Share

Chapter 7

Author: Author newbie
last update Huling Na-update: 2024-12-17 22:14:25

"Tidak! aku tidak mau menandatangani apapun yang tidak aku ketahui isinya!"

"Tanda tangani saja! atau kamu ingin semua yang kamu miliki hancur dalam waktu semalam?" ancamnya yang berhasil membuat Adimas benar-benar bungkam.

Adimas akhirnya mengambil surat itu dan membaca isinya dengan teliti, ia baru membaca setengah dari isinya tetapi ia langsung melempar surat tersebut ke lantai.

"Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan Karina! suruh dia kembali ke hadapanku sekarang!"

"Baiklah, jika kamu tidak ingin menceraikan Karina maka ibumu akan membusuk di penjara dan besok pagi semua yang kamu miliki akan lenyap dari genggamanmu."

Adimas ditempatkan pada posisi yang sulit, ia tidak ingin kehilangan Karina tetapi ia juga tidak ingin ibunya dipenjara lebih lama lagi dan kehilangan segalanya. Adimas melirik ke sekitarnya, berharap ada yang datang membantunya tetapi tidak ada satupun orang yang bisa ia mintai bantuan. Tidak ada yang perduli padanya karena sikap keluarga Guntara selama ini sangat sombong pada orang lain, apalagi semenjak orang-orang tau jika Karina dimadu tanpa persetujuan dan kelakuan buruk keluarganya terbongkar. Tidak ada satupun orang yang mau terlibat masalahnya bahkan kedua adiknya enggan dilibatkan, Adimas benar-benar sendirian sekarang.

Pria di hadapannya kini mengeluarkan sebilah belati yang mengilap di bawah lampu ruang tamu, diancam seperti itu tentu membuat Adimas takut setengah mati. Tanpa berpikir lagi Adimas segera menandatangani surat pernyataan cerai sebelum belati itu melayang ke tubuhnya, ia juga dipaksa mengucapkan talak tiga yang direkam menggunakan perekam ponsel. Setelah apa yang mereka inginkan sudah Adimas penuhi, mereka segera pergi meninggalkan Adimas yang masih dalam keadaan linglung terduduk di lantai.

'Tidak, aku tidak menceraikan Karina. aku mengucapkan talak itu dengan terpaksa,' batinnya.

Adimas masih meyakinkan dirinya jika ia tidak menceraikan Karina, tetapi kenyataannya ia sudah mentalak tiga Karina dan menandatangani surat pernyataan cerai. Dibalik kefrustasian Adimas, Alya kini begitu bahagia karena pada akhirnya hanya ia istri Adimas satu-satunya. Adimas tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali bersama Karina setelah ia mentalak tiga Karina, lagipula Alya juga yakin jika Karina tidak akan sudi kembali ke rumah ini dan menjadi istri Adimas lagi meskipun ia memiliki kesempatan untuk kembali.

Dengan langkah lunglai, Adimas berjalan menuju ke ruang kerjanya dan melewati Alya begitu saja seolah ia tidak melihat keberadaannya. Malam ini Adimas ingin menenangkan pikirannya dengan satu botol minuman, saat ia menarik salah satu botol alkohol favoritnya sebuah surat ikut terjatuh dan isinya berserakan ke lantai. Adimas memungut surat tersebut dan menyusunnya kembali, wajah frustasinya langsung berubah sumringah saat mengetahui surat apa yang kini tengah ia genggam.

"Kenapa aku tidak ingat dokumen ini?" gumamnya dengan tawa licik.

**********

"Jadi kapan kamu akan menikah, Kai?"

"Omong-omong menantu Bu Krista sudah melahirkan semalam, hanya kamu yang belum bisa ibu banggakan."

Kaivan menghela nafas pelan, entah mengapa sekarang pertanyaan soal menikah menjadi santapannya setiap hari. Setiap kali Kaivan kembali ke rumah ini, yang didengar telinganya hanyalah pertanyaan soal kapan ia akan menikah.

"Apakah dengan membuat perusahaan Bimantara maju pesat bukan hal yang membanggakan untuk kalian?" tanya Kaivan balik.

"Tentu kami bangga, hanya saja-"

"Aku sudah kenyang," Kaivan pergi begitu saja dari meja makan dan meninggalkan makanannya yang masih terlihat utuh.

"Kalau dalam satu bulan ini kamu tidak mendapatkan calon istri, maka ayah akan jodohkan kamu dengan wanita pilihan ayah." ancam Danu, tetapi Kaivan tidak menggubrisnya sama sekali dan tetap melanjutkan langkahnya.

Sejujurnya Kaivan juga merasa terbebani dengan ancaman ayahnya, tetapi ia masih tetap kukuh menunggu pujaan hatinya yang tidak jelas kapan bisa ia nikahi. Hampir dua minggu gadis itu menghilang tanpa kabar, terakhir kali mereka berkomunikasi gadis pujaannya itu sedang melakukan pemotretan di Australia.

"Tuan muda, bukankah itu nona Agatha?" ucap supir pribadi Kaivan.

Kaivan sontak menoleh ke arah yang dimaksud supirnya, ternyata benar itu adalah Agatha. Agatha keluar dari hotel bersama seorang pria asing dan mereka terlihat mesra, saat Kaivan melewatinya tanpa sengaja mereka saling beradu pandang dan Agatha terlihat begitu terkejut melihat Kaivan. Tangan Kaivan mengepal erat, rasa sesak memenuhi hatinya tetapi ia tetap tidak bisa meluapkan amarahnya jika itu menyangkut soal Agatha.

"Saya rasa, sebaiknya anda lupakan saja nona Agatha tuan muda. Karena sejujurnya ini bukan pertama kalinya dia mengkhianati tuan muda, dia bukan wanita yang baik untuk anda."

"Fokus saja menyetir, jangan ikut campur urusanku."

"Baiklah, tuan muda."

Ponselnya berdering dengan nama Agatha di layarnya, tetapi Kaivan lebih memilih menolak panggilan dari Agatha dan mematikan ponselnya. Bohong jika Kaivan tidak merasa kecewa, tetapi entah mengapa ia sulit melepaskan Agatha karena baginya hanya Agatha yang selalu ada untuknya sejak mereka masih di bangku kuliah. Kaivan baru saja masuk ke unit apartmen miliknya, namun tiba-tiba terdengar suara Agatha yang berteriak meminta dibukakan pintu karena kunci aksesnya sudah Kaivan ganti. Kaivan sempat mengabaikannya sejenak, tetapi pada akhirnya ia luluh juga setelah mendengar tangisan Agatha.

Begitu melihat Kaivan, Agatha langsung memeluknya erat dan menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya. "Sayang, aku bisa jelasin semuanya. Aku mohon dengarkan aku dulu,"

"Dia bosmu dan kamu harus bersikap baik padanya? apa alasan itu lagi yang akan kamu gunakan untuk kejadian hari ini?"

"Kai, dia memiliki banyak kenalan ke beberapa agensi model terkenal. Aku harus bersikap baik padanya demi tujuanku,"

Kaivan mengehela nafas berat, "Apa karir modelmu itu jauh lebih penting daripada hubungan kita, Agatha?"

"Kai, tolong beri aku waktu untuk membangun karirku sebelum aku menikah denganmu."

Kaivan tertawa sinis, "Baiklah, dua tahun. Aku tidak punya banyak waktu untuk terus menunggumu,"

Agatha mengangguk cepat, ia menyetujui keinginan Kaivan meskipun ia sendiri tidak tau apakah ia bisa menepati ucapannya. Setidaknya untuk saat ini Kaivan masih menjadi miliknya, ia masih memiliki banyak waktu untuk membuat Kaivan semakin mencintainya dan sulit untuk lepas darinya.

"Agatha, aku akan menikah dengan wanita lain." ujar Kaivan, membuat Agatha syok dan mematung di pelukannya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 63

    Delapan tahun kemudian... "Mama!!" Seorang anak laki-laki berlari menghampiri Karina lalu memeluknya erat seolah mereka sudah lama tidak bertemu, sedangkan di belakangnya seorang gadis kecil acuh tak acuh berjalan melewati mereka berdua begitu saja. Aryan dan Arsyla, dua anak kembar yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan keunikan mereka masing-masing. Aryan yang memiliki wajah Kaivan namun sifatnya mirip Karina, sedangkan Arsyla memiliki wajah Karina namun sifatnya sangat dingin seperti Kaivan. "Ma, Aryan mau eskrim." "Aryan sudah makan eskrim ma, jangan dibelikan lagi." sahut Arsyla yang tengah sibuk memainkan video gamenya. "Bohong ma!" "Aku tidak bohong! Aryan, gigi kamu sudah ompong karena terlalu banyak makan eskrim. Aku malu punya saudara kembar jelek seperti kamu!" "Ma.." rengeknya dengan bola mata berkaca-kaca. "Oke mama belikan, tapi Aryan harus mau kalau mama ajak ke dokter gigi. Setuju?" Aryan mengangguk cepat dengan senyum lebar

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 62

    "Kami turut berduka atas meninggalnya nona Agatha, tuan Kaivan." Kaivan hanya mengangguk pelan, ia tidak memalingkan sedikitpun pandangannya dari makam Agatha. Satu persatu orang-orang mulai pergi, hanya ia yang tetap disini entah sampai kapan. Kacamata hitam selalu terbingkai di wajahnya, untuk menutupi kesedihannya dari semua orang juga untuk menjaga perasaan Karina. Hampir satu minggu ini, hujan selalu turun bahkan sekarang pun rintik hujan mulai membasahi tanah makam. Dua langkah dibelakangnya, Karina menunggunya dengan sabar meskipun ia juga sudah lelah. Ia lelah melihat Kaivan terus larut dalam kesedihannya, tetapi ia juga tidak tau bagaimana harus menyampaikan rasa lelahnya. Karina maju mendekati Kaivan, payung yang ia pegang ia gunakan untuk menutupi tubuh Kaivan dari hujan yang mulai deras. "Pulanglah Karina, kamu akan sakit jika terus berada disini." Entah sakit apa yang Kaivan maksud, jika itu soal hati Karina sudah sakit sejak kemarin. "Tidak, kita akan pulang bers

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 61

    "Oh God! are you nuts?!" Dua pasangan muda itu terkejut setengah mati saat Kaivan tiba-tiba masuk ke kamar, saat mereka tengah bersenang-senang. Kaivan tidak memperdulikan ocehan mereka, ia duduk di sofa yang menghadap ke jendela dan menampilkan pemandangan ratusan cahaya lampu ibukota. Arkana akhirnya menyuruh wanita itu pergi karena ia lihat Kaivan tidak akan pergi dari kamarnya, juga karena tatapan Kaivan yang terlihat putus asa. "Ada apa?" "Apa kamu sudah pakai celana dalam?" tanya Kaivan balik. "Apa pedulimu aku sudah pakai celana dalam atau belum! ah, sial! kamu merusak malam indahku," Kaivan tertawa pelan, lalu memantik cerutu milik Arkana yang tergeletak di atas meja. Ia sesap cerutu itu dan membiarkan asap berputar di wajahnya, setiap hembusannya membuat sesak di dadanya sedikit teratasi. Meski belum benar-benar membuatnya lega, setidaknya ia bisa sedikit rileks. "Apa aku salah jika memberikannya kenyataan daripada sebuah harapan palsu?" "Apa yang kamu ka

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 60

    Agatha menatap cahaya yang masuk ke dalam celah selnya, dengan tatapan kosong dan penampilan yang terlihat sangat berantakan. Agatha yang begitu cantik, berubah begitu menyedihkan hanya dalam beberapa hari. Setiap kali ia memejamkan mata, yang terlintas di dalam mimpinya hanyalah sebuah kilasan yang menakutkan. Darah, teriakan kesakitan, bahkan cacian yang membuat dirinya akhirnya takut untuk tertidur. Kantung mata yang terlihat menghitam, juga mulut yang terus menggumam pelan entah mengatakan apa. Satu tangannya terangkat dan menampilkan cincin yang berkilau terbias cahaya, ia tersenyum sambil menatap cincin itu lalu menciumnya. "Aku tau, kamu pasti akan datang." ujarnya sambil menatap kembali cincin itu dengan binar di matanya. ******* Bandara Paris-Charles de Gaulle, Berkat bantuan Arkana, Kaivan akhirnya bisa lebih cepat sampai di Perancis untuk menolong Agatha. Sebenarnya Arkana enggan menolongnya, tapi Karina terus merengek dan memintanya untuk menolong Kaivan, mau ti

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 59

    "Maaf tapi saya belum bisa menerima ini, saya juga tidak tau apakah harta ini ada sebagian milik anggota keluarga Renjana yang lain atau tidak." Karina mengembalikan surat warisan yang belum ia tandatangani, pengacara itu terlihat menarik nafas panjang karena lelah membujuk Karina. Ia sudah terlanjur menerima uang bayaran lunas dari almarhum Yudhana, uangnya juga sudah terpakai habis jadi tidak mungkin untuknya mengembalikan uang tersebut. Kantornya belakangan ini mengalami penurunan klien, sedangkan ia harus membayar gaji karyawan dan kebutuhan lainnya. Jika bukan karena Yudhana, ia pasti sudah pailit sejak kemarin. "Nona, tapi saya sudah dibayar oleh mendiang tuan Yudhana agar nona menandatangani ini." "Jika anda ingin saya menerima ini, silahkan anda temui seluruh anggota keluarga Renjana dan tanyakan, apakah ada hak mereka di harta ini." "Dan harus ada bukti jika tidak ada hak mereka di dalam harta ayahku." sambungnya mengusulkan. Itu bukan persyaratan yang mudah, tap

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 58

    "Kau sudah berjanji akan menyelesaikannya Cindy! lalu kenapa dia masih bisa berjalan dan mempermalukan adikku!" bentak Nathan, ia menghardik Cindy cukup keras sampai menabrak lemari penyimpanan tiara. Nathan memutar gelas champagne di tangannya, ia benar-benar kehabisan ide untuk menyingkirkan Agatha dari keluarga Van Blair. Wanita itu sangat gigih, ia tidak goyah sedikitpun meski sudah diterpa banyak masalah. Dan masalah terakhir yang ia buat kemarin, ternyata tidak membuat Agatha hancur sedikitpun bahkan Agatha kembali seolah tidak terjadi apapun padanya. Sebenarnya semua usaha Agatha tidak ada gunanya mau sekeras apapun ia mencoba, karena tidak ada satupun anggota keluarga Van Blair yang menerimanya. Bahkan Dewangga pun tidak menerimanya sebagai anak, Dewangga hanya mengakuinya sebagai sebuah kesalahan. Kesalahan yang ia buat saat dalam keadaan mabuk, cinta satu malam saat hubungannya dengan ibunya Nathan sedang renggang. "Saya sangat yakin jika kemarin Agatha benar-benar terp

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status