Share

Chapter 6

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2024-12-16 18:41:53

Matahari belum sepenuhnya muncul di langit, tetapi kediaman Guntara sudah didatangi oleh seorang wanita paruh baya yang mengamuk di depan pagar. Ia menggucang-guncang pagar dan melempar semua benda ke pagar hingga meimbulkan kebisingan, di belakangnya juga ada seorang pria dengan perawakan seperti preman dan pria itu adalah anak buahnya. Ia adalah Rista, seorang rentenir sekaligus teman satu geng arisan Imah.

"Bu Imah, keluar! bayar hutangmu! Jangan berlagak sok kaya tapi hutang menumpuk!" teriak sambil terus menendangi pagar.

Dari balik gorden wajah Imah terlihat pucat pasi bahkan ia tidak berani mengeluarkan suaranya, para tetangga juga mulai keluar dari rumah mereka dan melihat Rista mengamuk di depan rumah. Rista tidak ragu membeberkan hutang Imah yang hampir mencapai tiga ratus juta kepada para tetangganya, Rista juga membeberkan aib Imah soal ia yang memiliki simpanan pria muda di luar sana. Imah mengepalkan tangannya karena terlalu geram pada Rista, ia ingin sekali merobek mulut Rista yang terlalu cerewet tetapi ia tidak memiliki keberanian bahkan untuk sekedar menujukkan wajahnya dari jendela.

"Bu, ini ada apa? kenapa bu Rista membuat keributan dirumah ini?" tanya Adimas dengan raut wajah kesal, ini baru jam tujuh pagi dan tidurnya terganggu karena teriakan Rista.

"Nak, tolong ibu. Bu Rista menagih hutang ibu yang sudah lewat tempo, bisa kan kamu bayarkan dulu?" pinta Imah sambil memegang tangan Adimas.

"Berapa hutang ibu?"

"Dua ratus sembilan puluh lima juta," jawabnya dengan nada ketakutan.

Semua orang sontak terkejut setengah mati mendengar nominal yang Imah ucapkan, bukannya dibantu Imah justru malah dimaki juga oleh kedua anak perempuannya karena berhutang begitu banyak. Mereka juga memaksa Imah untuk jujur soal hutang tersebut, selama ini mereka selalu memberikannya uang lebih dari cukup. Apapun yang Imah inginkan pasti mereka berikan, Adimas bahkan sampai tidak menafkahi Karina dengan layak demi menuruti permintaan Imah. Setelah mendengar alasan Imah tentu mereka tidak habis pikir dengan kebodohan Imah, bisa-bisanya ia diporoti oleh pria yang usianya sama dengan Anindya . Rista sekarang semakin tidak terkendali di luar sana, bahkan ia sampai mengundang ketua RT untuk membantunya menemui Imah.

"Windy, Anindya. Kalian punya uang tabungan kan untuk membantu mas membayar hutang ibu? tabungan mas tidak cukup untuk membayar lunas bu Rista,"

"Apa? mas gila ya! aku tidak mau menggunakan uangku untuk membayar hutang ibu! suruh ibu pikir sendiri bagaimana cara membayarnya!" bentak Anindya lalu pergi, ia tidak mau perduli mau diapakan ibunya oleh Rista.

"Win.."

"Maaf mas, uang itu mau Windy pakai untuk menikah dengan Aryo."

Kini hanya tinggal Imah, Adimas dan Alya yang masih berdiam di ruang tamu. Adimas baru ingat jika kemarin Alya mengambil uang tabungan Karina sebanyak enam puluh juta, uang itu bisa ia gunakan untuk membantunya membayar setengah hutang Imah.

"Al, mana uang tabungan Karina yang kamu ambil tempo hari lalu? aku membutuhkan uang itu." ujarnya sambil menandahkan satu tangannya di hadapan Alya.

Alya terlihat gelisah, "Mas, uangnya sudah habis."

"Apa? itu uang yang sangat banyak Al, bagaimana bisa kamu menghabiskannya hanya dalam waktu dua hari!"

"Aku membelanjakan uang itu untuk keperluan pribadiku dan kebutuhan calon anak kita mas, itu justru kurang!" Alya mencebik kesal.

Adimas mengacak rambutnya karena terlalu frustasi, ia juga tidak mungkin mengeluarkan semua uang tabungannya untuk membayar hutang ibunya. Mobil yang ia gunakan juga mobil dinas milik kantor, hanya rumah ini yang bisa Adimas jadikan jaminan tetapi Adimas tidak akan rela jika rumah ini diambil oleh Rista. Rista kini sudah berhasil membobol pagar rumah, ia masuk bersama dua orang polisi dan setelah ia berhasil menemukan Imah ia menyeret Imah keluar dan mempermalukannya. Keadaan begitu kacau, tetapi polisi berhasil mengamankan Imah masuk ke dalam mobil dan memberikan Adimas surat tugas penangkapan Imah atas tuduhan penipuan.

"Adimas, ibu tidak mau dipenjara." ucap Imah dengan air mata berlinang, kedua tangannya kini sudah diborgol.

"Bu, tunggu Adimas ya. Adimas akan mencoba mencari jalan keluar untuk membebaskan ibu,"

Imah sukses menjadi bahan gosipan semua orang di perumahan ini dan berita penangkapannya juga langsung tersebar luas ke luar komplek dalam waktu cepat, nama baik keuarga Guntara hancur dalam waktu kurang dari satu hari akibat ulahnya.

********

"Ibu Imah sudah dipenjara sekarang, tuan muda."

"Bagus, jangan biarkan wanita itu keluar dengan mudah."

Kaivan menyesap kembali teh chamomilenya sambil menikmati pemandangan indah di hadapannya, bukan hal yang sulit untuknya menghancurkan hidup seseorang dalam sekejap tanpa mengotori tangannya.

"Bagaimana bisa kamu tau soal hutang ibu mertuaku yang aku sendiri bahkan tidak tau?" tanya Karina penasaran.

"Kamu bisa mendapatkan dan mengetahui apapun yang kamu inginkan selama kamu memiliki uang, Karina."

"Apa lagi yang kamu tau soal keluarga Guntara?"

"Banyak, persiapkan saja dirimu untuk membalas perbuatan mereka." sahutnya dengan satu sudut bibir terangkat.

Sejujurnya Karina merasa agak takut dengan Kaivan, tetapi ia sudah sampai sejauh ini demi membalas perbuatan Adimas dan keluarganya termasuk juga Alya. Ia tidak boleh lemah, setiap memar dan luka hati yang ia rasakan harus mereka bayar. Mereka pantas sengsara, tidak ada satupun dari mereka yang boleh bahagia setelah memperlakukannya seburuk ini.

**********

"Mas, tidur yuk. Aku ngantuk, mau dikelonin sama mas." pinta Alya manja sambil bergelayut di lengan Adimas.

Sejak Karina pergi dan menghilang tanpa kabar, juga ditahannya Imah karena hutangnya pada bu Rista, sikap Adimas kini berubah sangat dingin padanya. Alya tidak diperhatikan seperti biasanya, bahkan Adimas lebih sering berada di luar rumah untuk mencari pinjaman uang dan baru akan kembali saat tengah malam. Sejujurnya Alya merasa agak keberatan jika Adimas menggunakan uang tabungannya untuk membayar hutang Imah, karena jika tabungan Adimas terkuras habis maka Alya tidak akan bisa berfoya-foya lagi. Adimas juga lupa soal janjinya yang ingin memberikan Alya kalung berlian, bahkan honeymoon mereka batal karena masalah yang datang tidak kunjung selesai.

"Mas, kamu denger gak sih!" bentak Alya kesal karena diabaikan oleh Adimas.

"Kalau kamu ngantuk, tidur duluan saja sana Al! aku lagi pusing, jangan buat aku tambah pusing!" bentak Adimas balik lebih keras.

Bola mata Alya langsung berkaca-kaca saat dibentak oleh Adimas, setelah melihat istri mudanya itu menangis Adimas langsung tersadar dari amarahnya dan memeluknya erat sambil meminta maaf. Adimas hanya merasa sangat kelelahan, ditambah dengan masalah Karina dan Imah yang sangat membebaninya. Setelah berhasil menenangkan Alya, Adimas lalu menggiring Alya ke dalam kamar dan menuruti keinginnya. Namun saat mereka baru melakukan pemanasan, tiba-tiba terdengar suara benturan dari halaman rumah seperti pagar yang ditabrak juga suara deru mesin mobil. Adimas berlari keluar untuk melihat siapa yang sudah membuat keributan di rumahnya, saat pintu utama terbuka Adimas langsung disergap oleh dua orang pria bertubuh kekar yang tidak ia kenal.

"Tanda tangani surat ini, sekarang!" titah salah satu pria yang berdiri di hadapannya, sedangkan yang satunya lagi memegangi kedua tangannya agar ia tidak melakukan perlawanan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 63

    Delapan tahun kemudian... "Mama!!" Seorang anak laki-laki berlari menghampiri Karina lalu memeluknya erat seolah mereka sudah lama tidak bertemu, sedangkan di belakangnya seorang gadis kecil acuh tak acuh berjalan melewati mereka berdua begitu saja. Aryan dan Arsyla, dua anak kembar yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan keunikan mereka masing-masing. Aryan yang memiliki wajah Kaivan namun sifatnya mirip Karina, sedangkan Arsyla memiliki wajah Karina namun sifatnya sangat dingin seperti Kaivan. "Ma, Aryan mau eskrim." "Aryan sudah makan eskrim ma, jangan dibelikan lagi." sahut Arsyla yang tengah sibuk memainkan video gamenya. "Bohong ma!" "Aku tidak bohong! Aryan, gigi kamu sudah ompong karena terlalu banyak makan eskrim. Aku malu punya saudara kembar jelek seperti kamu!" "Ma.." rengeknya dengan bola mata berkaca-kaca. "Oke mama belikan, tapi Aryan harus mau kalau mama ajak ke dokter gigi. Setuju?" Aryan mengangguk cepat dengan senyum lebar

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 62

    "Kami turut berduka atas meninggalnya nona Agatha, tuan Kaivan." Kaivan hanya mengangguk pelan, ia tidak memalingkan sedikitpun pandangannya dari makam Agatha. Satu persatu orang-orang mulai pergi, hanya ia yang tetap disini entah sampai kapan. Kacamata hitam selalu terbingkai di wajahnya, untuk menutupi kesedihannya dari semua orang juga untuk menjaga perasaan Karina. Hampir satu minggu ini, hujan selalu turun bahkan sekarang pun rintik hujan mulai membasahi tanah makam. Dua langkah dibelakangnya, Karina menunggunya dengan sabar meskipun ia juga sudah lelah. Ia lelah melihat Kaivan terus larut dalam kesedihannya, tetapi ia juga tidak tau bagaimana harus menyampaikan rasa lelahnya. Karina maju mendekati Kaivan, payung yang ia pegang ia gunakan untuk menutupi tubuh Kaivan dari hujan yang mulai deras. "Pulanglah Karina, kamu akan sakit jika terus berada disini." Entah sakit apa yang Kaivan maksud, jika itu soal hati Karina sudah sakit sejak kemarin. "Tidak, kita akan pulang bers

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 61

    "Oh God! are you nuts?!" Dua pasangan muda itu terkejut setengah mati saat Kaivan tiba-tiba masuk ke kamar, saat mereka tengah bersenang-senang. Kaivan tidak memperdulikan ocehan mereka, ia duduk di sofa yang menghadap ke jendela dan menampilkan pemandangan ratusan cahaya lampu ibukota. Arkana akhirnya menyuruh wanita itu pergi karena ia lihat Kaivan tidak akan pergi dari kamarnya, juga karena tatapan Kaivan yang terlihat putus asa. "Ada apa?" "Apa kamu sudah pakai celana dalam?" tanya Kaivan balik. "Apa pedulimu aku sudah pakai celana dalam atau belum! ah, sial! kamu merusak malam indahku," Kaivan tertawa pelan, lalu memantik cerutu milik Arkana yang tergeletak di atas meja. Ia sesap cerutu itu dan membiarkan asap berputar di wajahnya, setiap hembusannya membuat sesak di dadanya sedikit teratasi. Meski belum benar-benar membuatnya lega, setidaknya ia bisa sedikit rileks. "Apa aku salah jika memberikannya kenyataan daripada sebuah harapan palsu?" "Apa yang kamu ka

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 60

    Agatha menatap cahaya yang masuk ke dalam celah selnya, dengan tatapan kosong dan penampilan yang terlihat sangat berantakan. Agatha yang begitu cantik, berubah begitu menyedihkan hanya dalam beberapa hari. Setiap kali ia memejamkan mata, yang terlintas di dalam mimpinya hanyalah sebuah kilasan yang menakutkan. Darah, teriakan kesakitan, bahkan cacian yang membuat dirinya akhirnya takut untuk tertidur. Kantung mata yang terlihat menghitam, juga mulut yang terus menggumam pelan entah mengatakan apa. Satu tangannya terangkat dan menampilkan cincin yang berkilau terbias cahaya, ia tersenyum sambil menatap cincin itu lalu menciumnya. "Aku tau, kamu pasti akan datang." ujarnya sambil menatap kembali cincin itu dengan binar di matanya. ******* Bandara Paris-Charles de Gaulle, Berkat bantuan Arkana, Kaivan akhirnya bisa lebih cepat sampai di Perancis untuk menolong Agatha. Sebenarnya Arkana enggan menolongnya, tapi Karina terus merengek dan memintanya untuk menolong Kaivan, mau ti

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 59

    "Maaf tapi saya belum bisa menerima ini, saya juga tidak tau apakah harta ini ada sebagian milik anggota keluarga Renjana yang lain atau tidak." Karina mengembalikan surat warisan yang belum ia tandatangani, pengacara itu terlihat menarik nafas panjang karena lelah membujuk Karina. Ia sudah terlanjur menerima uang bayaran lunas dari almarhum Yudhana, uangnya juga sudah terpakai habis jadi tidak mungkin untuknya mengembalikan uang tersebut. Kantornya belakangan ini mengalami penurunan klien, sedangkan ia harus membayar gaji karyawan dan kebutuhan lainnya. Jika bukan karena Yudhana, ia pasti sudah pailit sejak kemarin. "Nona, tapi saya sudah dibayar oleh mendiang tuan Yudhana agar nona menandatangani ini." "Jika anda ingin saya menerima ini, silahkan anda temui seluruh anggota keluarga Renjana dan tanyakan, apakah ada hak mereka di harta ini." "Dan harus ada bukti jika tidak ada hak mereka di dalam harta ayahku." sambungnya mengusulkan. Itu bukan persyaratan yang mudah, tap

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 58

    "Kau sudah berjanji akan menyelesaikannya Cindy! lalu kenapa dia masih bisa berjalan dan mempermalukan adikku!" bentak Nathan, ia menghardik Cindy cukup keras sampai menabrak lemari penyimpanan tiara. Nathan memutar gelas champagne di tangannya, ia benar-benar kehabisan ide untuk menyingkirkan Agatha dari keluarga Van Blair. Wanita itu sangat gigih, ia tidak goyah sedikitpun meski sudah diterpa banyak masalah. Dan masalah terakhir yang ia buat kemarin, ternyata tidak membuat Agatha hancur sedikitpun bahkan Agatha kembali seolah tidak terjadi apapun padanya. Sebenarnya semua usaha Agatha tidak ada gunanya mau sekeras apapun ia mencoba, karena tidak ada satupun anggota keluarga Van Blair yang menerimanya. Bahkan Dewangga pun tidak menerimanya sebagai anak, Dewangga hanya mengakuinya sebagai sebuah kesalahan. Kesalahan yang ia buat saat dalam keadaan mabuk, cinta satu malam saat hubungannya dengan ibunya Nathan sedang renggang. "Saya sangat yakin jika kemarin Agatha benar-benar terp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status