Share

Menggugat Cerai Suami Benalu

Sejak itu, sudah dua hari Laras berada di rumah Aryo untuk mempersiapkan peperangannya.

Kini saatnya ia pulang.

Untungnya, dia tetap didampingi oleh Aryo karena pria itu khawatir Radit akan kembali membuat Laras ragu untuk bercerai.

"Terima kasih udah nganterin saya pulang, Pak," kata Laras saat ini ia bersama Aryo di mobil.

"Nggak usah bilang makasih udah sewajarnya saya anterin kamu karena sebentar lagi kamu bakalan jadi tanggung jawab saya sepenuhnya, kamu bakalan jadi istri saya," balas Aryo.

Laras menghela napas. "Iya, Pak. Setelah saya cerai dari orang itu saya bakalan jadi istri Pak Aryo."

"Ya udah kalau gitu kita masuk, saya bantu kemasi barang-barang kamu."

"Nggak usah, Bapak tunggu di sini aja..."

"Pokoknya saya ikut masuk takutnya nanti orangnya dateng kamu bisa bahaya, Laras."

Laras pun menurut saja, ada benarnya juga ucapan Aryo itu. Radit kan orang yang kejam jadi takutnya ia bisa nekat jika ia tahu mereka akan segera bercerai. Jangan lupa, Radit sendiri yang mengatakan pernikahan mereka hanya terpaksa karena Radit butuh uang untuk menghidupi keluarganya itu. Teringat hal itu membuat hati Laras sakit lagi.

Laras dan Aryo pun turun dari mobil dan masuk ke kontrakan yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Ia tak mungkin masih tinggal di sana jika ia dan Radit sudah berpisah. Memang ia yang selama ini membayar kontrakan itu namun bukan berarti ia masih bisa merasa nyaman tinggal di sana jika Radit bisa datang kapan saja.

Saat Laras sedang berkemas Radit memang datang, ia terkejut dan marah melihat Aryo berada di kontrakan mereka.

"Ngapain kamu di sini hah? Ngapain kamu di kontrakan saya dan istri saya!" teriak Radit murka.

"Justru seharusnya saya yang nanya sama anda, Radit. Buat apa kamu dateng lagi ke rumah ini? Saya udah muak liat muka kamu mendingan kamu pergi dari sini!" usir Laras tanpa sudi melihat wajah suaminya itu.

"Berani banget kamu ngomong kurang ajar kayak gitu ke aku! Aku ini masih suami kamu, Laras! Jadi jaga ya mulut kamu itu atau aku bakalan..."

"Apa? Kamu bakalan ngapain hah? Kamu mau nampar aku? Iya? Kamu bisa saya tuntut ke jalur hukum bisa dipenjara kamu!" seru Laras berapi-api.

"Berani ya kamu!" seru Radit yang mencoba untuk menampar Laras namun niatnya itu berhasil digagalkan Aryo karena Aryo lebih dulu memukul perutnya hingga membuatnya mengaduh kesakitan. Ia memegangi perutnya yang terasa nyeri luar biasa itu.

"Kamu denger kan apa kata Laras? Lebih baik kamu pergi dari sini!"

Radit mendengus. "Kalian berdua udah ngerasa hebat ya? Nggak segampang itu kalian bisa ngusir saya dari sini karena ini kontrakan saya. Saya yang suaminya Laras dan saya yang tinggal di sini bukan kamu Bapak yang terhormat!"

"Kenapa saya nggak bisa ngusir kamu? Kamu bukan lagi suami saya karena kita bakalan cerai secepatnya," potong Laras tegas.

Radit kaget mendengarnya, ia merasa tak terima dengan keputusan Laras tersebut.

"Apa kamu bilang? Kamu mau cerai dari aku? Nggak bakalan pernah bisa, Laras. Pernikahan kita ini sah di mata hukum dan negara jadi kamu nggak bisa segampang itu minta cerai. Dan asal kamu tau sampai kapanpun saya nggak bakalan ceraiin kamu!"

Laras tertawa tanpa humor. "Kata siapa kita nggak bisa cerai? Lagian siapa yang masih mau hidup sama laki-laki benalu kayak kamu!"

"Jaga ya mulut kamu dasar perempuan hina!" seru Radit.

Aryo langsung memukuli perut Radit lagi karena sudah lancang mengatai Laras seperti itu.

Radit tersungkur di lantai sambil memegangi perutnya lagi.

"Selama ini saya udah dimanfaatin sama kamu, padahal saya resign dari kantor yang gajinya gede demi kamu biar aku kerjanya nggak terlalu jauh. Tapi malah kamu gunain uang itu buat foya-foya buat ngasih makan istri sama anak kamu. Hey orang yang nggak tau malu, harusnya kamu jadi orang tuh jangan males. Kamu kerja dong biar istri dan anak kamu itu bisa makan, bukan malah jadi benalu dan maanfaatin orang!" caci Laras.

Aryo yang mendengarnya merasa takjub, ia salut dengan Laras yang tegas dan berani. Memang seharusnya seperti itu harus bisa melawan dan meninggalkan pria tak tahu diri itu.

"Udah cukup Laras, ayo kita pergi dari sini," ajak Aryo sambil membawakan koper milik Laras.

"Iya, Pak. Saya juga udah males ada di sini, males liat orang munafik nggak tau diri," kata Laras dingin.

Radit lagi dan lagi dibuat kaget oleh Laras, ternyata wanita yang selama ini terlihat takut dan sangat mencintainya itu sekarang ini bisa berkata kasar padanya.

"Awas ya kalian berdua gua nggak bakal tinggal diam!"

Namun Laras tak peduli, ia pergi bersama Aryo meninggalkan rumah itu.

Di dalam mobil Laras langsung mengusap air matanya yang mengalir. Ia melihat kembali ke arah kontrakannya itu, tempat di mana banyak kenangan di sana, lebih banyak kenangan buruk yang ia lalui dari pada manisnya.

"Kita jalan?" tanya Aryo.

"Iya."

Mobil mewah itu pergi dari tempat itu dan meluncur ke jalanan raya yang padat lalu lintas. Di dalam mobil Laras hanya diam dan tatapan matanya kosong. Aryo merasa prihatin melihat keadaan Laras. Ia hanya bisa mengucapkan kata-kata penenang agar wanita itu baik-baik saja.

Seminggu berlalu dan kini Laras sudah ada di persidangan untuk perceraiannya. Ia sudah mantap untuk berpisah dengan laki-laki benalu itu. Aryo juga berada di sana mendampinginya.

Di tempat lain, terlihat Rita yang sedang duduk di kursi kantornya. Ia memejamkan matanya lalu ia tersenyum puas.

"Sebentar lagi Aryo akan menikah, jadi saya nggak perlu lagi khawatir sama apapun. Semuanya bisa terkendali dan si wanita ular satu itu akhirnya bakalan kalah telak," kata Rita puas lalu ia tertawa jahat.

"Semoga aja mantu saya bisa diandalkan, dia harus dari kalangan atas biar bisa bawa nama baik saya."

Aryo masuk ke ruangan ibunya itu lalu duduk di sofa.

"Dari kalangan atas dan biasa kan sama aja, Ma," balas Aryo dengan santainya.

Rita tak terima mendengar hal tersebut. "Sama aja gimana? Calon istri kamu itu harus yang sederajat sama keluarga kita, Aryo. Dia harus anggun dan cantik dan yang terpenting dia harus secepatnya melahirkan anak kamu!"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status