Share

Bab 2. Melarikan diri.

Hanzero nampak frustasi sekali. Otaknya begitu Stres memikirkan kenyataan pahit akhir dari hubungannya dengan Vanya sang kekasih laknatnya.

Hanzero melangkah keluar dengan gontai diikuti Arpha.

"Apa anda ingin pulang Tuan?" Tanya Arpha.

Hanzero belum bersuara sampai di depan mobilnya.

"Kita ke Apartemen saja Ar, aku ingin menenangkan diri."

"Baik!" Arpha dengan cekatan membuka pintu mobil untuk Presdir nya. Dan setelah memastikan Hanzero duduk dengan baik dia pun melajukan mobilnya.

"Jangan katakan apapun pada Ibuku. Aku tidak ingin membuatnya semakin kecewa."

Arpha hanya mengangguk. Dia sudah paham bagaimana harus menghadapi Ibu Hanzero. Untuk mendapatkan restu sang Ibu saja, Hanzero perlu waktu yang cukup lama untuk Ibu mau menerima Vanya. Lalu masalah ini? Itu sudah pasti akan membuat Ibu syok, dan bisa bisa jantungan.

Ibu bukan tanpa alasan tidak menyukai Vanya. Bukan hanya Royal dan kurang menjaga hubungan baik dengan keluarga calon mertua, tapi Ibu tau jika Vanya juga dari keluarga yang kurang memiliki riwayat baik . Kakak kandung dari Vanya bahkan adalah musuh Perusahaan Jaya Dipa. Seorang laki laki yang terkenal mesum dan beristri tiga. Belum terhitung paral gundiknya.

Tapi demi kebahagiaan Putranya, Ibu bisa mengalah dan akhirnya mau memberi restu. Semua persiapan Pesta Pernikahan mereka pun Ibu yang mengatur.

"Bawa aku ke Cafe dulu!" Ucap Hanz 

"Baik Tuan!"

_____

Sementara di Rumah Besar bertingkat Tuan Lubis!

Arumi hanya bisa menghabiskan sisa air matanya yang terasa mulai mengering akibat terus menerus menangis.

Dan sore ini juga, Tuan Lubis sudah mengumumkan tentang hari pernikahannya dengan Arumi yang akan dilangsungkan secepatnya. Dia sudah menyuruh anak buahnya untuk mengatur resepsi.

Kepada ketiga istrinya dia berpesan untuk menjaga Arumi dengan baik dan memperlakukan Arumi seolah Permaisuri Raja. Itu tentu membuat tiga istrinya seketika kesal dan cemburu.

Mereka hanya pura pura mengangguk tanpa berani memprotes dan memilih melangkah pergi.

Tiga wanita itu sudah berada di ruangan lain yang terpisah dan nampak berbisik-bisik dengan raut wajah geram.

"Bisa bisanya, Suami kita mengeluarkan begitu banyak uang hanya demi gundik sialan itu!" Ucap Istri Ketiga.

"Mungkin wanita itu memakai guna guna." Sahut sang istri kedua.

"Ah bisa jadi. Tapi yang perlu dicemaskan, sekarang saja suami kita sudah tidak peduli pada kita dan tergila gila pada wanita itu. Bagaimana kedepannya? Dan kita harus memperlakukan wanita itu selayaknya Permaisuri Raja?? Itu menyebalkan!" Timbal Istri Tua.

"Aku tidak Sudi! Enak saja. Memangnya siapa dia?" Ketus istri kedua.

"Aku jadi ingin mencekiknya!" Geram istri ketiga.

Wanita sebagai istri pertama nampak diam seperti sedang berpikir.

"Kita harus melakukan sesuatu sebelum terlambat!" 

Dua wanita lainnya pun setuju dan ikut memikirkan sesuatu sekarang.

"Aku ada ide!" Istri pertama tiba tiba berseru. 

"Apa itu?" Mereka mendekatkan telinga mereka untuk mendengar bisikan Istri Pertama.

Ketiganya terlihat tersenyum senang. Lalu mengatur siasat.

Satu diantara mereka yang tak lain adalah istri ketiga keluar dari ruangan untuk memeriksa. Setelah mengetahui jika Lubis sedang keluar, dia segera melapor pada para madunya.

___

Arumi masih menangis, duduk bersandar dengan putus asa di sudut ruangan.

"Beri Aku pertolongan Tuhan. Aku menunggu keadilan darimu." 

Rupanya doa Arumi seketika terkabul. Pintu kamarnya dibuka seseorang. Arumi langsung berdiri dan berlari ke arah pintu. Tapi dia segera menghentikan langkahnya ketika melihat seorang wanita dengan pakaian Mini itu berdiri menatapnya dengan sangat sinis.

"Nyonya , ku mohon bantu aku." 

"Aku memang akan membantumu!" Dia menarik kasar tangan Arumi sebelum Arumi sempat berbicara lagi.

"Ayo cepat!" 

Arumi tidak menolak, karena ini adalah kesempatan baik untuknya. Dia mengikuti langkah cepat wanita itu tanpa bertanya lagi.

Sial, Tiba tiba Penjaga muncul menghadang mereka.

"Nyonya! Berhenti." Dua wanita itu seketika berhenti.

"Anda mau membawa Nona ini kemana? Jika Tuan Lubis tau, maka dia akan murka."

Beruntung, istri pertama muncul tepat waktu bersama istri kedua.

"Eh, aku yang menyuruhnya. Kami ingin mengajak dia ini ketaman belakang untuk sekedar mengobrolkan hari pernikahannya. Bukankah dia akan menjadi bagian dari kita? Sudah seharusnya kami mulai saling mendekatkan diri. Bukankah Tuan Lubis juga mengatakan jika kami harus memperlakukannya dengan baik?" 

Wanita yang masih menggandeng tangan Arumi menyenggol Pinggang Arumi untuk isyarat.

"Oh iya. Tuan. Aku juga yang mau. Aku harus membiasakan diri dengan mereka." Arumi ikut berakting.

Penjaga nampak menimbang sebentar.

"Baiklah para Nyonya Nyonya. Kalau begitu silahkan. Tapi jangan di luar pagar dan cepat kembalikan Nona ini ke kamarnya sebelum Tuan Lubis datang."

"Ah , tentu saja. Kami juga takut kalau sampai Tuan mu murka." Sahut istri pertama.

Penjaga akhirnya beranjak pergi. Kesempatan itu segera diambil mereka.

"Cepat lah Lelet!" Wanita di samping Arumi kembali menyeret Arumi. 

Mereka menuju Taman belakang.

Satu diantara mereka membuka pintu pagar belakang taman setelah memastikan keadaan aman. Lalu menarik kasar tangan Arumi.

"Kami tidak ingin kamu berada disini. Jadi pergilah. Kehidupan di luar sana jauh lebih baik untukmu. Percayalah." 

"Terimakasih." Ucap Arumi sebelum melangkah keluar.

"Ya ya ya. Pergi lah. Kau harus berlari agar tidak terkejar Penjaga." Sahut wanita yang membuka pintu.

"Apa tadi, dia berterima kasih? Jangan jangan dia memang terpaksa berada disini." Ucap wanita yang lain.

"Bisa jadi. Kita hanya salah menilainya. Tapi baguslah. Artinya kita sudah berbuat baik membantunya untuk kabur."

" Tapi kalau kita ketahuan bagaimana?" 

"Ah, kita pikirkan nanti."

Sementara Arumi saat ini sudah berlari sekencang Kencang kencangnya. 

Tapi sayang, sebelum Arumi dapat menjauh dari Rumah itu, seorang Penjaga melihatnya.

"Itu Nona Arumi. Kenapa bisa disana?"

" Dia ingin kabur! Ayo cepat kejar!" 

Beberapa Penjaga mengejar Arumi.

Sialnya, Arumi yang sudah kelelahan malah terjatuh. Para penjaga akhirnya berhasil menangkapnya.

"Lepas! Lepaskan aku!" Dua pria membekuk tangan Arumi. Satu pria menelpon Lubis. Lubis yang ternyata sudah berada di halaman depan pun segera mendatangi lokasi.

Arumi masih berusaha memberontak, namun tenaga dua pria itu begitu kuat untuk seorang Arumi. Arumi semakin takut dan panik , apalagi ketika dari arah sana sudah melihat Lubis muncul ke arahnya.

Arumi yang tidak ingin putus asa lagi masih berusaha untuk melepaskan diri. Tiba tiba ia menendang pusaka satu dari pria yang menahannya dengan sekuat tenaga yang ia punya dan menggigit jari jemari pria yang satu lagi.

Sontak mereka berteriak kesakitan dan reflek melepaskan tangan mereka. Kesempatan itu diambil Arumi untuk kembali melarikan diri.

Lubis yang melihat itu tentu panik dan berteriak.

"Wanita Jalang! Kembali padaku!" 

"Bodoh kalian! Cepat kejar!" Memberi perintah kepada anak buahnya yang langsung kembali mengejar Arumi.

Lubis tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar.

Arumi berlari pontang panting ke arah jalan besar. Dia masih bisa melihat gerombolan Lubis mengejarnya.

Arumi sudah panik. Sambil berlari dengan sisa tenaganya sambil mengedarkan pandangan.

Tidak ada tempat yang baik untuk dituju selain di sebuah parkiran Cafe. Arumi memutuskan untuk berlari ke arah sana. 

Tanpa peduli apapun dia mencoba membuka semua pintu mobil. Sial! Tidak ada yang terbuka satu pun. 

Di Tengah keputus asaannya, sebuah pintu mobil berhasil terbuka. Tanpa pikir panjang lagi Arumi masuk dan bersembunyi di sana.

___

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status