Share

Bab 11

Author: Elyssa
Gianna masih terus berbicara panjang lebar dengan penuh percaya diri.

"Wah, psikologi itu rumit sekali. Gianna memang luar biasa."

"Gianna itu pintar, berwawasan luas, dan tahu banyak hal. Nggak kayak seseorang yang cuma tahu ongkang-ongkang kaki di rumah dan hidupnya numpang terus."

Darlene tahu Whitney sedang menyindir dirinya.

"Bibi Whitney, sebenarnya dalam psikologi, orang yang nggak mau mandiri juga ada penjelasannya lho." Gianna sengaja berlagak misterius, lalu mulai menjelaskan teori-teori panjang lebar, membuat Whitney sampai menepuk pahanya karena kagum.

"Vida, coba bayangkan. Kalau dulu Gianna yang menikah masuk ke Keluarga Bramantyo, pasti jauh lebih membanggakan! Sekarang lihat deh ...."

Sambil berbicara, Whitney melirik Darlene dengan tatapan merendahkan.

Vida pun merasa malu, berdeham ringan sebelum berkata, "Perempuan itu kalau terlalu pintar juga nggak baik ...."

"Benar. Soal itu, Darlene lumayan juga," lanjut Kenward dengan nada datar, entah sedang memuji atau mengejek.

Sebenarnya Darlene tak pernah peduli pada omongan Whitney maupun Vida. Namun, perkataan Kenward membuatnya merasa ingin membalas.

"Teori ketidaksadaran kolektif itu dikemukakan Jung tahun 1922, bukan 1923. Dan perbandingan gunung es pertama kali dicetuskan oleh Fechner, lalu dipopulerkan Freud. Jung yang merupakan murid Freud, kemudian membaginya lagi menjadi bawah sadar pribadi dan bawah sadar kolektif ...."

Begitu Darlene selesai berbicara, wajah Gianna langsung memucat.

"Hal dasar begini saja kamu salah. Jangan-jangan gelar doktormu nggak asli ya?"

"Darlene, kamu jangan asal ngomong!" sergah Whitney, melihat Gianna hampir menangis.

"Aku asal ngomong atau nggak, coba saja cari di internet," kata Darlene.

Whitney segera mengambil ponselnya dan mengetik cepat, tetapi akhirnya malah diam karena hasil pencarian ternyata membenarkan Darlene.

Gianna buru-buru mencari alasan. Katanya akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan desain sampai lupa teori-teori lamanya.

"Lupa tapi masih sempat pamer ya ...," gumam Darlene.

"Darlene, cukup! Gianna itu tamu keluarga kita," tegur Vida yang tidak suka dengan sifat Darlene. Sungguh berbeda dari Darlene yang biasanya penurut.

"Waktu Whitney nyindir Darlene tadi, kenapa kamu nggak suruh dia diam?" Suara Harold terdengar dari ujung meja. Dia tampak puas karena menemukan kehebatan Darlene lagi hari ini.

"Nggak sia-sia aku dulu memilih Darlene jadi cucu menantuku. Masakannya enak, pengetahuannya luas. Kenward, kalau kamu berani memperlakukan dia dengan buruk, apalagi kalau sampai tergoda perempuan yang cuma cantik di luar, aku sendiri yang bakal turun tangan."

Saat mengucapkan itu, Harold menatap Gianna tajam, bukan menatap Kenward.

Gianna menunduk, pura-pura tidak mengerti maksudnya.

"Tenang saja, Kakek," jawab Kenward sambil melirik sekilas ke arah Darlene. Senyuman di bibirnya tampak hangat, tetapi matanya penuh sindiran. "Aku sudah memperlakukannya dengan sangat baik."

Darlene pun mendongak. Di mata Kenward, dia melihat senyuman yang menusuk. Mungkin di pikirannya, perhatian seperti itu memang sudah lebih dari cukup.

Setelah makan malam selesai, Kenward membawa Darlene dan Gianna pergi. Gianna tampak murung. Begitu sampai di mobil, air matanya mulai jatuh.

"Gianna, Kakek bukan bermaksud menyinggungmu," hibur Kenward.

"Mm, aku tahu .... Aku cuma ... aku cuma ingin memberi kesan baik di depan keluargamu. Soalnya sudah lama nggak ketemu. Tapi ternyata malah jadi begini .... Maaf ya, Kenward, aku malah bikin kamu malu ...."

Suara Gianna bergetar, tangisannya terdengar semakin sedih. Dia seperti bunga yang basah oleh hujan.

Darlene melihat Kenward merangkul bahu Gianna dengan lembut, menuntunnya masuk ke mobil. Dia sempat ingin bilang kalau tidak perlu diantar pulang, tetapi sebelum sempat membuka mulut, Kenward sudah lebih dulu berbicara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 100

    Belum sempat dia minum, gelas anggur itu sudah direbut oleh Kenward."Dia cuma karyawan kecil. Kalau Pak Devan harus berurusan dengan dia, itu sama saja dengan merendahkan diri." Kenward meneguk habis isi gelas itu."Ah, iya, iya, Pak Kenward benar. Kalau begitu, aku minum satu gelas lagi sebagai hukumannya." Devan juga menenggak segelas.Keduanya terus minum, sementara Darlene yang duduk di samping merasa sangat bosan. Setiap kali Devan mencari kesempatan untuk menjejalkan minuman ke Darlene, Kenward selalu menghentikannya.Darlene tidak pernah membayangkan akan ada hari di mana Kenward mau membantunya menolak minuman. Meskipun begitu, kemungkinan besar alasannya hanya karena tidak mau repot mengurus dirinya kalau sampai mabuk.Saat itu, pelayan mengetuk pintu ruang privat, membawa satu hidangan baru."Ini khusus aku pesan untuk Bu Darlene, pepaya rebus snow jelly. Bagus untuk kecantikan. Ayo, cepat dicoba."Selesai berbicara dan melihat Darlene tidak bergerak, Devan langsung mendesak

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 99

    Saka memarkir mobil, lalu ikut menyusul. Dia berjalan di belakang Kenward dan Darlene dengan tangan membawa tas dokumen.Darlene menyadari sesuatu, lalu menoleh dan bertanya kepada Kenward, "Kamu membawaku untuk membicarakan urusan bisnis?""Kalau bukan itu, apa lagi?" Kenward juga menoleh, beradu pandang dengan Darlene. "Masa kamu berharap aku membawamu untuk berkencan?"Darlene melihat jelas godaan dalam mata Kenward. Dia buru-buru memalingkan wajah. Senyuman Kenward yang menawan sedikit terangkat di sudut bibir.Tiga orang berjalan masuk ke hotel besar itu. Mereka menuju ruang privat yang sudah ditentukan.Hotel ini berbeda dari kebanyakan hotel mewah lainnya. Gaya dekorasinya sangat kental dengan nuansa kuno.Darlene mengikuti Kenward masuk ke ruang privat. Ruang ini berbentuk suite. Bagian luarnya seperti ruang makan besar di restoran kuno, dengan meja makan bundar berputar dari kaca yang sangat besar. Sedangkan bagian dalam suite lebih mirip kamar hotel, lengkap dengan lemari dan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 98

    Darlene akhirnya mencari sebuah klinik kecil dan mendapatkan obat untuk mengurangi bengkak dan meredakan nyeri. Di sisi lain, Kenward memberinya cuti sakit bergaji selama lima hari. Tidak ada pemotongan gaji.Meskipun demikian, Darlene tidak akan menganggap itu karena Kenward peduli padanya.Walaupun wajahnya tidak perlu lima hari untuk kempes kembali, memberinya lebih banyak hari libur memang lebih mudah untuk meredakan gosip di perusahaan.Saat Darlene kembali bekerja, orang-orang yang membicarakannya memang jauh berkurang. Awalnya dia masih bingung, kemudian baru tahu ternyata Freddy sudah dipecat.Dengan latar belakang pendidikannya dan masa kerjanya di perusahaan, sebenarnya yang seharusnya dipecat adalah dirinya.Namun, surat pemecatan Freddy ditulis langsung oleh Kenward sehingga tidak ada satu pun di perusahaan yang berani banyak bicara.Mereka semua penasaran apa sebenarnya hubungan antara Kenward dan Darlene, tetapi karena takut terseret, mereka hanya bisa menahan diri di kan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 97

    "Gianna!" Evelyn sangat bersemangat, tetapi langsung ditahan oleh Gianna."Pelankan suaramu.""Hari ini si Darlene pasti akan dipecat oleh Pak Kenward, benar-benar memuaskan sekali!"Gianna tidak memberi komentar. Semalam, dia mengirim foto yang diam-diam dia ambil, foto Freddy dan Darlene yang sedang saling tarik-menarik, kepada Evelyn.Namun, dia tetap pura-pura bertanya kepada Evelyn, "Bukankah Freddy punya istri? Apa hubungannya dengan Darlene?"Semua sesuai dugaannya. Keesokan harinya istri Freddy datang ke perusahaan mencari Darlene dan membuat keributan.Reputasi Darlene di perusahaan sekarang semakin buruk. Jika karena masalah ini dia dipecat oleh Kenward dan keluar dari Grup Bramantyo, itu akan sempurna sekali.Namun ....Gianna melihat arah yang dituju Kenward saat membawa Darlene pergi bukan menuju ruang rapat, melainkan menuju lift.Di dalam lift, Darlene juga mengira Kenward akan memecatnya. Namun, ternyata Kenward membawanya ke area parkir B2."Kita mau ke mana?" Darlene

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 96

    Sekarang sudah lewat tengah malam. Mungkin masih ada orang di bar, tetapi di dek sudah tidak ada siapa pun. Kecuali Darlene.Darlene datang sesuai janji dan melihat Freddy, staf penjualan itu. Katanya saat mereka berjalan-jalan di tempat wisata siang tadi, dia membantu Darlene memotret beberapa foto dan ingin mengirimkannya.Namun, Darlene merasa itu hanya alasan untuk menambah kontaknya. Keduanya mengobrol, lalu Freddy mengajaknya melihat pemandangan laut di dek. Darlene menolak tiga kali. Freddy sampai melakukan panggilan video dan akhirnya dia terpaksa setuju."Kamu ngotot banget minta aku keluar, ada urusan apa?" tanya Darlene langsung.Freddy kelihatan polos. Senyumannya pun tampak jujur. "Darlene, sebenarnya aku sudah lama memperhatikanmu di kantor."Kalimat pembuka itu membuat Darlene mengira Freddy ingin menyatakan cinta."Aku tahu aku nggak bisa dibandingkan dengan Pak Kenward ...."Freddy yang tiba-tiba menyebut Kenward, membuat ekspresi Darlene berubah."Tapi bulan depan aku

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 95

    Entah kenapa, Darlene tiba-tiba muncul rasa ingin bersaing. Dia mulai mempercepat gerakan. Orang itu sepertinya juga memahami maksud Darlene dan juga mulai mempercepat gerakan.Keduanya pun saling berlomba dan akhirnya Darlene terlambat selangkah.Ketika muncul kembali ke permukaan, Darlene melepas kacamata renangnya dan melihat ke jalur renang sebelah. Orang di jalur sebelah itu juga melepas kacamata renang dan memperlihatkan wajahnya."Kok kamu di sini?" Melihat Kenward, Darlene membelalakkan mata. "Kamu nggak pergi ke pesta dansa?""Pesta dansanya sudah lama selesai."Mendengar ucapan Kenward, barulah Darlene sadar kalau ternyata dia sudah berenang selama itu.Kenward yang berada di dalam air berbeda dengan saat siang hari di taman air. Dia tidak mengenakan atasan, hanya mengenakan celana renang. Bagian atas tubuhnya yang terekspos, terlihat berotot dan proporsional. Di kolam renang biru jernih, dia terlihat seperti pahatan marmer yang halus.Darlene tak menyangka dirinya berlomba d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status