Pernikahan Kedua Rencana Piknik Tipis-TipisBab 36Wajah ceria tampak diwajah Tama yang baru saja sampai dirumah kontrakan mereka. Mita yang sedang menyetrika turut senyum melihat kedatangan kakaknya. Kalau seperti ini pastilah kabar bahagia. Pikir Mita."Mita, kakak diterima di perusahaan Solmas, walaupun hanya staff biasa," ucap Tama senang lalu duduk di dekat adiknya. Benar tebakan Mita. "Syukurlah, Kak. Tidak apa staff biasa yang penting kakak sudah dapat pekerjaan," jawab Mita. Mereka sudah hidup apa adanya, tidak memaksakan kehendak seperti dulu. Beberapa bulan ini mereka banyak merenung, meminta nasehat dari ustadz.Menyesali dosa masa lalu dan bertekad untuk taubat memperbaiki diri. Dengan apa yang menimpa mereka dulu sudah cukup membuat mereka kapok. "Mita, bagaimana kabar ibu sekarang ya?" Tama teringat dengan ibunya. Sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu.Ada rasa ingin bersama lagi, namun memikirkan keegoisan ibunya dan selalu menuntut membuat mereka mengurungkan
Pernikahan KeduaAstaga Handy! Bab 37Hana menatap Adrian seolah bertanya siapa gadis yang ikut bersama mereka. "Calon mantu, Bu!" Adrian seolah tahu maksud Ibunya. Dengan bangganya Adrian mengenalkan Nirmala pada ibu dan bapaknya. Nirmala sedikit malu-malu."Nirmala, Bu!"Nirmala menghampiri ibu Adrian lalu memperkenalkan diri. "Ayu tenan iki, Pak, calon mantu kita cantik-cantik. Bakalan punya cucu ganteng dan cantik kita ini, Pak." Bik Hana berucap senang seraya memuji dua wanita muda yang ada di situ. "Ya jelas lah, Bu, anak ibu juga ganteng," balas Adrian bangga. Semuanya tertawa mendengar kenarsisan Adrian. Mereka berangkat dengan satu mobil, meski duduk pas-pasan, tapi tidak merusak moment bahagia mereka.Para lelaki langsung menuju danau, ikut memancing seperti pengunjung lain. Bibi banyak bercerita tentang masa kecil Gilang dan Adrian. Riri dan Nirmala antusias mendengarkan.Riri merasakan kehangatan, berbeda dengan keluarga Tama dulu, yang kebanyakan meremehkannya. D
Pernikahan KeduaPertunanganBab 38"Selamat, Sayang! Tinggal selangkah lagi.""Makasih, Ma. Doain ya, Ma!""Pasti doa mama selalu untuk kebaikan anak-anak mama!"Ucapan selamat terus berdatangan kepada Riri dan Gilang. Risti juga hadir dalam acara itu."Selamat ya! Akhirnya, Kamu dapati apa yang Kamu mau!"Sarkas Akmal, seraya tersenyum mengejek pada Gilang. Gilang mengernyit mencerna kalimat Akmal barusan. "Jangan mimpi! Tak akan kubiarkan Kau menguasai harta kami!" Akmal berlalu setelah mengucapkan itu sambil menepuk pelan bahu Gilang.Gilang menangkap ada yang tidak beres disini. Akmal tidak menyukainya. Dulu Akmal tidak seperti ini."Kak Akmal bilang apa?" Riri menghampiri Gilang yang masih menatap Akmal dari tempatnya."Oh, tidak penting, hanya ucapan selamat," jawab Gilang cepat. Riri tahu Gilang berbohong dan menutupi yang sebenarnya, namun dia lebih memilih diam saat ini. "Selamat Gilang! Kau pria beruntung karena berhasil mendapatkan Riri!" Handy menjabat tangan Gilang ra
Kubalas Penghinaan Keluarga Suami Hampir SajaBab 39"Aku memilih jas warna pink untuk resepsi kita!" Riri memberitahu Gilang lewat telpon."Oh tidak, Kau ingin aku jadi cantik dengan baju warna itu?" Gilang keberatan dengan warna pilihan Riri."Warna Pink tidak akan mengurangi kegagahanmu, percayalah!" Riri terkikik diseberang sana."Kan, masih banyak warna lain," tawar Gilang. Dia membayangkan memakai baju pink, sungguh bukan seleranya."Aku suka warna itu," jawab Riri."Tapi...""Demi aku, Kamu pakai ya!" mohon Riri. Terdengar Gilang mendesah. Riri menjauhkan benda pipih itu dari telinganya lalu ia terkikik geli.Dia hanya mengerjai Gilang saja. Karena Riri tau calon suaminya itu tak menyukai warna pink.Riri dan Gilang membuat janji dengan dokter, sesuai kesepakatan mereka akan periksa ke dokter sebelum melangsungkan pernikahan."Siapa saja yang periksa?" Dokter Alana bertanya sambil menatap pasangan itu bergantian."Saya Dok!" jawab Riri."Saya juga!" sahut Gilang.Riri menatap
Pernikahan KeduaHasutan AkmalBab 40Handy keluar dari gudang menyusul Deswita yang sudah duluan kekantor. Sambil berjalan ia terus menatap layar pipihnya, seulas senyum terbit di bibir nya.Entah apa yang akan direncanakan nya. Hanya dia yang tau."Des! Sepertinya Kau menyukai Gilang ya?"Demi apa pertanyaan itu keluar dari mulut Handy."Siapa sih yang nggak suka sama cowok seperti Pak Gilang, baik, berkharisma lagi, yang pastinya nggak kayak Pak Handy."Deswita sengaja menjawab seperti itu, guna melihat reaksi Handy sebenarnya.Diluar dugaan, Handy malah tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana kalau Kau goda dia!"Ide gila apa lagi ini? Deswita berdecak. Semakin tak habis pikir dengan pria dihadapannya ini."Kamu sadar sama yang baru Kamu bilang?" Deswita tidak menyebut bapak lagi meskipun masih di area kantor."Cukup sadar. Des, aku mencintai Riri. Aku ingin memilikinya juga." Tanpa rasa malu Handy mengatakan langsung didepan Deswita.Hati Deswita mencelos. Ini yang dinamakan sakit,
Pernikahan Kedua Pms Bab 41 Minggu pagi, cuaca tidak begitu cerah. Mendung lebih mendominasi langit yang putih. Riri baru saja turun kebawah untuk sarapan. Hari minggu adalah hari keluarga, Riri rencananya akan menghabiskan waktu dirumah. "Jalan dong, ajak Gilang!" usul mamanya. Dia tahu Gilang dan Riri belum terlalu intens, mungkin mereka memang saling tertarik satu sama lain, namun kebersamaan masih kurang. "Nggak deh, Ma. Di kantor tiap hari ketemu." Riri menyandarkan bobotnya di bahu sofa berwarna cream ruang bersantai. "Beda dong, dikantor kalian sibuk ngurusin pekerjaan, bukan saling mengenal namanya," ucap mama lagi. "Riri mau dirumah saja, Ma. Lagian nanti belum tentu kami tinggal disini setelah nikah, jadi ini mau dipuas-puasin dekat sama, Mama." Riri memeluk mamanya dari samping. Mamanya balas mengelus paha Riri. "Ya ya ya, takut kangen mama ya!" Riri mengangguk lalu mengecup pipi mamanya. "Nyonya, ada tamu!" Mbok Darmi datang menghampiri. "Oh ya, suruh ma
Pernikahan Kedua Pilihan MiuBab 42Apa yang dikhawatirkan Gilang akhirnya terjadi. Riri mendiamkannya di kantor. Berbicara hanya mengenai pekerjaan saja. Gilang dibuat gila hari ini.Adrian tertawa mendengar curhatan dari Gilang. Gilang menyugar rambutnya kasar, belum pernah ia merasa se frustasi ini. Selama ini Riri cuek merupakan hal wajar baginya, karena mereka tidak terikat apapun, namun saat ini status mereka akan menikah. Sungguh Riri berhasil mengacaukan pikiran pria baik hati itu. Mereka sedang menerima tamu diruangan papanya yang sekarang ditempati oleh Riri dan Gilang. Tamu dari perusahaan Jepang yang ingin membangun taman hiburan berupa water Park, dan berbagai wahana permainan untuk keluarga. Riri menyanggupinya untuk membangun tempat itu, tentu dengan perkiraan yang matang. Gilang pun tak ambil pusing dengan keputusan Riri. Hingga tamu itu pulang, Riri mengantarnya sampai ke lift, lalu kembali lagi keruangannya.CeklekPintu langsung dikunci lalu kunci itu di kanto
Pernikahan KeduaDiam-diam Ternyata Akmal...Bab 43Pada akhirnya Gilang yang mendiamkan Riri. Kini wanita itu uring-uringan sejak pagi Gilang hanya membahas masalah pekerjaan saja, tidak ada basa-basi sedikitpun. "Sabar, Bu Riri! Paling juga bentar lagi dia negur Ibu," ucap Adrian. Tadi pagi dia sudah menjelaskan itu pada Riri, tapi Riri tetap merasa tidak enak, merasa bersalah, merasa sakit karena di diamkan. "Udah setengah hari, loh!" Riri makin tak enak hati jadinya. "Anggap aja sebagai balasan, karena Bu Riri udah mencueki Pak Gilang kemaren." Adrian coba menenangkan bosnya itu. Ribet memang masalah perasaan ini, itulah sebabnya setiap pasangan itu di anjurkan untuk selalu terbuka satu sama lain.Riri menyesal sendiri. Bisa-bisanya dia percaya kalau Gilang ada main dengan Deswita.Pukul lima sore, Gilang langsung beranjak dari duduknya. Tanpa menoleh pada Riri lagi Gilang ingin segera pergi ke suatu tempat. "Aku nggak suka di di diamin begini, rasanya gimana gitu!" gerutu R