Share

Dua Ajakan

Penulis: JolaSky
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-06 21:01:34

Diam termangu di tempatnya, Nova menelan ludah berat melihat kepergian Mark barusan. Namun tubuh Nova tidak bisa diajak untuk bekerja sama. Seharusnya ia menghalau Mark agar tidak pergi dari hadapannya dengan perasaan marah yang membuat suasana berubah mencekam.

Apa salahku? batinnya. Nova hanya memberikan reaksi yang seharusnya . Tidak ada niatan untuk membuat Mark tersinggung.

Brak!

Emosi Mark memuncak, dan pintu unit apartemen Nova menjadi sasarannya. Hampir saja jantung Nova mencelos mendengar suara debuman kasar yang juga menciptakan efek kejut dari perutnya.

Sambil mengelus perut dengan sayang, memberikan sedikit kenyamanan agar bayi di kandungannya sedikit tenang, hanya itu yang bisa Nova lakukan.

“Maafkan mama dan om Mark, ya. Tidak sengaja membuat kamu kaget, sayang,” katanya. sekali lagi Nova menoleh ke arah pintu. Bayangan Mark sudah hilang dari pandangan, ia bernapas lega. Setidaknya kali ini jantungnya tidak perlu berlama-lama bersitegang dengan kekhawatiran yang mem
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Tertangkap Basah

    Dua lilin bergoyang mendayu-dayu saat angin tipis berhembus. Nova menaikkan sedikit resleting jaket yang ia pakai. Satu-satunya penyelamat di tengah hawa dingin yang terasa menusuk tulang. “Maaf, tidak seharusnya aku mengajakmu kesini.” Mario menatap Nova sendu. Ada sorot sendu yang begitu besar berusaha disembunyikan oleh pria itu. Nova mengulas senyum, berusaha menunjukkan bahwa keputusan Mario mengajaknya ke sini bukanlah keputusan yang salah. “Ini bukan salah kamu. Kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi cuaca yang sesungguhnya,” balas Nova bijak. Ia cukup pandai untuk membuat orang lain nyaman dengan sisi perhatiannya. Tak heran baik Mark maupun sang mantan suami–katakan saja mantan–kerap kali gagal berpindah hati. Suara deburan ombak pantai. tak jauh dari tempat mereka duduk terdengar menyelinap diantara perbincangan Mario dan Nova. Keduanya bungkam, sesekali saling melempar pandang satu sama lain. Memenjarakan pikiran nakal yang berkeliaran di kepala adalah hal yang paling

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Korea

    Angga memandangi selembar tiket pesawat dengan destinasi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Namun kini, pria itu sudah berada di lounge bandara khusus untuk para penumpang elit seperti dirinya. Ia menghembuskan napas pelan, menyaring semua energi yang bergumul dalam dirinya sekaligus menyegarkan otak dengan pemandangan lapangan parkir pesawat di depannya, “Satu cangkir cappucino panas, selamat menikmati Pak Angga.” senyuman manis salah satu staf lounge seharusnya bisa sedikit mengalihkan penat di pikiran Angga saat ini. Dulu, ia bisa dengan mudah tertarik oleh wanita manapun yang menggodanya. Meski tak satupun dari wanita itu bisa meluluhkan perasaan Angga yang keras hati. Bagi Angga, semua wanita adalah investasi. tapi itu adalah prinsipnya dulu. Sebelum ia benar-benar menemukan sebuah alasan untuk mencintai. “Terima kasih,” balas Angga. Memberikan senyum tipis tetapi kekuatannya mampu membuat sang pegawai lounge salah tingkah di tengah tuntutan dirinya yang harus bersikap

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Obrolan Tentang Wanita

    “Silahkan masuk, Tuan. Ini adalah kediaman pribadi tuan Lee. Beliau berpesan Anda akan tinggal di sini selama berada di Korea. Kelihatannya beliau ingin menghabiskan waktu bersama anda. sahabatnya.” Angga memasuki sebuah penthouse berukuran besar dengan model interior yang tidak jauh berbeda dengan miliknya di Jakarta. Kepalanya mengangguk-angguk paham. Mereka berdua memiliki selera desain yang hampir sama. Tidak heran jika Dae Hyun memilih untuk membiarkan Angga tinggal di sini. “Terima kasih, Yeon Ji.”“Sama-sama, tuan. Semua kebutuhan anda sudah saya siapkan di kamar,” kata Yeon Ji , mengarahkan sebelah tangannya menunjuk ke satu kamar yang memiliki dua daun pintu besar. Bukankah itu kamar Dae Hyun? batinnya. Seakan bisa membaca pikiran Angga, Yeon Ji kembali bersuara, “Itu kamar utama di unit ini. Tapi Tuan Lee tidak menggunakannya. Beliau lebih memilih untuk menggunakan kamar tamu yang lebih kecil.” “Selalu seperti itu. Kalau tidak betah tidur di ruangan berukuran besar, kena

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pertemuan Tak Diduga

    “Ck! Kau menantangku, hm? Aku tahu kau tidak akan mudah menaruh hati pada wanita. Jangan-jangan kau hanya penasaran padanya.” Kedua tangan Angga dilipat di depan dada. Melemparkan pandangan mengejek sekaligus skeptis pada sahabatnya. “Ini berbeda. Dia sudah menarik perhatianku sejak pertemuan pertama. Dia cantik, sopan, penuh perhatian dan pandai menempatkan diri. Kalau aku hanya penasaran, satu hal yang ingin kuketahui.” Wajah Dae Hyun berubah serius. Sebelah tangannya mengusap dagu dengan pandangan ke langit-langit ruangan. Seakan apa yang ada di pikirannya saat ini adalah sebuah fenomena alam yang sulit untuk dipecahkan. Gelas wine di kedua tangan pria itu kompak digoyangkan demi menambah sensasi nikmat saat di tenggak. Pemandangan kota Seoul dan pantulan cahaya gedung-gedung pencakar langit di sungai Han mempercantik lukisan malam dari jendela unit penthouse ini. “Apa? Kenapa kau berpikir keras begitu?” “Aku penasaran, alasan apa yang membuat dia meninggalkan mantan suaminya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Bukan Ayahnya

    Kejadian kemarin malam membuat Nova menimbun rasa sungkan yang semakin besar pada Mario. Kejadian yang baginya sangat memalukan karena semalam, kecemasan Nova mendadak kambuh di momen yang tidak terduga. Nova keluar dari unit apartemennya. Tas selempang sudah tersampir di pundak siap untuk pergi ke restoran dan mengisi perut. Ting! Langkah Nova menuju lift terhenti, saat nyeri mulai menjalar di perut bagian bawahnya. “Akh! Aw, ya Tuhan. Sakit sekali.” Nova meringis. Bersandar di dinding koridor sambil memegangi perutnya. Rasanya seperti dicabik-cabik. Deretan tulangnya seakan dipatahkan secara bersamaan. Berusaha tetap dalam keadaan ini, pandangan Nova mengedar ke sekeliling. Berharap ada seseorang yang muncul untuk menolongnya. Tetapi sekian lama penantian sambil meringis ngilu, tidak ada sedikitpun tanda-tanda pertolongan. Nova hampir putus asa. Tubuhnya limbung. Kedua kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya sendiri. Nova luruh ke lantai, ringisan pilu terdengar kian kencan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Ajang Harga Diri

    Mario kikuk. Bagaimana cara perawat itu memandangnya terasa menguliti Mario hidup-hidup. Salah tingkah, seharusnya ia sadar diri sejak awal. “Um, jadi begini. Aku dan ibu bayi ini–” “Mario, sedang apa kau di sini?” Dua orang yang terlibat obrolan dalam suasana tegang itu menoleh bersamaan ke arah sosok yang tiba-tiba menyoroti mereka dengan pandangan penuh curiga. “Mark?” gumam Mario lirih. “Sedang apa kamu di sini? Dan ini, anak siapa?” Padahal rasa-rasanya Mario tidak melakukan kesalahan apapun, tetapi kenapa pertanyaannya terdengar sebagai sebuah tuduhan. “Bukan urusanmu,” balas Mario. Sikapnya berubah dingin, begitu juga dengan gestur tubuhnya yang defensif. “Mohon maaf, tuan. Sudah waktunya bayi anda untuk kami tangani lebih lanjut. Dimohon untuk tidak menimbulkan ketidaknyamanan diantara sesama pengunjung rumah sakit,” ucap perawat. Ia mengambil alih bayi dalam gendongan Mario. Menghindari perdebatan antara dua pria di sekitarnya.“Tolong kabari aku jika terjadi sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Salah Paham

    “Mark? Bagaimana kamu bisa ada di sini?” Baru saja Nova membuka matanya, tubuhnya masih terasa remuk seperti dihantam beban puluhan kilo beratnya. Namun ia berusaha untuk memfokuskan pandangan pada sosok yang kini berdiri di samping tempat tidurnya.Pria itu tersenyum, sebelah tangannya mengusap puncak kepala Nova dengan sayang. “Kamu sudah sadar, sayang? Syukurlah,” kata Mark. Tidak menjawab pertanyaan Nova tadi. “Kamu harus banyak istirahat, aku akan menemani kamu di sini.” Dahi Nova mengernyit bingung, sika Mark benar-benar aneh baginya. Ia hendak bersuara lagi, tetapi suaranya kalah cepat dengan Mark yang sudah menyodorkan segelas air putih padanya. “Minumlah dulu, kondisimu sangat lemah setelah melahirkan bayi yang tampan.” “Bayiku laki-laki?” Pertanyaan yang sebelumnya sudah sampai di ujung lidah mendadak berubah ketika di ucapkan. Nova hampir lupa, saat ini situasi tak lagi sama seperti sebelumnya. Selama beberapa saat Nova merasa kehilangan identitas aslinya sebagai seor

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Terhimpit Waktu

    Siapa yang pernah menduga kalau Nova akan kembali pada lingkaran setan dimana lagi-lagi ia terlibat bersama dua pria dengan ikatan darah yang sama. Apakah ini karmanya karena telah meninggalkan Angga tanpa kepastian. Nova memandangi Mark yang terbaring di atas sofa double untuk pengunjung. Tertidur pulas karena semalaman suntuk terjaga untuk menemani Nova mengasihi. Sudah pukul lima pagi, kedua matanya tak bisa diajak bekerja sama. Seharusnya, Nova mengistirahatkan diri dari segala kemelut pikiran yang tak menentu. Kenyataan bahwa Mark dan Mario adalah saudara sepupu cukup membuat ingatan di masa lalunya kembali terpanggil. Ini sama saja dengan mengulang momentum hubungan antara Angga dan Aldo dulu. Kegundahan di hati Nova semakin bergejolak. Dorongan untuk menemui Mario begitu besar demi mencari tahu kebenaran dan mengucapkan terima kasih secara langsung. Kembali Nova membuat melirik jam di dinding. Waktu hanya berlalu selama lima menit, terasa lebih lama ketika isi kepala terasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-13

Bab terbaru

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Mengukir Memori

    Denting bunyi alat makan yang beradu dengang mangkuk memenuhi setiap sudut kamar hotel tipe suite itu. Di meja makan kecil yang terasa intim, dua orang menghitung setiap detik dengan rasa bahagia di dada. Sekali lagi, Nova menuangkan beberapa jenis sayuran dan daging ke dalam mangkuk milik Angga. Begitu juga sebaliknya. “Aku belum pernah makan apapun sampai menambah porsi tiga kali. Kamu berhasil membuat berat badanku naik, ya,” ucap Angga sambil tertawa renyah. Senyumnya lebar, lepas tanpa beban. Kerutan halus di matanya, menjelaskan betapa tulus perasaan yang sedang pria itu tunjukkan di depan Nova. Nova ikut tertawa, hatinya tergelitik hanya dengan mendengar celotehan Angga barusan. Setelah sekian lama meredam senyum, hari ini adalah hari pertamanya tertawa begitu keras dan lepas. Suaranya mengudara bebas, seakan masa lalu tidak pernah membebani hidup Nova. “Berat badanku juga akan naik karena dari tadi kamu isi daging ke mangkukku tanpa henti, Angga,” sahut Nova tidak mau kal

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pagutan Pemersatu

    Nova baru saja membuka matanya ketika aroma masakan membelai penciumannya. Bersama dengan kesadaran yang masih mengawang, ia bangkit dan duduk di sisi ranjang, mengumpulkan serpihan kesadaran yang masih tercerai berai. Semalaman Nova terjaga hingga jam tiga pagi. Susah payah ia berusaha memejamkan mata dengan upaya apapun. Namun tidak satupun berhasil membawanya berkelana ke alam bawah sadar. Kini, di saat dia baru beberapa jam terlelap, dia dimanjakan oleh aroma sedap dari luar kamar. “Siapa yang pagi-pagi begini sudah menyajikan makanan?” ucapnya bergumam pelan pada diri sendiri. Dengan langkah gontai, ia melangkah menuju pintu. Rambut panjangnya menjuntai indah menutupi sebagian wajah Nova yang masih sangat cantik meski baru bagun tidur. “Selamat pagi,” ucap seseorang menyapa Nova. Suara berat itu langsung mengumpulkan seluruh kesadaran Nova karena dia tahu betul siapa pemilik suara itu. Tepat ketika Nova mengangkat pandangannya, tatapannya bertemu dengan Angga untuk sepersekia

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Apakah Ini Akhir Cerita?

    Pipi merona kontras dengan wajah pasi itu, tidak henti menjadikan kotak cincin di atas meja sebagai pusat perhatiannya, Nova bergeming dalam keheningan. Angga sudah kembali ke kamarnya sendiri setelah Nova memintanya untuk mengulur waktu dan memikirkan tentang masa depan ini. Di dalam ruangan itu, pikiran Nova hanyut pada nostalgia memori pernikahannya dengan Angga dulu. ‘Tidak perlu terlalu buru-buru. Apapun keputusanmu, aku akan menerimanya dengan lapang dada. Selama keputusan itu berasal dari hatimu, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga. Bersama ataupun tidak.’ Kalimat itu terus terngiang di telinga Nova sejak Angga meninggalkan kamar ini. “Tidak perlu buru-buru?” Nova bergumam, kemudian terdengar suara kekehan lolos dari mulutnya. “Aku adalah pembunuh adiknya, bagaimana mungkin dia menyimpan rasa padaku?” Nova dilema lagi. Seperti ada sosok lain dalam dirinya yang sengaja mengajaknya berdialog. Tidak ditampik, perasaan cintanya masih ada. Tetapi, kenyataan yang No

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Obrolan Bermakna

    Kamar hotel yang Nova pijaki saat ini terlihat lebih layak untuk dihuni dirinya dan bayi mungil yang kini terlelap di dalam stroller. Ketika memasuki kamar itu, rasanya jauh lebih tenang dibandingkan kamar hotel yang Nova tinggali sebelumnya. Setelah perbincangan panjang yang ia lakukan dengan Angga, pada akhirnya Nova menyetujui ajakan Angga untuk meninggalkan tempat itu. Dua hari Angga memberikan Nova waktu untuk berpikir keputusan mana yang akan ia ambil antara menetap di Korea sendirian atau menerima ajakan Angga untuk kembali ke Indonesia. “Ini kamar yang akan kamu tempati selama tiga hari ke depan,” kata Angga. Pria itu mensejajarkan langkahnya dengan Nova ikut memindai desain interior yang estetik didominasi warna putih dan biru. “Berkas pemindahanmu sedang aku urus. Tiga hari lagi kamu bisa kembali ke Indonesia. Dan jika kamu butuh apapun, kamu bisa panggil aku. Kamarku ada di sebelah,” ucap Angga lagi. Ia tersenyum canggung pada Nova, dan dibalas dengan hal yang sama. “

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Kenyataan yang Harus Diterima

    Tidak ada sedikitpun kebohongan di mata Angga ketika Nova mencoba menjelajah titik kejujuran di iris hitam Angga. Pria itu, masih berdiri di posisi yang sama. Sorot matanya cukup mampu membuat nyali Nova menciut. Angga tidak hanya memaparkan sebuah fakta, melainkan juga membujuk Nova untuk mengakui ada sesuatu yang hilang dalam diri wanita itu.Nva berkata lirih, ketika ia sadar situasi tidak berpihak padanya. “Kalau kamu tahu aku yang membunuh adikmu, kenapa kamu tidak penjarakan aku saja alih-alih balas dendam?” tanya Nova.Angga masih menatapnya lamat, dari bagaimana pria itu bersikap Nova tahu Angga tidak memiliki sedikitpun niat untuk menjerumuskan ke dalam bui. “Menyeretmu ke dalam penjara juga butuh bukti dan pengakuan langsung. Aku sempat merencanakan itu sebelumnya tapi…” ucap Angga menjeda. Sesuatu di dadanya mulai mengusik. “Rasa cintaku padamu saat ini jauh lebih besar dari dendam yang pernah tertanam di hatiku.” Setitik euforia kecil bergema di hati Nova. Sebuah alasan y

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Flashback

    Hari itu, seharian langit tidak secerah biasanya. Rintih hujan terus membasahi setiap sudut kota dan menyelimutinya dengan aroma romantis. Seorang wanita berjalan di antara lalu lalang orang-orang yang sibuk menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Sedangkan dirinya, sepeninggalannya dari rumah tadi, hanya kekesalan yang berusaha ia kendalikan. Langkah kaki wanita itu terasa berat. Apalagi tiap kali melirik ke ponselnya dan membuka pesan berisi video yang membuat dadanya berkecamuk. Sesampainya di depan sebuah gedung kos, wanita itu melepas sepatu flatnya yang basah. Menggedor pintu kayu di depannya dengan tidak sabar. Tak lama, seorang pria keluar dari kamar itu sambil memamerkan raut wajah bingung. “Kamu mau kesini kenapa tidak bilang dulu, sayang?” tanya pria itu. “Kamu harus jelasin sama aku akan satu hal,” balas wanita didepannya. Sorot mata tajam menghunus langsung ke ulu hati Andre, pria itu. “Jelasin apa, Nova? Apa aku buat salah?” Alih-alih menjawab, Nova malah menero

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Pemintaan Pengakuan

    Sofa biru muda di depan ranjang menjadi tempat Nova singgah sejak beberapa saat lalu. Di depannya sudah tersaji sepiring pasta yang Angga beli dari layanan pesan antar. Pria itu, kini tengah disibukkan dengan teko portable yang mengeluarkan kepulan asap. Aroma kopi menguar memenuhi setiap sudut kamar ini. Pergerakan Angga diam-diam menjadi objek pengamatan Nova. Setiap hal yang pria itu lakukan kini menjadi perhatiannya. “Kenapa tidak dimakan? Apakah menunya tidak sesuai seleramu?” tanya Angga. Ia mengambil posisi duduk di depan Nova. Sambil menaruh secangkir kopi di hadapan wanita itu. “Aku kenyang. Kamu saja makan masakan buatanmu,” jawab Nova ketus. Pandangannya sengaja beralih ke arah lain demi menghindari sesuatu yang terasa menggetarkan dadanya tiap kali menatap Angga. Angga menarik piring pasta dari hadapan Nova. Mengaduk pasta itu perlahan, kemudian menyodorkannya ke hadapan Nova. “Biar aku suapi,” kata Angga. Nova terlalu lama tenggelam dalam lamunan, hingga ia tidak me

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Negosiasi Rasa

    Kata orang, cinta juga bisa datang terlambat. Sama halnya seperti momen ini. Momen dimana sekujur tubuh Nova mematung saat berhadapan dengan sosok yang menghujam hatinya dengan kerinduan mendalam. Otaknya terasa mati karena Nova tidak bisa mendeteksi perintah apapun dari sana. Sedang Nova bergeming, ada sosok yang kini menatapnya penuh harap. Sosok itu berdiri tegak. Setegar karang yang tak jera menghantamnya dengan gelombang. Banyak cara Nova lakoni untuk menghabiskan keberanian Angga agar tak lagi menemuinya. Berharap dengan memupuk benci, hal itu akan membuat jarak diantara mereka semakin panjang. Sayang, yang terjadi justru kebalikannya. Angga lantang menerabas gelombang, hingga sebagian kecil dari dirinya enyah. Tidak lagi Nova lihat sorot angkuh di mata Angga, pun gestur cinta berlebihan terhadap diri sendiri pada pria itu. Berat Nova mencoba untuk menelan ludah, tapi, Angga justru mulai kembali bersuara. “Aku tahu ini keterlaluan. Tapi aku mohon, kali ini kita bicarakan dar

  • Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku   Mejemput Asa

    Secarik kertas di tangan Angga konsisten membuat pikiran pria itu terus berputar. Di dalam kursi pesawat, pemandangan kota-kota kecil di bawah sana sama sekali tidak menarik minat Angga untuk beralih sedetikpun dari kertas itu. “Kau sudah menatap kertas itu hampir satu jam lamanya, Tuan. Apa kau tidak ingin melihat pemandangan indah di luar jendela itu?” Suara Chris membuat Angga mendongak. Ia menatap sang asisten dengan sorot jengah seraya menghembuskan napas berat. “Kapan pesawat akan landing?” tanya Angga. Responnya sangat jauh dari konteks obrolan yang dibangun oleh Chris. “Bukannya ini sudah dua jam?” “Kurang lebih lima menit lagi kita mendarat, Tuan. Bersabarlah, kesabaran akan berbuah manis,” jawab Chris. Pria itu kembali memandang lurus ke depan. Dimana para pramugari tengah sibuk memberikan peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman. Angga kembali berkutat pada pikirannya. Bayangan ekspresi wajah Nova berubah-ubah di sana sesuai dengan asumsi-asumsi yang Angga ciptakan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status