Beranda / Romansa / Pernikahan Hampa / 4. Kumenangis Membayangkan

Share

4. Kumenangis Membayangkan

Penulis: Mira Restia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-25 10:32:10

Semua yang baru aku mulai sudah hancur. Beberapa hari ini aku dan Lucas semakin kaku. Tidak ada pelukan lagi, tidur saling membelakangi. Akan tetapi, dia tidak ingkar janji ternyata. Di sosmed manapun tidak ada foto Amanda. 

Aku menurunkan ego, mencoba menyusun kembali serpihan hati yang hancur karena ulahnya. Kita akan mulai dari awal, karena seumpama berpisah lalu mencari pengganti pun, tidak akan menjamin terhindar dari yang namanya sakit hati.

Mungkin, aku harus belajar memaafkan. Tidak mengungkit-ungkit kesalahan Lucas, dan mengetuk hatinya supaya berpihak padaku. 

Aku akui aku tidak menyenangkan untuknya, tidak paham apa kesukaan dan obrolannya walaupun dia sempat bercerita dengan antusias masalah kesenangan menulis Novel, tapi responku hanya mematung tak paham. Aku hanya bisa memasak yang enak untuknya, tanpa bisa jadi partner diskusi yang baik. Mungkin, memang salahku yang tidak terlalu pintar ini.

Aku menghidangkan secangkir teh hangat. Sebelum bertengkar kemarin, biasanya dia akan tersenyum saat menerima apa pun yang aku hidangkan. Akan tetapi, beberapa hari ini sikapnya menyebalkan. Aku kehilangan senyumnya. 

Aku menyesal sudah mengeluarkan unek-unek dan menyalahkan dirinya, jika tahu akhirnya akan seperti ini. Malah semakin diabaikan. 

"Makasih, ya ,Flo."

Aku menatap Lucas lekat, merindukan dia berkata demikian padaku. Aku bahagia.

"Kamu kenapa, Flo?"

Aku menggeleng pelan. Akhirnya hanya keheningan yang terjadi.

"Makasih, karena sudah tersenyum disaat menikmati teh yang aku buat." Aku berkata padanya, memecahkan keheningan antara kami yang sejenak terjadi.

Lucas tertegun, aku tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba mematung. Seakan terlarut dalam lamunan. Seandainya saja aku bisa menebak hatinya, apa dia sedang melamunkan kebaikan atau keburukan. Sungguh, aku tidak tahu.

"Makasih juga karena kamu selalu ada untukku, Flo. Kamu sangat baik dan sabar."

Aku mengangguk. Ingin membalasnya dengan kalimat. 'kalau Mas sendiri, kapan ada untukku'. Namun aku tahan, aku belajar tidak terlalu baper, yang penting keluarga kami terselamatkan. Lalu suatu hari nanti dikaruniai anak, dan anak tersebut akan membuka jalan supaya kami bisa lebih saling menyayangi daripada ini. Mengubur kenangannya tentang wanita yang bernama Amanda.

"Sini, mendekat!" Lucas memanggilku. Aku mendekat. "Kita bisa nikmati teh ini sama-sama."

Aku menyesap teh dari cangkir yang sama dengannya. Saat mataku tak sengaja melirik ke arahnya, dia sedang menatap ke arahku dengan senyumnya yang khas. "Flo, kamu tahu. Kamu makin hari makin cantik."

Aku tertunduk, berjam-jam merias diri ternyata tidak percuma. Dia menyukainya.

"Seribu kali aku minta maaf mungkin sudah tidak layak. Tapi aku benar-benar minta maaf."

"Ya sudah, karena Mas sudah minta maaf, aku maafkan. Seperti katamu, selanjutnya jangan dibahas lagi. Kita bisa mulai dari awal."

"Kamu mau minta apa dariku untuk menebus rasa bersalahku?"

Berpikir sejenak, aku meminta sesuatu yang tidak pernah aku dapat sebelumnya. Sebetulnya hanya hal sederhana yang dia lupakan. "Aku ingin pergi liburan sama Mas. Gak apa-apa dekat juga."

Lucas mengangguk, ada rasa sesal terlihat dari wajahnya. Entah penyesalan seperti apa. Namun, aku harap dia tersadar, bahwa selama ini dia tidak pernah membuat diriku merasakan indahnya bulan madu. Setelah acara pernikahan  kami dulu, dia langsung bekerja lagi esoknya, tanpa membahas liburan berdua.

"Oke, Minggu depan insyaAllah. Aku akan cari lokasi yang menarik di internet. Sekalian booking hotel kalau udah dapet yang cocok."

Aku mengangguk penuh minat, melingkarkan pelukan pada lengannya. Berharap, semua ini akan terjadi selamanya. Perasaanku semakin tak menentu saat dia mengecup puncak kepalaku. Dan aku yakin, kini hatinya mulai luluh, mencintaiku.

***

Aku menyiapkan pakaian yang akan kami bawa berlibur, besok. Minggu lalu, dia berjanji akan mengajak berlibur. Kami akan pergi ke Bali, itu katanya. Selain baju, aku juga menyiapkan perlengkapan yang lainnya. Jadi tinggal berangkat saja besok.

Aku juga mengatur perencanaan pengeluaran, supaya tidak kebablasan. Menaruh pada dompet yang sudah disediakan, memisahkan uang pecahan kecil supaya memudahkan untuk belanja sesuatu yang urgent. Aku juga harus memikirkan budget oleh-oleh untuk ayah dan ibu. Ternyata, repot juga, ya. Padahal, saat masih kecil, berlibur tinggal berlibur saja. Tanpa harus terbebani hal apa pun.

Semua persiapan sudah selesai. Aku tersenyum saat meraih smartphone yang sedang berdering. Sangat kebetulan sekali Lucas menghubungi.

"Hallo, Mas. Untuk persiapan besok sudah, Oke."

"Sayang, kamu tidak ucap salam? Kenapa langsung nyambar gitu aja."

"Oh iya, sorry, Mas. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Tadi katamu apa? Udah siap semua?"

"Iya."

"Maaf sayang, aku jadi gak enak bilang sama kamu."

"Emang kenapa? Katakan aja."

"Jadi gini, temanku di rawat. Kita terpaksa batalkan penerbangan. Insya Allah, Minggu depannya lagi baru bisa pergi."

Aku tertegun, setia kawan sih boleh. Tapi 'kan masa harus membatalkan penerbangan. Konyol namanya. Memangnya, temannya yang sakit tidak punya keluarga?

"Kenapa, Mas? Hari ini Mas bisa jenguk dia dan besok kita liburan, kan masih ada waktu."

"Iya, nih, maaf. Masalahnya Mas harus nginep. Keluarganya di luar kota semua. Maaf."

"Siapa yang sakit?"

"Kamu gak akan kenal, dia temanku."

"Teman dekatmu cuma Mas Dean, dan aku kenal sama Mas Dean."

"Bukan dia. Ini teman lamaku saat kuliah, dia baru pulang dari Singapura. Makannya di sini cuma sendiri. Aku kasihan padanya."

"Kalau gak terlalu dekat, apalagi baru ketemu setelah sekian lama. Saranku, gak usah lah nginep segala."

"Ya, mau bagaimana lagi, saat kuliah dulu kami dekat. Dan jika dia tidak pergi ke Singapura lalu menetap di sana, pastinya kami akan tetap menjadi teman dekat."

"Care banget ya kamu sama orang lain. Sama aku kapan?"

"Jangan coba membentak, aku tidak suka istri pembangkang.

Membangkang katanya? Padahal aku hanya mengungkapkan keluh kesah. Masa dianggap membangkang. Lucas tidak adil.

"Oh, ya sudah. Aku tutup teleponnya. Silakan lanjutkan merawat temannya. Dia bisa mati kalau kamu terlalu lama menelepon istri."

"Istri tidak sopan, malah menyindir."

"Assalamualaikum."

"Tunggu!"

Aku akhiri panggilan telepon. Lalu berbalik badan menghampiri tas yang tersimpan di kasur, di mana persiapan untuk berlibur ada di dalamnya. Tas itu seolah menertawakan aku, dengan kebodohan ini. Menyesal rasanya menaruh harapan pada Lucas. Padahal hanya minta berlibur, tapi seolah minta dibuatkan istana. Apa dia lupa sering pergi berlibur tanpaku?

Aku membuka kembali isi tas tersebut, menyusun kembali pakaian ke lemari. Sebenarnya, dalam hati ingin melempar pakaian-pakaian ini. Akan tetapi, sayang lipatannya sudah rapi. Aku bisa repot sendiri, karena susah payah dilipat lalu dilempar-lempar. 

Aku juga meraih smartphone, menghapus status WhatsApp tentang liburan, sebelum orang lain membacanya, dan hanya akan jadi cibiran nantinya. Malu banget lah, gagal berlibur.

Aku ingat perkataan Lucas saat kami bertengkar kemarin, kata Lucas dia menikahiku karena aku orangnya baik. Dulu awal pernikahan kami, dia pun sering mengatakan itu. Memangnya sebaik apa aku ini? Apa sebaik wanita Indosiang yang selalu diiringi lagu kumenangis membayangkan? Mereka sih enak, disakiti suami juga dapet duit dari rumah produksi sinetron. Lah, aku. Kumenangis sampe mati pun gak akan ada yang bayar.

Mungkin maksud Lucas baik dan bodoh itu sama. Oke, anggap saja dia punya kamus sendiri untuk mengartikan kata baik. 

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
mira restia
makasih banyak kak:)
goodnovel comment avatar
yenyen
chapt yang ini selalu bikin sedih..udah baca berulang ulang masih sedih juga ..feels kesepiannya dapet banget
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
hahahahahaha...hanya ada d indisianga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Hampa   EXTRA PART - POV LUCAS

    Aku seakan bermimpi, saat membuka mata di pagi hari, dan yang pertama kali aku lihat adalah sosok wanita yang kucinta. Dulu, dia mengisi hati ini kemudian pergi dengan membawa luka. Aku tidak bisa mencegahnya walaupun sudah berusaha menahannya. Dia tidak setuju dengan tawaran yang aku berikan. Tawaran untuk berpoligami. Entahlah, aku merasa tidak ada yang salah waktu itu. Hatiku tetap ada untuknya. Lalu sudah aku katakan berulang kali bahwa menikahi wanita lain hanya sebatas alasan yang mendesak. Bukankah pria mempunyai hak jika mampu? Tapi istriku tidak mau peduli dengan apa pun alasannya. Amanda mantanku, dia kembali setelah cukup lama tidak berjumpa. Dia datang dengan tidak berdaya, sakit dan menyedihkan. Dia memintaku untuk melindunginya. Karena katanya, tidak ada satu pria pun yang mencintai wanita lumpuh dengan tulus. Karena akulah penyebab dia kecelakaan. Aku merasa bersalah mendengar kata-katanya. Dia memukul terus kakinya yang pincang, dan ha

  • Pernikahan Hampa   62. TAMAT

    Semua mata tertuju padaku bukan karena pernyataan Lucas, tapi karena aku tersedak dengan tiba-tiba. Wajahku pasti terlihat konyol saat ini, aku malu. Lucas memberiku segelas air putih dan aku menandaskannya dengan segera. Saat ada kalimat selamat yang terlontar dari mulut mereka secara bergantian, hatiku belum sepenuhnya sadar. Seakan Lucas sedang membuat konten prank di Chanel YouTube untuk menjahiliku. Tapi saat aku melirik ke arahnya dia nampak serius. Kami pulang. Sepanjang perjalanan pulang Lucas nampak tersenyum. Pria gila itu selalu berhasil mewujudkan keinginannya. Sementara aku mendadak gugup, tak berselera untuk bicara namun jiwaku terasa hangat. Walau caranya membuat aku jengkel, tapi aku suka saat dia meminta aku kembali jadi miliknya. Lucas menerima panggilan telepon, entah dari siapa. Namun raut wajahnya nampak lesu dan risau. "Huh, merepotkan!" umpat Lucas. "Ada apa?" tanyaku ragu-ragu. "Papah masuk rumah sakit, dia pecah pembul

  • Pernikahan Hampa   61. Lucas Membawaku Bersamanya

    Aku paham, butuh waktu cukup lama untuk seseorang memahami isi hati orang lain. Begitupun bagi Andrean, meskipun Lucas sudah merangkul dan meminta maaf. Dia mematung, tidak ada minat sedikitpun untuk berbicara dengan Lucas. Tak lama dia memilih pulang. Dia hanya pamit kepadaku dan tidak menanggap Lucas ada di dekatnya. Lucas menatap punggung Andrean hingga menghilang. Tertunduk dan melamun, mungkin saja Lucas ingin hubungannya baik seperti dulu kala. Menjalani masa kecil bersama, sekolah dan masuk universitas yang sama dan kini hubungannya retak hanya karena masalah hati. Aku paham pahitnya ditinggalkan sahabat sendiri. Cukup lama aku dan Lucas berada di ruang yang sama namun memilih saling diam dari tadi. Akhirnya Lucas menatap ke arahku dan tersenyum. "Flora, lagi sibuk? Apa bisa minta waktumu sebenar saja buat ikut denganku?" Aku tersenyum, tidak biasanya dia meminta waktuku dengan sesopan itu. Lucas berkata kembal

  • Pernikahan Hampa   60. Membesarkan Anak Sendiri

    Aku melempar pakaian Lucas ke lantai di kamar. "Cepat pakai pakaianmu! Memalukan! Mentang-mentang tidak ada Renata, so merasa jadi anak muda? Jangan coba-coba tebar pesona padaku! Tidak akan mempan." "Siapa yang tebar pesona? Terus menurutmu, cara pakai handuk seorang bapak satu anak bagaimana? Apa dililitkan di leher, hah? Atau diikat pada dua kaki seperti orang yang sedang diculik penjahat? Kamu akan lebih menjerit histeris jika melihat aku seperti itu." Ah sialan, kenapa Lucas berkata seperti itu aku malah membayangkan Lucas melilitkan handuk ke leher dan kaki. Aku jadi frustrasi membayangkan visual aneh itu. Sepertinya Lucas melangkah mengambil pakaiannya yang tercecer. Entahlah, setelah dengar ocehannya aku langsung menutup pintu tanpa menatap ke arahnya. Kemudian aku menyeduh macchiato untuk kami berdua. Lucas keluar kamar dengan stelan casual warna denim. Seingatku, pakaian itu aku yang pilihkan, belanja di online shop saat ada diskon dan grati

  • Pernikahan Hampa   59. Roti Sobek Lucas

    Lucas menggendong Andrean. "Mau kita buang ke mana pria brengsek ini?"Aku teramat resah, masa iya Lucas mau membuang Andrean seperti barang bekas. Apa mungkin dia akan melempar Andrean ke lapangan yang tandus seperti halnya membuang Amanda kemarin itu?"Jangan becanda, Lucas." Aku mengikuti langkah Lucas yang pelan karena beban di punggungnya."Kamu parkir mobil di mana?" tanya Lucas."Aku gak bawa mobil, mobil ada di parkiran Cofee Shop. By the way, aku hanya berniat membawa Andrean ke pinggir dekat pohon itu. Kita bisa taruh dia di sana saja, lalu pura-pura tidak tahu apa yang terjadi." Aku menunjuk pohon besar yang di depannya terdapat tong sampah."Andrean tidak akan muat jika masuk ke tempat sampah sekecil itu. Kita butuh TPS berukuran besar.""Ayolah, Lucas! Kamu tahu sendiri maksudku adalah taruh Andrean di pinggir pohon, supaya tidak menghalangi jalan. Bukan menaruh Dean di tong sampah."Lucas tersenyum, sambil terus berjalan

  • Pernikahan Hampa   58. Mantan Suami Rese

    Sejenak, aku merasa diri ini kehilangan akal sehat karena membiarkan mantan suami mengecup puncak kepalaku. Dan bisa-bisanya aku memejamkan mata menahan degup jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Bibir Lucas enggan berpindah selama beberapa menit, mungkin dia keterusan. Aku membuka mata, tersentak saat melihat ada orang yang lewat sehingga tanpa sengaja menyundul kepala Lucas. Menyisir rambut dengan jari, dan merapikan posisi baju yang hampir kusut. Aku hampir melupakan Lucas yang sedang meringis menahan sakit pada bibir. Dia menutup mulut dengan kedua tangannya, dengan ekspresi bodoh sedang menahan sakit. Lucas menatapku. "Agghh ... dasar cewek preman! Lihat ini! lukaku bertambah lagi di bibir. Apa bedanya kamu dengan scurity di kantor Papah?" Sembarangan, bisa-biaanya Lucas menyamakan aku dengan scurity kantor yang bertubuh besar. "Suruh siapa kamu begitu lancang mencium kepalaku? Lagian kamu pikir kepalaku juga tidak sakit beradu dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status