Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar / Bab 7 Apa yang sebenarnya terjadi?

Share

Bab 7 Apa yang sebenarnya terjadi?

Author: Endiy Fathia
last update Last Updated: 2024-01-11 13:00:20

Ia masih menatap foto sang istri, entah kenapa pada waktu itu darah yang cocok dengan golongan darah istrinya tidak ada di bank darah sehingga akhirnya sang istri tidak tertolong.

Entah permainan siapa yang membuat golongan darah sang istri tidak ada di bank darah manapun saat istrinya membutuhkannya dan apa motifnya, Manan benar-benar tidak tahu. Manan sangat kalut saat itu apalagi golongan darah sang istri sangat langkah sang istri mempunyai golongan darah yang sama dengan ayah mertuanya, yang saat itu melakukan perjalanan pulang dari luar kota dan waktu tidaklah banyak.

Dia juga heran mengapa di saat adik Iparnya mendapatkan kabar yang mengejutkan tentang Suaminya. Manan menghembuskan napasnya awalnya pria itu sangat kasihan pada Safia yang kehilangan anak, tetapi karena itu pula yang membuatnya harus menikahi Safia setelah masa idahnya. Wanita itu dan keluarganya tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan Akran.

Ia mendes4h sambil memegang sebuah amplop coklat dari perusahaan Akran. Didalamnya ada dua buah surat untuk Safia. Lelaki itu menatap benda itu dengan hati gamang, ia sangat dilema harus diberikan ataukah tidak. Akhirnya ia pun menyimpan amplop itu di laci meja kerjanya.

Ia berfikir sejenak, berusaha menguak semua yang terjadi. Namun tidak menemukan jawabannya lelaki yang ditemui kemarin mengaku bukan Akran tetapi begitu sangat mirip.

'Apa Akran mempunyai saudara kembar, lalu kemana saudara kembarnya selama ini? kenapa baru muncul setelah Akran meninggal?' pikir Manan. Bahkan Manan dan juga keluarga Safia tidak boleh sama sekali mengunjungi makam itu

Manan menaruh potret almarhumah istri pertamanya dan keluar dari ruangan kerjanya berjalan menuju kamar Safia.

Lelaki itu memutar gagang pintu, tetapi ternyata terkunci, ia yakin Safia saat ini sangat ketakutan padanya. Ia memutar badannya berbalik arah menuju ke ruangan kerja untuk mengambil kunci serepnya lalu kembali lagi dan membuka pintu dengan kunci serep. Pintu terbuka dan Manan pun masuk ke dalam.

"Kenapa di kunci? Kau takut aku melihatmu? Bukankah itu yang kau inginkan agar aku melihat tubuh polosmu, agar kau mendapatkan kehangatan, dan agar aku menjamahmu bukan? Karena kau haus sentuhan maka bersedia menikah denganku bukan?" sarkasnya sambil tersenyum sinis.

"Mas hentikan aku tidak begitu, Kau boleh tidak menyentuhku dan pernikahan kita hanyalah di atas kertas," ucap Safia sambil bangun dari pembaringannya dan duduk di bibir ranjang.

Mana bisa begitu aku tidak akan menyia-nyiakan hal ini saat kau bersedia untuk memberikan ASImu pada Amar aku pun mengambilnya kali ini pun sama kamu memberikan tubuh dengan bersedia menikah denganku maka nikmati hidup denganku, sesuai yang ku mau sekarang buatkan makanan untukku aku lapar," ucap Manan dingin sambil meraih anaknya dan membawa ke luar kamar Safia.

"Satu lagi, jangan biasakan Amar tidur di sini bersamamu! Kau mengerti!" ucap Manan memperingatkan.

Manan berjalan menuju kamar Amar dan menaruh putranya di dalam box bayi. Safia menatap nanar sang mantan kakak ipar yang kini jadi suaminya.

Ia menghembuskan napasnya dan beranjak dari duduknya berjalan malas menuju dapur. Ia membuka lemari pendingin dan mulai mencari sesuatu yang bisa di masaknya.

Ada beberapa sayuran dan ayam. Ia segera memasak nasi, membumbui ayam tersebut dan memasaknya lalu memotong sayurannya dan di buat sub. Kemudian menggoreng ayam serta membuat sambal.

Satu jam makanan telah siap dan meletakan di atas meja lalu memanggil Manan. "Mas sudah siap katanya lapar," ucap Safia berjalan menuju kamarnya.

"Hai, kau mau kemana? Temani aku dan layani aku makan," ucapnya..

Safia menghebuskan napas ingin sekali saat ini ia mengambil tongkat baseball dan memukulkan ke kepala suaminya itu. Dengan malas ia pun berjalan mengikuti Manan.

Mereka sudah sampai di meja makan dengan suara baritonnya ia pun memerintahkan Safia Duduk sangking keras hingga ia pun terkejut.

Safia mulai menyendokan nasi, sayur, ayam dan sambal lalu meletakan di depan Manan. "Kau tidak makan?" tanyanya.

"Tidak aku makan nanti," ucap Safia

Manan menggeser piringnya ke depan Safia. "Makan itu!"

"Apa, Ini?" tanyanya sambil melebar matanya.

"Iya dan habiskan!" jawab Manan.

"Mas ini banyak loh? protesnya sambil menatap nasi yang ada di depannya

"Siapa suruh tidak tanya dulu, karena kau yang ambil maka makanlah!" ucap Manan sambil mengambil nasi dan lauk sendiri lalu menyuap makanan tanpa menghiraukan Safia.

Safia menelan salivanya sendiri, makanan sebanyak itu harus dia habiskan. "Dasar lelaki tidak punya perasaan," umpatnya.

"Apa yang kau tunggu, habiskan segera! aku menunggumu di sini dan aku tidak mau tahu dan harus habis aku tidak ingin anakku kelaparan karena kau tidak mau makan!" tandasnya tegas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Saat Engkau Pergi

    Malam semakin larut, Manan tak bisa memejamkan matanya. Berbaring di ranjang sebentar kemudian duduk lalu bangkit dan berjalan mondar-mandir. Saat hatinya gusar meraih sesuatu dan melemparkannya begitu saja. vas bunga yang pecah berhamburan kosmetik Safia yang bertebaran. Suara pecahan kaca, benda-benda yang jatuh di malam yang sunyi. Manan benar-benar menyesal dengan keputusan yang telah diambilnya. Setelah Safia pergi baru sadar, di mana hatinya berada dan untuk siapa. Badan lelah, mata merah dan pikiran berkecamuk tak tentu arah. Saat tubuhnya tak mampu lagi menahan kantuk dan lelah ia pun mengelepar di atas ranjang dengan kaki menjuntai menapak lantai. Seperti baru terpejam beberapa menit, terdengar suara ketukan pintu dan anak-anak yang berusaha membangunkannya. "Papa, bangun, ayo antar kami!" teriak mereka saling bersautan. Manan membuka matanya saat terdengar suara-suara samar di telinganya. Ia mengerjab beberapa kali untuk menghilangkan kantuknya Dengan langkah

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Hari-hari Menyakitkan

    Akran mengusap wajahnya. membersihkan wajah dari makanan yang disemburkan oleh Safia. Ia menatap dengan dalam lalu membungkuk dan mendekatkan bibirnya tepat di telinga Safia. "Aku perna melihat Mas Manan melakukannya padamu, aku pun bisa lebih gila melakukan itu padamu." Mata Safia terbelalak dan ia menggeleng. Berharap ia tidak melakukan hal yang sama. Dua lelaki yang pernah begitu sangat dekat sama-sama melukainya sangat dalam. "Kalau begitu makanlah! Aku akan memperlakukanmu dengan baik," tekan Akran tepat di depan telinganya. pria itu kembali menegakkan tubuhnya lalu kembali menyodorkan sendok di depan mulut Safia. Wanita itu mau tidak mau harus menerima suapan Akran. Perlahan ia membuka mulut dan mulai mengunya makanan itu dan menelannya dengan susah payah. Terasa ada duri menyangkut di lehernya. Sementara itu Manan mulai cemas dan bingung. Hari sudah mulai petang tetap

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Aku Membencimu Akran

    Safia terbangun, dan ia terkejut saat melihat tangannya terikat di selah-selah ranjang yang terbuat dari kayu jati itu dan tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya. Akran bangkit dari duduknya dan berjalan mendekatinya. "Aku sangat merindukanmu, Safia. Rindu dengan bentuk tubuhmu, rindu dengan aromamu dan sangat rindu menyentuhmu. "Aku tidak mau, kau sentuh, Akran. Aku tidak mau di sentuh oleh pria yang membunuh anakku. Kau tegah membohongiku!" teriak Safia dengan keras. "Aku terpaksa Safia. Aku harus memilih antara engkau dan ibuku. Maaf aku memilih ibuku," ucapnya seraya melepaskan pakaian. "Jangan khawatir aku akan memberikan keturunan lagi untukmu, " lanjut Akran berjalan semakin dekat. "Kau, gila!Jangan sentuh aku!" teriak Safia sambil berusaha melepaskan ikatan tangannya. "Saat kuminta baik-baik tidak bisa, maka aku akan kuminta dengan paksa," ucap Akran menyentuh tubvh bagian bawah Safia. Membelai dengan lembut membuat Safia memejamkan matanya menahan rasa yang b

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Niat Jahat Aran

    Amplop coklat melayang dan isinya terburai menapar muka Aran, Pias di wajahnya terlihat sekilas saat ia terkejut lalu dengan cepat ia merubah ekspresinya. Tersenyum dengan tenang, sebab ia sudah menduga ini akan terjadi. Safia akan tahu cepat atau lambat. "Tenanglah, Safia! Akan kujelaskan," ucap seraya jemari tangannya dengan cepat menyemprotkan cairan yang ada dalam botol kecil di arah muka Safia. Beberapa saat kemudian, tubuh Safia limbung setelah menghirup aroma cairan yang terpercik di wajahnya. Aran menangkap tubuh Safia dan membawanya ke dalam kamar lalu pria itu keluar rumah menemui supir taksi, bernegoisasi sebentar. Setelah itu, taksi itu berjalan meninggalkan rumahnya. Aran meraup wajahnya dan menghelah napas berat. 'Aku tidak punya kesempatan untuk bersamamu lagi, Safia, tetapi biarkan aku memiliki keturunan denganmu sekali lagi.' Ia berjalan masuk kembali dalam rumahnya, dan melangkah dengan tenang ke dalam

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kau Aran Apa Akran

    Safia melempar amplop coklat ke arahnya. "Apa maksudmu menyembunyikan Semua ini, hah?!" "Katakan padaku!" teriak Safia lebih lantang seraya memukuli dada Manan dengan sekuat tenaga sambil menangis dan berteriak histeris. "Ahhhh! Kalian berdua biadap!" teriaknya lagi. Manan memegang kedua tangan Safia dan mencoba menghentikan pukulan wanita itu lalu memeluknya erat. "Tenangkan dirimu, Safia. Kau boleh memakiku sepuasmu, tetapi dengarkan aku dulu," ucap Manan lembut. "Apa lagi yang harus kudengar darimu, Mas Manan?" ucapnya lirih sebab ia tak lagi bisa berteriak. Manan memeluknyq sangat kuat. "Aku tanya padamu, Fia, apa saat itu jika aku mengatakannya kau akan percaya? Tidak Safia kau tidak akan percaya padaku. Dimatamu Akran ada pria baik, lagi pula kau baru saja kehilangan putrimu." Safia ter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Rahasia terungkap

    Hari berganti hari, mereka berjalan sendiri- sendiri. Hangat saat di dalam rumah tetapi dingin ketika berada di luar dan jauh dari anak-anak mereka. Menjalani cinta yang tak sewajarnya. Manan dengan Lala dan Safia dengan Aran. Hingga suatu ketika Manan melihat sesuatu yang membuatnya terpukul. Siang itu Manan melihat Lala masuk ke dalam kamar hotel yang sama dengan Aran. Saat dimana ia harus menghadiri pertemuan dengan kliennya. Sementara itu di rumah, Safia telah menemukan kunci serep ruang kerja Manan dan ia segera membukanya. ia ingin mengumpulkan surat-surat untuk mengurus perceraiannya dengan Manan. Namun saat ia tengah mencari berkas-berkas yang akan dibutuhkan. Ia menemukan sebuah amplop coklat yang begitu menarik perhatiannya. saat melihat isinya ia begitu sangat terkejut. "Surat Cerai," bisiknya lirih "Apa Mas Manan diam-diam sudah mengurusnya? Bukankah ia menyerahkan semua it

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status