Share

Pernikahan Kedua
Pernikahan Kedua
Penulis: Azitung

Ikrar Talak

Penulis: Azitung
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-18 15:05:58

Ikrar Talak

Bab  1 

"Kutalak Kamu Riri Danu Subrata, mulai saat ini kita bukan lagi suami istri!"

Deg

Benarkah yang kudengar ini? 

Suami yang selalu kudukung, deminya aku meninggalkan keluargaku. Dengan mudahnya mengucapkan talak? 

Syok? Tentu saja. Air mataku berlomba turun kebawah, bak air terjun. Hatiku jangan ditanya lagi. Sakit.

"Mas!" ucapku lirih. Kutatap mata kekasih halalku, eh, bukan lagi, Dia sudah bukan suamiku lagi, yang sudah membersamaiku tiga tahun ini. 

Apa salahku? Bagai dipukul palu godam sakitnya hatiku, ibarat kaca pecah, sudahlah pecah remuk pula. Meski berharap ini cuma mimpi, namun rasanya tak mungkin ini mimpi. Ini nyata. 

"Kemasi barang-barangmu, angkat kaki dari sini!" hardiknya kasar. Namun enggan menatapku, hanya tangannya yang menunjuk kearah pintu. Aku terpaku ditempat. Rasanya kakiku melemah, tak ada tenaga untuk melangkah. Padahal aku sangat mencintainya. Deminya aku meninggalkan kemewahan. Deminya aku bertahan meski caci maki sumpah serapah selalu dilontarkan ibu dan adiknya. 

"Dasar benalu!"

"Tiga tahun aku memperjuangkan rumah tangga kita, tapi apa yang Kamu buat dibelakangku, hah!"

"Kurang baik apa keluargaku padamu, tapi apa balasanmu? Benar kata ibu. Ternyata selama ini kau merampas uang jatah ibu. Keterlaluan Kamu Riri! Istri tak tau diri!" Suaranya meninggi. Aku terkejut bukan main. Tak tau diri katanya.

Wajahnya mengeras, tumpahkan lagi, Mas. Biar aku tahu apa alasanmu menalakku? Batinku.

Aku belum bersuara sama sekali, biarlah ia semakin kesal dengan diamnya aku. Aku tidak merasa buat kesalahan. Aku keluar pun tadi sudah izin sama dia. Aku memang pulang membawa motor baru. Apa karena motor itu?

Motor itu kubeli untuk memudahkan berjualan online. Toh aku juga tak ingin membebaninya. Karena Mas Tama juga harus bertanggung jawab terhadap adik dan Ibunya

Ia beranjak lalu keluar dari kamar dengan membanting pintu. Aku terduduk bersandar dilemari. Kuremas bajuku, mencoba menguatkan hati yang tengah pilu. Padahal aku bukanlah tipe istri yang banyak menuntut, selama ini selalu kusesuaikan gayaku dengan gaji pemberiannya.

Jatahku hanya dua juta untuk sebulan sedangkan untuk ibunya dia selalu memberi 10 juta. Entah untuk apa uang itu, setiap bulan selalu habis, bahkan tak jarang akhir bulan ia sudah hutang sana sini.

Aku memanfaatkan ponsel untuk berjualan online, meski tak begitu banyak pelanggan tapi cukuplah untuk menambah kebocoran uang belanja. Meski serumah dengan ibunya, akulah yang selalu belanja untuk kebutuhan dapur. 

Sangat tidak adil memang. Beruntungnya mobil Mas Tama tidak kredit lagi.

Dua hari yang lalu ia baru saja menerima bonus tahunan. Entah mengapa ia memberikannya untukku. Ku pikir itu memang untukku makanya aku nekat membeli sepeda motor baru. 

Kuseka lagi air mata yang enggan berhenti. Terdengar diluar suara ibu dan Mita adik Mas Tama.

"Begitulah kalau punya istri orang miskin Tam, ada uang langsung beli ini itu. Tak bisa menabung. Dasar udik!" terdengar suara ibu yang mengataiku. 

Udik? Kupindai tubuhku. Ya aku memang sedikit udik. Itu karena aku mengikuti keuangan yang diberikan Mas Tama.

Ceklek

"Masih belum siap? Apa perlu kami bantu?" suara Mita terdengar menjijikan ditelingaku. 

Ku paksa untuk berdiri mengambil dan koperku. 

"Kasihan ya, Bu. Sudah miskin, sekarang gelandangan. Oh sayang, cantik-cantik kok gelandangan!" Mita terus mencibirku. 

Kuhentikan kegiatanku, ku tarik napas dalam lalu kulihat wajahnya yang tersenyum mengejek ke arahku.

"Apa belum puas kalian menyakiti aku?" kutatap tajam matanya.

"Aduh, Ibu. Mita takut, lihat itu matanya menyeramkan sekali!" Ia malah meledekku. Ibu yang seharusnya mengajarkan baik pada anaknya pun ikut mengejekku.

"Mana mungkin kami puas, gembel! Manusia tak jelas sepertimu memang pantas di sakiti. Tak sudi punya ipar kampungan sepertimu!" 

Sombong sekali dia. Baiklah, Aku akan pergi dari sini dan membalas perlakuan mereka.

Koper ku isi dengan baju seadanya saja, lalu kuseret keluar sembari menunggu taksi.

"Taksi!" panggilku. Taksi menepi aku menatap kembali kerumah yang pernah kutempati itu sebelum naik kedalam taksi.

"Kemana, Mbak?" tanya sopir ramah. 

"Perumahan Kencana Indah, Pak." jawabku. Sopir mengangguk.

Aku kembali menangis, tak mudah untukku melupakan ini, dan lagi apa yang membuat Mas Tama tega menceraikan aku. Selama ini hubungan kami tidak ada masalah. Sejahat apapun adik dan Ibunya, aku tak pernah mengadu, semua kusimpan dalam hati. Aku tau ia sangat menyayangi ibunya, aku harus bisa menjaga perasaannya. 

Sampai aku didepan gerbang rumah nomor 10. Sebelum menekan bel, tampak Pak Jaja keluar dari pos satpam, mungkin ia sudah melihatku.

"Nyonya Riri!" ucapnya. Aku mengangguk ramah. Setelahnya Pak Jaja mengambil alih koperku. Aku segera masuk tak sabar ingin menumpahkan sedihku ini.

"Riri! Tumben, sudah kesini? Biasanya dua minggu sekali." Mama menghampiriku. Aku langsung memeluknya sambil menangis. Mama sepertinya heran, namun memilih membalas pelukanku. 

Setelah puas menangis, Mama menarikku duduk di sofa. Ia menghapus sisa air mataku.

"Sudah tenang?" 

Aku mengangguk.

"Ceritalah, Mama siap mendengarkan!" ucapnya lembut. 

Aku mulai menceritakan apa yang kualami dirumah mertua. 

"Sudah mama duga. Kamu tau? Itulah alasan kami tak begitu setuju, karena Tama ini sangat condong pada ibunya," ujar Mama. Aku cukup terkejut. Selama ini aku pikir mereka tak setuju karena Mas Tama dari keluarga sederhana.

"Mama, bukankah baik kalau pria menyayangi ibunya? Sama seperti Kak Akmal, dia sangat menyayangi Mama." Aku mengagumi kakakku karena kasih sayangnya pada Mama sangat luar biasa, bahkan ketika ia sudah menikahpun dan Kak Nadia juga tampak bahagia tak pernah merasa cemburu pada Mama. 

Hingga aku melihat Mas Tama yang begitu menyayangi ibunya, membuatku tersentuh. Aku pun bersedia menjadi kekasihnya dan dilamar menjadi istrinya. 

Karena orang tua yang tidak setuju. Aku menutupi jati diriku. Saat itu hanya Kak Akmal waliku, karena papa menolak menikahkanku dan menyerahkannya pada Kak Akmal.

Pernah aku ingin membuka jati ditriku yang sebenarnya, tapi keserakah akan uang, membuatku mengurungkannya hingga tiga tahun usia pernikahan kami.

Namun kali ini, akan kutunjukkan siapa diriku sebenarnya. Yang selalu mereka hina dan rendahkan.

"Kakakmu berbeda, Nak. Mama tidak mencampuri rumah tangga mereka. Dan Mama tak pernah membicarakan Nadia dibelakang. Lain dengan Ibu mertuamu, ia selalu ikut campur, dan gayanya sudah melebihi uangnya," jawab ibu panjang. 

Aku mengernyitkan dahi. Kok Mama bisa tahu gaya hidup mertuaku? Bukannya selama ini aku tak pernah cerita pada mama?

"Kamu pikir dari mana uangnya kalau bukan dari suamimu. Gaji Tama itu cuma 15 juta. Itu saja tak sanggup mencukupi gaya ibunya," lanjut mama lagi. Aku semakin heran saja. Mungkinkah mama menyelidikinya?

"Mama tau dari mana? perasaan Riri nggak pernah cerita deh." Aku menatap serius Mama.

Mama menghela nafas kasar. "Ibu mertuamu itu ikut geng arisannya mama." 

"Apa?"

Kaget aku, sontak mama menutup telinganya. 

"Arisan mama itukan mehong, sekali ketemunya saja musti punya puluhan jeti." Aku tau persis pergaulan mama dulu sebelum aku menikah, aku pernah ikut dengan mama. 

"Jangan-jangan dia kenal mama?" Tiba-tiba aku jadi takut kalau ibu tau aku anak mama.

Mama tertawa. "Ya nggaklah, mana mungkin dia tau. Mama itu selalu waspada. Waktu mereka main kesini. Sengaja mama copotin itu fhoto-fhoto yang ada kamunya." 

Ah! Syukurlah! Aku belum siap saja untuk mengungkap diriku sekarang. Biarkan saja nanti perlahan.

Aku beristirahat sejenak. Tiga tahun tak kunikmati fasilitas ini. Kini saatnya aku kembali seperti dulu.

Memanjakan diri, tidak mengerjakan lagi pekerjaan rumah, seperti yang kulakukan tiga tahun belakangan ini dirumah mertua. Hatiku kembalu berdenyut kala mengingatnya.

"Tunggu pembalasku!" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Halilintar
mg sukss slalu
goodnovel comment avatar
argultom
di sana tempat lahir beta, di buai, di besarkan bunda... tempat berrrlindung di hari tuuuuaaa sampai akhir menutup mataaaaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Kedua    Semangat Demi Adelia

    Pernikahan Kedua (Ending) Semangat Demi AdeliaBab 150Kondisi Adelia benar-benar drop kali ini. Bahkan bobotnya turun drastis, hal itu sangat membuat kedua oran tuanya sedih, terlebih sang mama."Dok, apakah proses kelahiran anak ketigaku bisa di percepat?" Risti mendatangi dokter kandungan langganannya."Bisa saja, Bu. Tapi tentunya harus cesar. Apa ini terkait dengan kesehatan Adelia?" tanya Dokter Tiara.Risti yang bewajah sedih itu mengangguk disertai buliran bening yang turut meluncur di kedua pipinya. Dia mengusap dengan ujung jarinya."Baiklah, akan saya pastikan kapan waktu yang pas," kata Dokter Tiara. Dia, sangat memahami kondisi pasiennya ini sekarang. Tentu tidak mudah untuknya menghadapi ini. "Di usia kehamilan tiga puluh delapan minggu kita akan lakukan operasinya, saya tinggal mempersiapkan harinya saja," lanjut Dokter Tiara. "Baik, Dok. Saya permisi!" Risti pun pergi kembali keruangan dimana putrinya di rawat. "Aku sudah memutuskannya. Dua minggu lagi aku akan me

  • Pernikahan Kedua    Masa Lalu Yang Datang

    Pernikahan Kedua Masa Lalu Yang DatangBab 149"Oh ayolah, ini sudah hampir jam masukmu, Sayang!" Risti sedang memegang seragam sekolah Liu yang akan di pakaikan, namun Liu selalu menghindarinya. Entah sudah keberapa kali bujukan ini keluar dari bibir ibu dari dua anak itu."No, mama! Liu mau pindah sekolah saja." Dia menolak dengan tegas. Dia ternyata tidak main-main dengan ucapannya semalam."Kenapa harus pindah?" Risti bertanya lagi apa alasan putranya itu sebenarnya."Miss Sarah genit, dia mau merebut papa dari mama," katanya tegas.Risti yang sedang berdiri memegang baju sekolah Liu itu pun dibuat tak percaya oleh jawaban anaknya. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu.Liu berdiri di atas sofa menghindari sang mama yang sedang memaksanya memakai baju sekolah. Liu kini hanya memakai cd dan kaos tak berlengan saja.Risti mendesah. Anaknya ini memang susah untuk membujuknya. "Lalu apa yang akan Kau lakukan dirumah seharian ini?" Risti bertanya untuk memancingnya lagi."Aku akan

  • Pernikahan Kedua    Jangan Sentuh Papaku

    Pernikahan Kedua Jangan Sentuh Papaku! Bab 148Setelah dari rumah sakit keluarga itu langsung menuju mall, untuk menunaikan janji mereka.Adelia dan Liu boleh memilih apa saja untuk mereka dan bermain apa saja. Mereka begitu riang, terutama Liu yang sangat aktiv. Tony harus extra mengawasinya sedangkan Adelia hanya bermain yang ringan saja karena tidak boleh terlalu lelah."Hai Liu tampan!" O ow, semua menoleh ke asal suara sapaan itu terdengar."Oh, Hai Miss Sarah!" balasnya datar. Dia memang suka dibilang tampan, tapi Liu tidak menunjukkannya, dia bersikap seolah sudah dewasa."Kebetulan sekali kita bertemu disini. Oh iya, apa ini Daddymu?" Miss Sarah tak dapat untuk bertanya kala melihat Tony. Dia memang tahu, hanya basa basi saja karena terpesona dengan Tony yang terlihat matang. Meski sudah berusia empat puluham Tony memang terbilang masih macho, kekuatan uang menambah pesonanya."Bukan, dia papaku." Liu menjawab dengan dingin. Miss Sarah tertawa, dia terlalu gemes dengan a

  • Pernikahan Kedua    Mama Takut Papa Akan Lari

    Pernikahan Kedua Mama Takut Papa Akan LariBab 147Tidak terasa waktu terus bergulir. Risti telah melewati trimester pertamanya dan trimester kedua pun akan segera berakhir. Kini kehamilannya sudah berusia enam bulan. Adelia belum pernah lagi di rawat di rumah sakit. Hanya mengkonsumsi obat di rumah secara rutin dan kontrol rutin kepada dokternya yang datang khusus kerumah.Meski banyak drama setiap kali ingin meminum obatnya. Bayangan rumah sakit selalu menjadi momok menakutkan untuknya dan itu menjadi andalan mereka, Adelia akan takut bila dikatakan akan dibawa ke rumah sakit lalu akan meminum obatnya. Hari ini mereka akan melakukan pemeriksaan sekaligus ingin mengetahui jenis kelamin bayi ketiga mereka.Tony sudah tidak sabar ingin segera mengetahuinya. "Kira-kira apa ya Yang?" tanyanya seraya mempersiapkan diri. Dia baru saja selesai mandi dan tubuhnya hanya dibalut handuk saja. Risti duduk di depan meja rias, untuk mempercantik penampilannya. "Apapun itu, aku tidak terlalu p

  • Pernikahan Kedua    Terlalu Posesif

    Pernikahan Kedua Terlalu PosesifBab 146Tidak mudah memang membuat kedua bocah itu mengerti. Segala apapun yang ditawarkan sepanjang perjalanan pulang, tidak ada yang mengena dihati mereka.Di tawarkan ice cream, mainan serta ke taman hiburan, keduanya kompak menggeleng sambil mengerucutkan bibir.Sang papa sampai mengusap wajahnya berulang kali melihat kedua bocahnya yang tidak bisa menerima bahwa mereka akan punya adik.Risti tidak terlalu ambil pusing dia masih bisa tersenyum dan mengusap lengan suaminya. "Udah nggak usah di pikirin, Yang. Biasa itu terjadi, nanti pelan-pelan kita kasih penjelasan pasti ngerti." kata Risti menenangkan suaminya. "Kamu lihat itu bibir maju semua, heran aku, anak siapa sih mereka? Perasaan aku nggak gitu deh Yang," gerutu Tony."Haha, emang Kamu ingat Yang, Kamu pikir aku gitu? Aku ini anak yang baik budi loh waktu kecil, bahkan sampai dewasa?" tanya Risti tak percaya.Tony menggedikkan kedua bahunya.Kini mereka telah sampai dirumah. Kedua anakn

  • Pernikahan Kedua    Astaga Sayang, Bagaimana Ini?

    Pernikahan Kedua Astaga Sayang! Bagaimana Ini? Bab 145Tidak ada cara yang bisa membujuk Liu malam itu. Risti menemaninya di kamar bermain sebentar dan membacakan dongeng sebelum Liu tertidur.Risti bangkit dari tempat tidur setelah merasa Liu sudah terlelap. Dia segera beranjak keluar. Harus melihat kondisi putrinya. "Yah, Ras! Aku pergi dulu, kalau Liu bangun sebisa mungkin bujuk dia ya!" ucap Laras. Dia akan menyetir sendiri malam ini karena suaminya sudah pergi sejak tadi."Hati-hati Ris!" pesan ayahnya sebelum Risti berangkat. Liu benar-benar hanya ingin mamanya, bahkan dengan Tony pun dia tidak mau. Dia seperti anak yang takut di tinggalkan oleh sang mama. Tidak butuh waktu yang lama, Risti telah sampai dirumah sakit, dia langsung menuju kamar rawat Adelia. Disitu sudah ada suaminya yang sedang menatap putrinya dalam diam.Dia langsung menghampiri putrinya. "Bagaimana keadaannya, Sayang?" tanyanya sambil menatap wajah lelap Adelia. "Dia gelisah terus, mau tak mau dokter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status