Share

Pelakor

Author: Soufflenur
last update Last Updated: 2024-01-23 11:28:03

Apa kata wanita itu? Wanita itu malah mengatainya pelakor? Laras merasa kesal mendengarnya, wanita itu yang bersalah sudah merebut Radit darinya dan wanita itu malah berani mengatainya? Sungguh tak bisa dibiarkan!

"Udah jelas-jelas kamu itu lagi berduaan sama suami saya tapi kamu malah ngatain saya yang pelakor? Ngaca dong, Mbak! Minimal tau diri lah! Mana ada sejarahnya saya yang istri sah dikatain pelakor sama kamu yang pelakor ulung!" Laras meradang.

Karena mereka sedang berada di tempat umum jadi tentu saja banyak orang yang menonton perkelahian mereka namun mereka tak peduli.

"Radit kamu jelasin ke dia ini, kasih paham siapa aku sebenarnya!" tuntut wanita itu datar.

Radit dengan takut-takut akhirnya melihat ke arah Laras. Ia menelan ludah dengan susah payah tampak gugup.

"Iya, Ras. Dina itu sebenarnya istri saya," kata Radit pelan.

"Yang lengkap dong! Saya ini istrinya Radit, istri pertama malahan." Dina menjelaskan dengan tegas.

Bagai tersambar petir di siang hari ketika Laras mendengar pengakuan tersebut. Radit ternyata sudah menikah lebih dulu dengan wanita itu? Dan ia hanyalah istri kedua? Itu berarti memang ia yang sudah merebut Radit dari istri pertamanya itu?

Satu kaki Laras melangkah mundur dan tubuhnya terasa lemas, saat tubuhnya terhuyung ke belakang dengan sigap Aryo menopangnya agar tak terjatuh.

Radit yang melihat pemandangan itu merasa cemburu dan tak suka Laras dipeluk oleh laki-laki lain namun ia juga tak bisa berbuat apa-apa karena ada Dina di sana. Ia hanya bisa menunduk sedih.

"Itu nggak mungkin kan, Mas? Wanita ini bohong kan? Cuma aku kan istri kamu satu-satunya? Iya kan? Mas Radit jawab!" Laras menangis sekarang. Hatinya terasa sakit mengetahui kenyataan yang sebenarnya.

Radit hanya diam saja tak bisa berkutik di samping Dina, sang istri pertama.

"Jadi kamu selama ini bohongin aku? Aku cuma istri kedua kamu, Mas?" Isak Laras. Hatinya terasa pedih sekali.

"Mau gimana lagi, aku pengangguran dan aku butuh uang buat hidupin istri dan anak kami jadi aku terpaksa lakuin itu. Aku terpaksa harus nikah sama kamu biar ekonomi keluarga aku sama Dina terjamin," kata Radit datar.

Lagi dan lagi Laras merasa terkejut dengan pengakuan dari Radit. Jadi pria itu menikahi dirinya hanya untuk uang semata? Ia sengaja dimanfaatkan dari awal mereka kenal?

"Kamu tega, Mas!" teriak Laras. Kenyataan pahit tersebut tak bisa ia terima dan membuatnya pingsan di pelukan Aryo.

Radit terkejut melihatnya. Namun, saat ia akan menolong Laras, Dina langsung memelototinya.

Di sisi lain, Aryo tampak lebih sigap.

Pria itu pun langsung membawa Laras ke mobilnya dengan cara menggendongnya bridal style.

"Aku kira kamu udah nggak peduli sama dia, tapi ternyata kamu masih peduli?" gertak Dina.

"Nggak kok, Sayang. Aku nggak peduli lah sama dia buat apa aku peduliin orang nggak penting kayak si Laras itu," balas Radit takut-takut.

"Bagus!"

"Kita kayak lagi nonton drama ya seru banget aslian deh!"

"Iya tuh judulnya pertikaian antara istri pertama dan istri kedua."

"Ternyata malah justru yang tadi ngelabrak itu yang istri kedua berarti kan dia yang pelakor."

"Iya si pelakor nggak tau malu banget ya udah labrak orang yang nggak salah justru dia itu yang gatel rebut laki orang!"

"Justru dia itu malu makanya pingsan."

"Palingan cuman pura-pura pingsan aja karena udah terlanjur malu banget."

"Iya bener tuh!"

Begitulah seruan orang-orang yang menonton perseteruan antara Laras dan Dina.

Sementara itu, di rumah Aryo, tampak Laras terbaring lemah di tempat tidur mewah.

Ia melamun memikirkan kejadian yang sudah terjadi padanya. Air matanya kembali mengalir mengingat pengakuan yang sangat mengejutkan baginya. Pengakuan dari Dina yang terus terang kalau wanita itu adalah istri pertama Radit dan ia hanyalah istri kedua.

"Kenapa kamu bohongin aku selama ini, Mas? Kalau aku tau kamu udah nikah aku nggak mungkin mau nikah sama kamu," Isak Laras pilu.

"Kalau gini caranya aku yang jahat di sini, aku yang udah rebut kamu dari wanita lain," monolog Laras lagi. Ia jadi teringat Dina yang sama sekali tak takut saat ia melihatnya bahkan panik pun tidak.

"Pantesan aja dari awal liat aku Dina biasa aja, itu karena dia emang nggak salah. Emang bener bukan dia yang pelakor tapi aku. Aku yang pelakor...hiks..."

Laras tak bisa berkata apa-apa lagi karena air matanya terus mengalir.

Ia pun kembali menangis sejadi-jadinya.

Pantas saja, saat acara pernikahan tak ada satupun orang dari pihak Radit yang hadir karena pria itu mungkin tak memberi tahu para kerabatnya. Pantas saja selama menikah ia belum pernah bertemu dengan mertuanya. Itu mungkin karena Radit memang menyembunyikan pernikahan mereka dari keluarganya.

Laras baru saja menyadari hal itu, semua kejanggalan yang terjadi padanya selama ini. Radit sudah pernah menikah maka dari itulah Radit menyembunyikan pernikahannya dengan Laras. Sering ia meminta Radit untuk mengenalkan dirinya pada keluarganya namun suaminya itu tak pernah mau dengan alasan keluarganya semuanya di luar negeri. Ya, itulah sebabnya, semuanya menjadi masuk akal sekarang.

"Selama ini aku hidup dalam kebohongan semata, dia udah bohong sama aku semuanya nggak ada yang jujur. Omongannya kelakuannya nggak ada yang benar, dia emang ternyata orang yang munafik, pembohong ulung. Dari awal nikah udah nggak ada kejujuran bahkan sampai saat ini. Harusnya aku bisa tau kalau dia tuh nggak serius, dia deketin aku dan nikah sama aku hanya karena uang."

Mendadak tangisan Laras berhenti, sungguh luka yang telah dibuat Radit sangat menghancurkannya. Sampai membuat hati Laras beku. Rasa cintanya pada Radit yang dalam kini sudah terkikis, sekarang hanyalah rasa benci yang ia rasakan untuk pria benalu itu.

Tangan Laras mengepal dan ia meremas seprei dengan kuat. Tangan satunya mengusap air matanya kasar, terlihat emosi yang dalam di mata indahnya itu.

Aryo masuk ke dalam kamar Laras untuk melihat keadaan wanita cantik itu. Ia prihatin melihat keadaan Laras.

"Gimana keadaan kamu, Laras? Udah mendingan?" tanya Aryo lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur itu.

Laras menoleh ke arah Aryo dengan lemah yang membuat Aryo terlihat bingung.

"Tawaran yang waktu itu Bapak ucapin ke saya masih berlaku?" tanya Laras.

Aryo mengangguk tegas. "Iya masih."

"Kalau gitu saya bersedia, saya bersedia menikah sama Pak Aryo," kata Laras datar. "Saya mau gugat cerai orang itu, orang itu nggak pantes menyandang status sebagai suami saya."

Aryo terdiam, sebelum menampilkan senyum miring di wajahnya. "Ok saya akan bantu urus perceraian kamu sama dia secepatnya, Laras."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Kebohongan

    Aryo yang membaca pesan tersebut sama sekali tidak terpengaruh. Raut wajahnya juga datar saja. Karena merasa haus ia pun pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ia membuka kulkas lalu mengambil air dingin dan langsung ia teguk dari botolnya. "Makin nggak waras aja si Safira itu, bisa-bisanya dia ngaku kalau lagi hamil anakku." Aryo mendengus. Bagaimana bisa wanita yang merupakan mantan kekasihnya itu mengaku hamil anaknya sedangkan mereka berdua saja tak pernah lagi bertemu. Mendadak Laras terbangun dari tidurnya yang nyenyak itu. Ia menoleh dan kaget karena suaminya tak ada di sampingnya. "Mas Aryo ke mana ya?" tanya Laras pada dirinya sendiri setelah ia menguap. "Aku cari aja deh." DUAR! GLUGUR GLUGUR GLUGUR! Terdengar suara petir yang sangat kencang membuat Laras kaget dan refleks ia menutup wajahnya dengan bantal. Ya, ia memang sangat takut pada yang namanya petir. Ia pun menangis tersedu-sedu saking takutnya ia. "Mas Aryo aku takut," jerit Laras di antara tangisnya. Aryo

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Pernikahan Kinan

    "Kinan, umumkan pernikahan kamu dan sekarang juga! Undang semua temen-temen kamu dan Kita akan menggelar pesta pernikahan yang sangat mewah!" perintah Sekar sambil menatap Linda dengan tatapan yang sinis. Kinan dan Linda terkejut mendengar Sekar mengatakan hal itu. "Apa, Ma? Nikah? Ma, please aku sama Mas Saka tuh baru kenal itu pun baru itungan hari. Aku nggak mau buru-buru nikah, Ma..." "Kinan kamu itu selalu mendengarkan perintah Mama ini kan?" potong Sekar yang membuat Kinan mengangguk cepat. "Iya, Ma," lirih Kinan. Sekar tersenyum puas. "Kalau begitu kamu nggak ada alesan lagu untuk menolak perintah Mama kamu ini. Secepatnya kamu harus menikah sama Saka!" "Oke, Ma." Linda menatap ibu dan anak itu tak percaya. Apa pula dua orang ini? batinnya. "Pernikahan kamu dan Saka akan digelar besar-besaran di hotel paling mewah di negara ini," kata Sekar dengan sombongnya. Ia mengatakan kesombongannya itu persis di hadapan Linda. Linda tertawa mengejek. "Nikah di hotel mewah? Meman

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Diratukan

    "Hai! Perkenalken saya adalah calon suaminya Neng Kinan yang cantik mempesona," ucap Saka yang membuat kaget semua orang. Ya, keluarga Malik saat ini sedang berkumpul di ruang tamu menyambut kepulangan Laras dan Aryo dari berbulan madu. "Duh kamu tuh siapa sih kok tiba-tiba main kagetin orang aja kalau ada yang jantungan gimana!" hardik Linda yang merasa kesal pada Saka. Saka tak merasa sedikitpun takut pada Linda. Ia malah cengengesan. "Hehehe ampun deh Tante, saya kan enggak ada niatan tuk membuat kalian semua terkaget-kaget terbengong bengong melihat saya yang kece ini." Ia bahkan dengan penuh rasa percaya diri membuat pose dua peace. Tingkah tengil Saka tentu saja membuat Linda dan Rita geram. "Kamu tuh mendingan pergi dari rumah kami sekarang juga! Siapa juga yang ngundang kamu ke sini!" seru Rita. "Iya, dasar tidak jelas!" lanjut Linda. "Dia itu kok lucu ya, Mas," ucap Laras lalu ia terkikik pelan. Aryo diam saja karena ia merasa cemburu mendengar Laras

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Sang Mantan

    "Mas Aryo!" seru Laras yang membuat Aryo dan Safira panik. Dengan kasar Aryo melepaskan diri dari pelukan Safira. Safira cemberut kesal. Laras pun segera mendekati suaminya itu dengan langkah cepat. "Sayang kamu jangan salah paham ya..." "Siapa perempuan itu, Mas? Kenapa dia bisa meluk kamu seenaknya kayak gitu?" tanya Laras dingin. "Dia itu bukan siapa-siapa aku, kami nggak ada hubungan apapun. Kamu harus percaya sama aku," kata Aryo menjelaskan sambil mencoba untuk memegang tangan Laras namun istrinya itu menjauh darinya. Aryo menghela napas berat. "Terus kenapa kamu mau mau aja dipeluk peluk sama dia, Mas?" "Kalau gitu aku minta maaf, ok? Aku nggak tau kalau dia tiba-tiba dateng terus meluk aku." "Emangnya kenapa kalau aku datengin Aryo dan meluk dia? Masalah?" tanya Safira dengan gaya menantang. Laras menjadi geram mendengar hal itu. Wanita asing itu bertanya apa masalahnya? Jelas-jelas itu sebuah kesalahan besar karena ia sudah menggoda suaminya! Laras mendengus. "Kamu

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Safira

    [ Sayang? Kok kamu diem aja sih? Sayang? Hello? ] Aryo yang tak ingin Laras mendengarnya sedang ditelepon seseorang lantas ia pun pergi keluar kamar. [ Sayang? Kamu masih di situ kan? Jangan diem aja dong! ] [ Ngapain kamu telepon saya terus? Kita kan udah putus. ] balas Aryo tegas. Terdengar suara tawa wanita itu di seberang sana. [ Putus kamu bilang? Sayang, kita tuh nggak putus. Aku ini masih pacar kamu! ] [ Safira dengerin saya baik-baik jangan hubungi saya lagi! ] Dengan itu Aryo mematikan sambungan telepon, ia menghela napas kasar. "Aku harus secepatnya kembali ke kamar, takutnya Laras nyariin." Aryo kembali ke kamarnya dengan sang istri, ia terkejut melihat Laras ternyata tak ada di tempat tidur. Ke mana istrinya itu pergi? "Sayang? Kamu di mana?" panggil Aryo sambil mencari Laras di kamar mandi dan tak ada orangnya. "Sayang?" "Justru aku yang harusnya nanya sama kamu, Mas. Kamu tadi ke mana kok aku tadi nyariin kamu tapi kamunya nggak ada." Aryo berbalik dan ia le

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Bulan Madu

    Aryo menyeruput kopinya sambil melihat pemandangan dari balkon hotel. Pagi ini cuacanya sangat cerah, cocok untuk jalan-jalan nanti. Tanpa terasa ia dan Laras istrinya sudah tiga hari berada di Paris. Mereka sudah jalan-jalan menyusuri kota nan indah itu. Mereka juga merekamnya dan memotret kegiatan mereka untuk diabadikan. Ia pun juga merasa lega karena sudah berhasil mewujudkan impian Laras yang katanya sejak dulu ingin sekali pergi ke Paris. Ngomong-ngomong di mana Laras? Tak terlihat di manapun. Aryo menoleh ke arah Laras, rupanya istri tercintanya itu masih tidur pulas di kasur. Ia tersenyum ketika mengingat kegiatan mereka semalam yang sangat bersemangat sampai Laras lelah seperti itu. Laras menggeliat lalu ia pun membuka matanya perlahan. Ia menoleh ke sampingnya dan panik karena tak melihat keberadaan suaminya di sampingnya. Lantas ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan ia memeriksa jam. "Udah jam sepuluh pagi nih, Mas Aryo ke mana ya?" gumam Laras sambil menguc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status