa ambil alih dulu. Aku juga bisa mengambil alih ketika Kakak hamil dan melahirkan.”“Nggak, seharusnya Ricky yang ambil alih. Dia yang membawa kakakku pergi, seharusnya dia yang menggantikan Kakak.”Selesai mengatakan kalimat tersebut, Ronald mendapat satu pukulan lagi
“Iya, sudah kembali. Waktu hujan reda, Olivia sudah masuk. Nggak disangka tiba-tiba dari cuaca cerah menjadi hujan. Kata orang-orang di rumah, Kak Olivia biasanya suka minum sup, makanya di hari pernikahannya hujan.”“Ada kepercayaan seperti itu? Aku juga suka minum sup,” ujar Rika.Apakah kelak ketika dia menikah juga akan hujan?“Orang tua bilang begitu. Aku merasa itu hanya kebetulan. Wajar kalau cuaca berubah terus.”Ricky terkekeh sambil menyerahkan bunga ke hadapan Rika dan berkata, “Ini bunga pengantin dan aku berhasil merebutnya. Katanya yang mendapat bunga dari pengantin, dia yang akan menikah selanjutnya. Semoga benar.”“Rika, bunga ini untukmu. Semoga kita bisa dapat berkah dari Kakak dan Kak Olivia.”Rika terdiam sesaat dan kemudian menerima bunga tersebut sambil berkata, “Di mata orang lain, kamu itu penyuka sesama jenis. Melihatmu merebut bunga kakak iparmu dan memberikannya padaku, pasti gosip itu akan semakin heboh.”“Terserah mereka mau bilang apa. Asalkan kamu merasa
Rika menatapnya dan berkata, “Setelah pernikahan kakakmu, kamu masih mau ke Cianter?”“Kamu ada di Cianter, tentu saja aku mau ke sana. Kecuali kamu ikut aku kembali ke Mambera.”“Kamu benar-benar nggak ada pekerjaan,” ujar Rika.“Setelah lulus, aku bantu kakakku mengurus bisnis keluarga. Kakakku bilang aku itu sangat pemilih dalam hal makanan, tapi aku juga pintar masak. Dia mengaturkanku untuk mengelola bisnis restoran. Katanya kalau makanan di Mambera Hotel nggak cocok di aku, berarti juga nggak bisa memikat lidah para pelanggan.”“Sudah hampir sepuluh tahun aku mengelola bisnis restoran Adhitama Group. Aku sudah sangat stabil di posisiku. Meski nggak di Mambera, semua hotel juga akan berjalan dengan baik. apalagi setiap hotel ada manajer umum dan wakilnya. Aku hanya perlu tangani masalah penting saja.”“Meski aku tinggal di Cianter dalam jangka waktu yang lama, nggak akan ada masalah juga. Yang paling penting sekarang adalah, apakah aku masih bisa tinggal di rumah ketika tahun baru
Rika hanya tidak mengerti pengaturan hidup Nenek Sarah pada para cucunya. Bukan pertama kalinya Ricky menjelaskan padanya. Dia bisa mengerti, tetapi tetap tidak bisa merasakannya. Mungkin karena dia bukan bagian dari keluarga Adhitama dan tidak tumbuh di keluarga itu.Dia juga menyadari bahwa orang tuanya Ricky dan yang lainnya juga tidak khawatir dengan pernikahan mereka. Mereka membiarkan Nenek Sarah yang mengurusnya. Apa pun penampilan dan latar belakang calon menantunya, mereka tidak akan peduli dan menerima sepenuhnya.Mungkin sebagai orang tua, mereka kurang bertanggung jawab, sehingga Nenek Sarah yang merasa bosan akhirnya ikut campur dengan urusan pernikahan para cucunya.“Reputasi nenekku terbaik di Mambera. Dulu, Sanjaya Group dan Adhitama Group adalah musuh bebuyutan. Setiap bertemu dengan Nenek, mereka pasti akan mengalah,” ujar Ricky dengan bangga.Setelah itu dia lanjut berkata, “Semoga Nenek bisa panjang umur dan melihat kami semua membangun rumah tangga dan memiliki cic
Olivia tidak tahu bagaimana dengan para tamu. Setelah dia masuk, perempuan itu hanya bersulang sebentar dengan para senior. Namun, yang meminum anggurnya adalah Stefan. Olivia tidak boleh minum alkohol karena sedang hamil.Setelah itu, Olivia diminta istirahat di kamar karena takut kelelahan. Olivia sendiri memang merasa sedikit lelah. Begitu masuk kamar, perempuan itu langsung ingin tidur.Stefan terkekeh dan berkata, “Mandi dulu dan ganti baju baru tidur.”“Aku nggak perlu melayani para tamu?”“Aku sudah pulang, nggak perlu menjamu tamu lagi. Hari ini kita sudah kelelahan, istirahatlah lebih awal.”Stefan memeluk pinggulnya dan membawa perempuan itu masuk ke pelukannya. Dengan sayang dia berkata, “Hari ini kamu sudah kelelahan.”Olivia bersandar dalam pelukan lelaki itu dan menjawab, “Hanya sangat mengantuk saja. Kemarin malam hanya tidur sebentar saja. Aku langsung dipanggil kakakku ketika langit baru saja terang. Sekarang mataku sudah berat dan memintaku segera tidur.”Stefan melep
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke