Share

Hari pertama menjadi istri

Pagi menyapa, cahaya matahari sudah menelusup memasuki area kamar mini yang terlihat begitu tak layak pakai dengan sang pemiliknya yang masih betah bergulung di atas kasur. 

Kaisar berkacak pinggang melihat Sheila yang tertidur seperti mayat. Berulang kali pria itu sudah memanggil Sheila. Namun, gadis itu seolah tuli dan tak bergeming sama sekali. 

Kehabisan akal untuk membangunkan Koala pemalas peliharaannya, Kaisar pun keluar kamar dan kembali dengan seember air dingin. 

Byur.... 

Kaisar mengguyur tubuh Sheila dengan air tersebut hingga si gadis pemalas itu terlonjak kaget dan bangun dengan gelagapan. 

“Bangun kau pemalas! “sentak Kaisar. 

Berusaha Mengumpulkan nyawa yang masih tercecer dialam mimpi, Sheila mengerjap beberapa kali dan baru menyadari dirinya diguyur dengan tak manusiawi oleh Kaisar, suaminya sendiri. 

“Tuan, “kata Sheila. 

“Sudah cukup kan tidurmu? Sekarang bersihkan Mansion sampai bersih! “titahnya pada sang istri. 

Sheila mengerutkan kening, bukankah di Mansion itu ada banyak sekali Maid yang siap kapan pun diperintah oleh tuannya? Lalu kenapa Kaisar meminta Sheila yang tak bisa apa-apa itu membersihkan Mansion? 

“Tuan, bukankah Anda punya banyak Maid? “Sheila bertanya demikian karena dirinya benar-benar tak mengerti dengan Kaisar. 

“Aku sudah memecat mereka semua, dan mulai hari ini tugas para Maid menjadi tugasmu. Dan lagi, jangan pernah beristirahat sebelum kau menyelesaikan pekerjaanmu! “Kaisar kemudian berlalu meninggalkan Sheila yang masih berusaha mencerna baik-baik ucapan pria bertampang dingin itu. 

“Tunggu, jika semua Maid di liburkan? Dan aku mengambil alih pekerjaan rumah, itu artinya aku memerlukan waktu satu minggu untuk membersihkan seluruh penjuru Mansion, “pekik gadis itu ketika baru menyadari keadaan yang akan dia hadapi. 

Dengan langkah lemas, Sheila akhirnya bangkit dari posisinya sekarang dan berjalan menuju kamar mandi. 

Sedangkan Kaisar, pria itu berjalan kembali ke kamarnya dengan seringai kepuasan. Menyiksa Sheila adalah kepuasan tersendiri bagi dirinya. Persetan dengan wejangan orang-orang yang hadir dalam pernikahannya kemarin. Tujuannya adalah balas dendam. Bukan membahagiakan gadis pembunuh itu. 

“Sayang, kenapa kau lama sekali, “seorang gadis menyambut pria itu dengan sikap manjanya ketika Kaisar tiba di dalam kamar. 

Marisa Jie, putri pengacara kondang dari Paris yang kini menjabat sebagai kekasih Kaisar. Gadis dengan badan bak gitar spanyol terlihat begitu menggoda di balik balutan lingerie berwarna merah tersebut. 

“Apa kau merindukanku? Hmm, “Kaisar mengecupi setiap inci wajah Marisa dengan harsat tinggi. Dirinya benar-benar tidak tahan jika disuguhi sajian yang begitu memikat ini. 

“Tentu saja, kita sudah 4bulan tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu, apalagi dengan kisah panas ranjang kita. “dengan tak tahu malunya, gadis itu mulai melucuti pakaian Kaisar hingga badan pria kekar itu benar-benar terekspos dengan sempurna tanpa sehelai benang sedikit pun. 

“Aah, “Kaisar mendesah kala gadis itu berjongkok dihadapannya dan memgulum pelan senjata basoka mematikan miliknya. 

Sentuhan demi sentuhan gadis gemulai itu berikan hingga Kaisar sendiri tak kuat menahan hasratnya yang kian menggebu. Dibimbingnya gadis itu menuju kearah ranjang, melemparkannya dengan kasar dan merobek lingerie itu tanpa perasaan. 

“Kenapa baru kau buka saja aku sudah sangat terangsang, Sayang. “bisik gadis itu sensual. Kaisar semakin tak tahan, diarahkannya senjata basoka itu ke dalam surga duniawi yang biasa dirinya jelajahi. Dengan sekali sentak, Kaisar dapat menenggelamkan dengan sempurna miliknya didalam milik Marisa. 

Detik berikutnya, hanya terdengar erang dan desah kenikmatan dari dalam bilik Tuan Muda keluarga Anderson itu, kegiatan mereka benar-benar seperti seorang petapa yang sedang menghilangkan dahaga setelah bertahun-tahun melakoni puasa. 

Namun dibalik pelepasan rindu Kaisar dan Marisa, ada seseorang yang sedang menangis tergugu di depan pintu kamar Kaisar. 

Dia adalah Sheila. Istri sah dari Kaisar Anderson yang menyaksikan segalanya. 

Niat hati Sheila hendak menawarkan sarapan yang dibuatnya, Sheila malah mendapatkan kejutan menyakitkan. Dimana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Kaisar sedang bercumbu dengan wanita lain. 

Ingin sekali, Sheila memukul suaminya dan wanita itu. Namun, melihat dari posisinya Sheila hanyalah sebatas pembantu yang dipalsukan dengan kata pernikahan. 

“Hapus air matamu. Orang secantik ini tidak pantas menangis, “seorang pria mengulurkan saputangan pada Sheila yang menangis tanpa henti. Dirinya bahkan tak menyadari kehadiran pria tersebut disana. 

“Ah, tidak. Terima kasih! “ Sheila pun menolak kebaikan pria itu dan berlalu pergi meninggalkan Kaisar dan segala kenikmatan yang sedang diraihnya di dalam kamar. 

Pria yang berdiri di depan kamar itu adalah Gerry, sahabat sekaligus sepupu dari pria bejat bernama Kaisar. 

“Kenapa lagi-lagi kau menyia-nyiakan gadis baik sepertinya demi kebodohan yang kau buat, Kai, “gumam Gerry. 

Gerry pun datang sebenarnya dengan niat ingin membahas sesuatu yang penting. Namun, kegaduhan di dalam sana sudah menjelaskan apa yang sedang sepupunya lakoni dengan kekasihnya yang baru kembali dari Paris. 

Menuruni anak tangga, Gerry memicing kalau melihat titik demi titik noda berwarna merah pekat menyerupai darah berceceran dilantai. 

Dilihatnya Sheila yang sedang memegang alat pel dan ember sambil mengelap lantai dengan posisi berjongkok. 

“Kakak ipar, kenapa disini banyak sekali noda darah? “Tanya Gerry penasaran, Sheila terus menunduk tanpa mau menatap Gerry yang sedang menunggu penjelasannya. 

“Itu, tadi ada seorang Maid yang terluka dan berdarah. Jadi.... Ah, sudahlah. Biar saya bersihkan, “kata gadis itu. 

Gadis belia berusia 18tahun ini sudah memikul beban berat pernikahan. Gerry sendiri tau, tentang bagaimana dan apa tujuan Kaisar menikahi Sheila. Bukan berarti membiarkan pernikahan ini terjadi, Gerry tak pernah menasihati saudaranya. Kaisar adalah tipe orang yang sangat keras kepala, dia akan melakukan apa pun yang dia inginkan tanpa mendengarkan nasihat orang lain. 

Jadi, percuma saja menghalangi pria keras kepala itu. 

“Oh, ya sudah. Mari kubantu! “ Gerry pun ikut berjongkok dan membantu Sheila membersihkan sisa noda itu supaya cepat selesai. 

Ada hal mengganjal dalam pikiran Gerry, bukankah Kaisar pernah bilang jika setelah menikah dengan Sheila, dirinya akan memberhentikan para pekerja dalam waktu yang belum ditentukan dengan tujuan membuat Sheila semakin menderita dengan pekerjaan rumah yang dia berikan? Lalu sekarang Sheila mengatakan, jika noda darah ini milik Maid yang terluka. Ini sangat aneh. 

Dengan wajah Sheila yang terus menunduk, Gerry tau! Jika sebenarnya ada hal yang Sheila sembunyikan. Tak mau di anggap terlalu ikut campur, Gerry akhirnya enggan menanyakan hal tersebut. 

“Terima kasih Tuan.... “

“Gerry, Kakak ipar bisa memanggilku Gerry saja. Aku adik sepupu Kaisar, “

“Ah, iya. Aku Sheila, “

“Um, kakak ipar. Apa aku boleh bertanya sesuatu? “ucap Gerry. 

“Silahkan, “

“Berapa usiamu? “

“18 tahun. Aku masih baru lulus SMA beberapa bulan yang lalu.”

“Eh, masih belia ternyata. Hahaha, apa sekarang aku bisa menyebut Kaisar pedofil. “

“Hahahaha”

Mereka saling tertawa dan bercanda dengan candaan-candaan ringan. Namun seruan seseorang seketika membuat mereka terdiam. 

“Apa kalian sudah bosan hidup, ha? “

Hari ini, hari pertama Sheila menjadi seorang istri sudah menunjukkan betapa rendah kedudukannya dalam mata Kaisar. 

Sheila.... Selamat memulai kehidupan barumu yang penuh rasa sakit atas dendam yang bahkan tak pernah kau tanamkan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status