Share

Bab 4. Menikahlah denganku.

Sudah sehari semalam Arumi berada di apartemen milik Hanzero. Arpha seperti tau cara menghargai wanita, bersedia menyiapkan semua kebutuhan Arumi dengan bantuan pelayan lain. 

Arumi berterima kasih untuk itu. Arpha hanya mengangguk sambil sekali lagi mengatakan jika Arumi harus bertingkah baik dan bekerja dengan baik. 

Arumi mengiyakan, meski sebenarnya dia tidak tau apa yang harus dikerjakan disini. 

Tidak tau apa yang harus diperbuat selain hanya mondar mandir. Masak pun tidak ada menyentuh selain dirinya sendiri. 

Beruntung Arpha sedikit mau memakannya. 

Arumi bukan tidak coba menawarkan makanan pada Hanzero yang sejak semalam tidak keluar kamar. Tapi Arumi malah hanya mendapat usiran kasar dari Pria itu.

Hingga sore hari Arumi kembali ke kamarnya.

Sementara Hanzero masih berada di kamarnya. Tidak ada yang dilakukannya kecuali duduk bersandar di sofa dengan kepala bersandar. Pikirannya tak karuan.

Besok, adalah hari pernikahannya. Bukan dia tidak khawatir atau panik. Apa yang akan terjadi? Sungguh ini membuat Hanzero stres berat.

Puluhan panggilan tak terjawab, bahkan puluhan Chat dari sang Ibu dan kakak perempuannya tidak ia jawab.

Hanzero tidak tau harus bicara apa kepada mereka. Tidak tau apa yang harus dijelaskan. Membatalkan Pernikahan sudah terlambat tentunya. Semua persiapan sudah matang, ini pasti akan membuat keluarganya jantungan.

"Vanya Sialan! Aku akan menghabisimu jika aku bisa menemukanmu!" Hanzero memaki. Meremas rambutnya. Hingga ketukan Arpha terdengar.

Hanzero membiarkan itu sampai Arpha sendiri yang membuka pintu dan berjalan masuk menghampiri.

"Tuan Hanz."

Hanzero tidak menyahut juga menoleh. Arpha duduk di hadapannya. Melirik Ponsel milik Hanzero yang berdering dan mengulurkan tangan hendak meraihnya.

"Jangan mengangkatnya!" Ucap Hanzero membuat Arpha segera menarik mundur tanganya.

"Nyonya Tuan."

"Biarkan saja."

Arpha membuang nafas berat. Dia tau keresahan Bosnya. Ini bukan masalah sepele.

"Kita harus mencari jalan keluar Tuan. Jika anda mau, hari pernikahan anda tidak perlu batal."

Hanzero seketika mendongak untuk menatap lekat Arpha. 

"Maksudmu?"

"Mencari pengantin pengganti. Hanya itu yang bisa menyelamatkanmu. Nama baik keluarga dan menutup aib keluarga." Jelas Arpha.

Hanzero terdiam. Nampak sedang memikirkan usul Arpha. Kemudian Hanzero mengangguk angguk. 

"Itu ide yang cukup cemerlang."

"Tapi masalahnya, siapa wanita yang akan menjadi pengantin pengganti Anda Tuan. Kita harus berhati hati soal memilihnya." Tambah Arpha. 

Hanzero pun kembali berpikir keras. Siapa kira kira yang bisa di percaya?

Saat keduanya sedang sama sama berpikir keras, Arumi masuk untuk mengantarkan minuman yang dipesan Arpha tadi.

"Maaf Tuan. Minumannya."

"Letakkan disini." Sahut Arpha meminta Arumi membawa Minuman ke atas meja.

Hanzero tanpa sengaja menoleh dan pandangannya bertemu dengan Arumi. Wanita itu langsung menundukkan wajahnya dan cepat melangkah mendekati meja dan menaruh minuman dari atas nampannya.

"Permisi Tuan." Arumi segera menarik mundur kakinya untuk berlalu. Tapi tiba tiba Hanzero menangkap pergelangan tangannya.

"Tunggu sebentar. Aku perlu bicara."

Jantung Arumi hampir saja berhenti. Lututnya sampai gemetaran. Apa Tuan Hanz akan meminta uangnya? Astaga! Arumi terlihat sangat pucat.

"Duduklah." Hanzero meminta Arumi untuk duduk. Arpha kini berdiri dan menggeser kakinya.

"Duduklah Nona. Tidak apa apa. Mungkin Tuan Hanz sedang ada perlu denganmu." Ucap Arpha.

Arumi masih dengan ketakutan akhirnya duduk di hadapan Hanzero dengan wakh tertunduk.

"Siapa namamu?" Tanya Hanzero.

"Arumi Tuan." Jawab gugup Arumi tanpa mengangkat wajahnya.

"Apa benar kau sudah bercerai dari suamimu?" Kembali Hanzero bertanya.

Arumi hanya menjawab dengan anggukan.

"Baiklah Arumi. Aku sudah mengeluarkan uang begitu banyak untuk menebusmu dari Lubis. Jika aku meminta uangku kembali, apa kau bisa mengendalikannya?" Tanya Hanzero, kali ini membuat Arumi mendongak.

"Tuan. Saya tidak mungkin mempunyai uang sebanyak itu. Tapi jika anda memintanya, saya pasti akan mengembalikan walau saya tidak bisa menjanjikan sampai kapan saya bisa melunasinya. Tapi saya akan tetap berusaha walau harus seumur hidup saya." Jawab Arumi. Sekarang airmatanya lolos dihadapan Hanzero.

"Oh.. Baiklah. Jadi begini. Aku akan menganggap hutangmu lunas, tapi dengan satu syarat. Menikahlah denganku."

Jedar!

Kata kata itu begitu mengejutkan Arumi, Arpha pun sempat terkejut karena tidak menyangka jika Tuannya akan memilih Wanita ini untuk menjadi pengantin penggantinya.

"Me-Menikah?" 

"Ya. Menikahlah denganku besok."

"Besok??" Arumi semakin terkejut. Kenapa nasibnya Seperti ini? Lepas dari Lubis kembali bertemu dengan laki laki yang akan memaksanya untuk menikah lagi ?

"Kamu tidak usah khawatir. Kita hanya akan menikah kontrak. Selama beberapa waktu tertentu. Setelah situasi aman, aku akan menceraikanmu dan kau bisa bebas kemana pun kau mau. Jadi , bantu aku menyelamatkan nama baik ku, dan hutangmu kuanggap lunas. Bagaimana?" 

Arumi masih belum bisa berkata apa apa.

"Pikirkan baik baik Arumi. Tidak akan ada yang dirugikan dalam pernikahan nanti. Aku tidak akan menuntut apapun kepadamu kecuali hanya berpura pura lah menjadi istri yang mencintaiku di hadapan seluruh orang termasuk keluarga ku. Aku sudah menyelamatkan hidupmu dari Lubis mesum itu. Dan kau harus menyelamatkan aku." Tambah Hanzero.

"Tapi, sebenarnya ada apa Tuan? Dan kenapa harus saya. Saya,"

"Arpha akan menceritakan nanti. Sekarang jawab saja. Apa kau bersedia? Aku tidak punya banyak waktu untuk memilih wanita mana yang akan menjadi Mempelai wanita ku besok. Dan aku butuh jawabanmu sekarang."

Arumi terdiam, dia bisa sedikit paham sekarang. Sepertinya pria dihadapannya ini sedang mempunyai masalah yang cukup serius.

"Baiklah Tuan. Aku bersedia. Tapi anda harus berjanji , jika anda tidak akan mempersulit saya dalam pernikahan itu." 

Hanzero menarik nafas lega, menoleh pada Arpha yang Mengangguk mantap.

"Arpha akan membuat surat perjanjian kita. Apa yang kau inginkan kau bisa sebut saja. Arpha akan menulisnya." Ucap Hanzero. 

Arumi hanya mengangguk.

"Pergilah, dan beristirahat lah. Terima Kasih atas kesediaan mu." Ucap Hanzero.

Arumi mengangguk kembali dan segera beranjak.

"Mari Nona. Aku akan mengantarmu." Arpha mengiringi langkah Arumi keluar dari Kamar Hanzero.

"Terimakasih Nona Arumi. Kau sudah bersedia membantu Tuan Hanz." Ucap Arpha saat sudah berada di depan kamar Arumi.

Arumi menoleh. "Sebenarnya ada apa Tuan? Kalau boleh, saya hanya ingin tau sedikit agar tidak bingung nantinya." 

Arpha mengangguk, lalu membukakan pintu untuk Arumi. "Masuklah. Aku akan memberitahumu."

Arumi pun masuk tanpa ragu, Arpha mengikuti dengan biarkan pintu terbuka lebar.

"Taun Hanzero dikhianati kekasihnya tepat setelah undangan pernikahan mereka sudah tersebar. Itu pasti menyakitkan hatinya. Dia tidak mungkin membatalkan hari itu atau nama baik dirinya dan keluarganya akan hancur seketika. Itu sebabnya Tuan Hanzero begitu kacau!"

Arumi mengangguk, sekarang dia sadar betapa besar masalah Hanzero.

"Tapi kenapa wanita itu begitu ceroboh? Tidak mungkin tidak alasan bukan?" Tanya Arumi.

"Kekasih Tuan Hanz adalah adik kandung dari Lubis. Semua orang tau riwayat tidak baik mereka. Tapi Tuan Hanz dibutakan oleh cinta membuat dia tidak mempercayai semua perkataan orang termasuk Ibunya sendiri. Jika Kekasihnya itu hanya ingin membuatnya hancur." 

Arumi sekarang mulai mengerti. Dia sangat menyayangkan tindakan bodoh wanita itu. Tapi, entahlah. Arumi tidak bisa ikut campur urusan mereka. Karena saat ini dia hanya semata mata ingin membantu dirinya sendiri menebus hutangnya ada Hanzero. Meskipun dengan cara menikah kontrak dengannya. 

"Baiklah. Sekarang beristirahatlah dengan baik. Dan siapkan dirimu untuk besok dengan sebaik baiknya. Ku mohon kerjasamanya." Ucap Arpha, kemudian keluar dari kamar itu dan menutup pintu.

______

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status