Seorang wanita bercadar merah berjalan dengan angkuh dihadapan manusia yang menunduk memberikan hormat padanya. Dia adalah Queen. Seorang mafia kakap yang namanya bukan lagi recehan. Queen masih berusia belasan, namun darah psychopat yang dia miliki mengalirkan aura yang mencekam.
Seorang pria menghampirinya dengan tatapan lembut, "Honay, sudah lama kau tidak datang kemari. Apa kau merindukanku?" tanya Leon. Dia adalah pimpinan dari klan Tiger. Mafia yang bergerak dalam bidang 'Eksekusi' atau pembunuh bayaran.
"Aku ada perlu denganmu, Lee," kata Queen.
"Baiklah. Kalian semua keluar! Aku ingin bicara empat mata dengan Queen." Mendengar perintah dari bosnya, anak buah Tiger langsung mengundurkan diri. Kini hanya ada Leon dan Queen saja dalam ruangan itu.
"Tidak perlu banyak basa-basi, aku ingin informasi tentang penyerangan di jalan cempaka pagi tadi," kata Queen dengan wajah datar dan mata
Kaisar mengepalkan tangannya kuat dia benar-benar marah kali ini, “Kau pikir kau siapa seenaknya meminta kami bercerai Jangan karena kalian memiliki sebagian kenangan di masa lalu membuatmu merasa berhak atas istriku,” kata Kaisar.“Oho, calm down, Man. Ini pasti salah paham,” kata Gamma.“Salah paham kepalamu, dia jelas-jelas minta kami bercerai apa kau tuli,” teriak Kaisar pada gamma.“Kau pasti cemburu kan,” tuduh Kaisar lagi pada Rafael.Sheila memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut, baik Kaisar maupun Rafael sama-sama keras dalam pendirian.“Kau pikir kau siapa? Keluarganya? Bukan, kan. Kau itu hanya orang asing yang kebetulan pernah menjalin kasih dengan istriku. Asalkan kau tahu, saat ini Sheila sedang mengandung anakku.”“Apa itu benar, Sheila? Kau sedang mengandung?” tanya Rafael dengan suara tercekat.Sheila hanya menunduk, menarik napas dalam
Suasana terik siang hari di kota Jakarta. Hiruk-pikuk kendaraan ketika jam makan siang menjadi hal biasa bagi sebagian besar masyarakat. Tetapi tidak dengan wanita anggun bernama Stella, yang tengah duduk di sebuah bangku taman sambil mengipasi diri dengan kipas genggam.“Sayang, tolong dong cepet dateng. Aku udah panas banget tau gak, nungguin kamu dari tadi,“ rutuk Stella dengan ponsel genggamnya, wanita itu terus saja menggerutu bahkan berteriak pada ponselnya sendiri. Andai saja ponsel itu memiliki tangan, mungkin saja Stella sudah dibungkam dengan satu pukulan.Siapa yang dia hubungi wanita itu? Tentu saja suaminya.Kaisar Andelon.Pengusaha sukses di bidang properti yang nama perusahaannya sudah bukan kaleng-kaleng lagi di pendengaran jajaran pengusaha.Mendengar nama K.A Property saja sudah akan banyak perusahaan yang mundur teratur jika sedang sama-s
Empat tahun sebelumnya. Sheila Arthana, gadis ceria dengan sikap sopan dan sedikit bar-bar itu tengah membereskan sisa sampah makan dan beberapa jajanan hasil kawan-kawannya yang baru saja pulang. Mengerjakan tugas kelompok di apartemen Sheila adalah oase tersendiri bagi kawan-kawannya. Merekaka sangat bersemangat seperti pejuang kala mendengar tugas kelompok dikerjakan di kediaman Sheila. Selain banyak makanan, di Apartemen Sheila juga bebas dan luas. Tidak ada orang tua, atau orang lain yang akan memarahi mereka ketika mengacak-acak isi apartemen tersebut. Karena Sheila akan selalu bersikap biasa-biasa saja. “Aisshh, mereka ini benar-benar! Sudah menghancurkan apartemenku, meninggalkan sampah sebanyak ini dan juga menghabiskan camilanku. Untung saja aku tidak akan bangkrut dalam seketika,” rutuk Sheila.
Seorang gadis cantik tengah duduk di sebuah hamparan rumput hijau yang begitu luas nan indah.Nuansa rumput dan bunga-bunga yang mekar menambah aksen pemandangan semakin menyejukkan. Namun, kenapa gadis manis itu malah terlihat murung?Seorang wanita dewasa menghampiri, mengusap lembut rambut indah itu dengan penuh kasih sayang.“Nak, Kenapa kau bersedih? Apa kau sedang memikirkan pangeran berkudamu?“ goda wanita itu, yang tak lain adalah ibunya.Mereka berdua terlihat benar-benar seperti grub marawis yang memakai pakaian serba putih dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.Balutan warna putih dalam hamparan hijaunya pemandangan terlihat begitu bersinar di bawah sang surya yang memancarkan cahaya kekuningan di ufuk barat.“Kenapa? Kalian meninggalkan aku tanpa kabar? Aku ini sebenarnya anakmu atau apa? “ teriaknya pada sang ibu. Emosinya seolah s
Sheila berlari dengan tergesa-gesa kala suara seseorang yang mulai mengucapkan ijab-qobul terdengar hingga ke kamar yang dia tempati."Jangan-jangan," desis Sheila.Tak menghiraukan teriakan Matt yang memintanya berhati-hati, Sheila berlari sekencang mungkin berharap semuanya belum terjadi.Dalam otak mininya, dia takut jikalau dirinya yang cantik, ternyata dinikahkan dengan bandot tua yang sudah bau tanah. Sheila menggelengkan kepala dengan cepat.Ya, Sheila berlari sekencang mungkin ketika mendengar nama dirinya disebutkan sebagai seorang mempelai wanita.Sheila bahkan tidak memiliki rencana untuk menikah sebelumnya, lalu kenapa sekarang dia justru menjadi seorang mempelai.Menapaki tangga dengan gaun yang menjuntai, Sheila akhirnya tiba di dasar anak tangga.Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang hadir dan memperhatikan, gadis itu segera berteriak.“Tidak!”Beberapa orang te
Bagai tersambar petir di siang bolong. Sheila merasa hatinya seperti dihujam dengan ribuan jarum. Kata 'PERNIKAHAN KARENA DENDAM' membuat Sheila sedikit paham tentang alur dari jalan kehidupannya kelak. Kaisar menikahinya karena alasan dendam."Apa mungkin? Aku dengan tak sengaja sudah menabrak calon mempelai Kaisar hingga tewas, seperti di novel-novel yang sering kubaca?" batin Sheila.Sepertinya otak Sheila sudah tercemar dengan kisah-kisah para tuan muda.“Tuan, apa maksudmu?“ tanya Sheila bingung.“Dengar! Meskipun sekarang kau adalah istriku, tapi statusmu di rumah ini sama dengan pembantu. Jangan pernah berpikir untuk menjadi seorang putri, karena disini kau hanyalah upik abu,” sentak Kaisar."Tuan, aku tidak ...."Plakk ....Sebuah tamparan dari Kaisar mendarat sempurna di pipi.
Pagi menyapa, cahaya matahari sudah menelusup memasuki area kamar mini yang terlihat begitu tak layak pakai dengan sang pemiliknya yang masih betah bergulung di atas kasur.Kaisar berkacak pinggang melihat Sheila yang tertidur seperti mayat. Berulang kali pria itu sudah memanggil Sheila. Namun, gadis itu seolah tuli dan tak bergeming sama sekali.Kehabisan akal untuk membangunkan Koala pemalas peliharaannya, Kaisar pun keluar kamar dan kembali dengan seember air dingin. Byur.... Kaisar mengguyur tubuh Sheila dengan air tersebut hingga si gadis pemalas itu terlonjak kaget dan bangun dengan gelagapan. “Bangun kau pemalas! “sentak Kaisar.Berusaha Mengumpulkan nyawa yang masih tercecer dialam mimpi, Sheila mengerjap beberapa kali dan baru menyadari dirinya diguyur dengan tak manusiawi oleh Kaisar, suaminya sendiri. “Tuan, “kata Sheila. “Sudah cukup kan tidurmu? Sekarang bersihkan Mansion sa
Suara jangkrik malam mengisi kekosongan semua orang. Sama halnya dengan gadis yang tengah duduk di bangku taman mansion,dengan nampan berisi nasi dan taburan garam.Kaisar lagi-lagi menghukum Sheila seperti itu hanya karena dia berbicara dengan Gerry lebih dari 10 menit.Menghela napas adalah satu-satunya cara yang bisa gadis malang itu lakukan sekarang. Dulu, dimata orang tuanya, Sheila adalah tuan putri yang manja dan sangat disayang. Meskipun jarang berjumpa, tapi Sheila tau jika orang tuanya sangat mencintainya. Dan sekarang? Dirinya diperlakukan dengan buruk oleh seorang pria yang tiba-tiba saja menyandang status sebagai suaminya.Miris.Hanya itu yang bisa di ungkapan untuk mencerminkan kehidupan Sheila Sekarang ini.“Huh, aku akan membiasakan diri dengan kesusahan. Karena Daddy bilang kesenangan ha