Share

Pernikahan Kontrak Yang Abadi
Pernikahan Kontrak Yang Abadi
Penulis: Any Anthika

Bab 1. Kaburnya Sang Tunangan

Suara ketukan Palu dari sang Hakim beberapa saat yang lalu sudah mampu meluluh lantahkan Harapan Arumi. Dia tidak menyangka jika suaminya tega menceraikan dirinya tanpa alasan yang jelas. Namun ternyata bukan hanya itu luka yang diberikan suaminya padanya.

Baru saja dia melangkah keluar dari Gedung Kantor Pengadilan Agama, baru saja Arumi menghapus air matanya, seseorang sudah menyeretnya.

Arumi bahkan tidak sempat untuk berteriak meminta pertolongan karena seseorang yang dibantu beberapa orang lain itu sudah mendorongnya ke dalam sebuah Mobil dan membawanya ke sebuah tempat.

Tanpa menghiraukan jeritan Arumi yang terus meronta, Mereka melajukan mobil dengan sangat kilat. Ketika mobil berhenti di sebuah Rumah yang cukup besar, Mereka kembali menyeret Arumi untuk memasuki sebuah Ruangan.

"Mas Bryan!" Arumi sempat terkejut saat melihat pria yang sudah menjadi mantan Suaminya itu berada di ruangan ini. Ada seorang laki laki lain yang nampak tak asing bagi Arumi di hadapan mantan suaminya.

Bryan tersenyum datar ke arahnya dan beranjak mendekati.

"Rumi." Menyentuh pundak Arumi, namun wanita itu menepis segera dengan kasar.

"Hem.. Ayo duduklah dulu." Bryan menarik tangan Arumi.

"Kita tidak punya urusan lagi, setelah kau menceraikan aku!" Arumi menahan tangannya.

"E.. Siapa bilang. Kau masih ada tugas yang belum kau selesaikan." Tuding Bryan.

"Apalagi? Kau tidak puas sudah menghabiskan harta kita dan lalu menceraikan aku? Sekarang kau mau apa lagi?" Teriak Arumi.

"Jangan berteriak Arumi. Malu dengan Tuan Lubis." Ucap Bryan sambil menoleh pada Pria yang masih duduk tenang dengan memandangi Arumi tanpa henti.

Arumi langsung menoleh pada pria itu. Dadanya segera berdesir saat mengingat pria itu siapa. Tuan Lubis! Pria itu pernah beberapa kali bertandang ke Rumahnya saat suaminya tidak ada. Beberapa kali juga berusaha merayunya.

Ada apa ini? Kenapa suaminya menemukannya dengan Pria cabul itu? Perasaan Arumi mendadak tidak enak. Baru saja dia menerka nerka benar saja, apa yang dia khawatirkan sungguh terjadi.

"Kau ingin tau kenapa aku menceraikanmu?" Tiba tiba Bryan bertanya seperti itu pada Arumi. 

"Tentu saja. Dan kau tidak memberiku penjelasan sedikitpun!"

Bryan terlihat menarik nafas, melangkah sedikit menjauh dari Arumi dan kemudian kembali mendekati. Pria itu mengusap wajahnya sendiri lalu mulai berbicara.

"Sebenarnya, aku juga tidak ingin menceraikan mu Arumi. Tapi mau bagaimana lagi. Ini syarat mutlak dari Tuan Lubis yang sudah membantuku." 

Dua bola mata Arumi seketika terbelalak kaget. "Apa maksudmu??"

Bryan berdehem. 

"Jadi begini. Tuan Lubis sudah membantu kita. Memberiku banyak uang untuk menebus semua hutang hutangku sehingga Perusahaan dan Rumah kita tidak jadi disita oleh Bank. Tapi dengan syarat aku harus menceraikanmu karena Tuan Lubis ingin Menikahimu dan menjadikanmu istri keempatnya. Ku harap kau bisa mengerti itu Arumi."

Enteng sekali pria ini berbicara. Arumi sungguh geram seketika.

"Mengerti katamu?? Itu semua adalah hutangmu akibat kau gemar berjudi dan main perempuan. Lalu aku kau jadikan Tumbal? Gampang sekali hidupmu!" Tuding Arumi dengan sangat marah.

"Lalu kau menolak?" 

"Ya. Aku menolak. Aku tidak Sudi kau jual pada Pria itu. Urusanmu dengannya dan aku tidak terlibat!" 

Bryan malah tertawa keras, Tuan Lubis pun ikut tertawa. 

"Kau benar benar wanita bodoh Arumi." Bryan masih terkekeh, mengambil sebuah kertas dan melemparnya pada Arumi.

Tangan Arumi begitu bergetar untuk memungut kertas yang jatuh di lantai itu. Matanya terbelalak hebat ketika membacanya.

"Mana mungkin?Kau memalsukan tanda tanganku!"

"Kau bisa cek keasliannya. Itu bahkan sidik jari mu tertera disitu." 

Air mata Arumi tumpah menatap berkas itu.

"Kau pasti mencurinya dariku!"

"Tepat sekali haha.. Saat kau tidur." Sahut Bryan.

"Aku tidak mau Mas! Tolong lepaskan aku. Aku tidak mau menikah dengannya!" Arumi kini histeris. Tapi Bryan tak peduli. 

Bahkan saat Tuan Lubis mendekati Arumi dan menarik tubuh Arumi untuk memeluknya. Bryan malah terbahak bahak.

"Lepas brengsek! Lepas!" Arumi memberontak dari rengkuhan tangan Tuan Lubis.

"Aku suka perempuan binal seperti mu sayang. Kau akan menjadi istri kesayangan ku." Tuan Lubis menjilati telinga Arumi.

"Jangan harap! Aku tidak Sudi!" Arumi terus menghindari mulut liar Tuan Lubis. Tapi pria itu malah semakin brutal. Arumi menggigit lengan Tuan Lubis hingga terlepas pelukan Tuan Lubis. Arumi berusaha melarikan diri tapi Bryan cepat menangkapnya.

Beberapa pukulan mendarat di tubuh Arumi. 

Tuan Lubis berteriak memanggil anak buahnya yang langsung menyergap Arumi.

"Bawa dia ke kamarnya!" Perintah Tuan Lubis. 

Dua pria kekar itu pun menyeret Arumi.

Bryan hanya menyeringai, menepuk nepuk Jasnya. Dan menoleh pada Tuan Lubis.

"Arumi milikmu sekarang. Mana janjimu?" 

"Tenang Bryan. Aku sudah menyiapkan." Tuan Lubis terlihat mengambil sesuatu di meja sana. Kemudian datang kembali pada Bryan dan meletakkan koper di atas meja.

"Ini milikmu! 20 Milyar!" Tuan Lubis membuka koper.

Mata Bryan langsung bersinar terang menatap gepokan uang merah itu. Senyumnya mengembang sempurna.

"Terimakasih." Bryan mengambil koper itu dan segera permisi dengan hati yang dipenuhi kebahagiaan. Melupakan penderitaan Arumi. Wanita yang sudah menemaninya selama lima tahun itu.

Di tempat lain!

"Brengsek! " Hanzero melempar Ponselnya sesaat setelah memeriksa pesan masuk.

Sekretaris Arpha menghampirinya dan melempar beberapa Foto serta bukti bukti di atas meja. Ada keterangan tentang Cek in di sebuah Hotel, tiket pesawat ke Luar Negeri dan beberapa Foto pasangan mesra. Hanzero memeriksa itu dan kembali melemparnya sembarangan.

"Selama ini anda mengetahui jika Pria itu adalah mantan kekasih Nona Vanya, ternyata itu salah. Mereka tidak pernah putus dan bahkan Nona Vanya sengaja mendekati Anda hanya untuk menjebak anda. Selain Hartamu, dia juga ingin mempermalukan Tuan Hanz seperti yang akan terjadi dua hari kedepan."

Hanzero meremas rambutnya.

"Aku sungguh tidak percaya jika Vanya seperti itu. Dia benar benar jalang!" Hanzero menggebrak meja.

"Maafkan aku Tuan. Aku tidak bisa meyakinkanmu." Ucap Sekretaris Arpha.

"Kau tidak bersalah Ar. Aku yang salah. Selama ini tidak mendengar nasehatmu dan Ucapan Ibu." 

"Lalu apa yang akan kita lakukan Tuan Hanz? Dua hari lagi adalah hari Pernikahanmu. Apa kau akan membatalkannya?"

Wajah Hanzero benar benar memerah.

Sorot kecewa, sakit hati dan rasa bersalah cukup menghantamnya sekarang.

"Arg… Sial!" Dia berteriak. Membanting apa saja yang ada di hadapannya.

Hanzero nampak frustasi sekali. Bagaimana tidak, dua hari lagi adalah hari pernikahannya yang akan diadakan di hotel berbintang dengan para tamu orang orang kelas atas dari penjuru tanah air. Undangan sudah tersebar sejak seminggu yang lalu. 

Lalu sekarang apa yang akan diperbuat? Tunangannya melarikan diri bersama Pacar gelapnya. Meninggalkan Hanzero hanya dengan sebatas chat kata Maaf, dan Selamat Tinggal sembari menyisipkan Emot tertawa.

Jika ia membatalkan Hari Pernikahan itu, lalu apa kata dunia. Dia akan malu, keluarga besarnya akan hancur. Nama besar Perusahaan Jaya Dipa akan tercoreng seketika.

_________

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status