Share

Bab 5. Hari Pernikahan

Sepanjang malam Arumi tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya terus melayang tak tentu arah. Sebenarnya dia tidak terlalu memikirkan tentang hari besok. Sebab dia yakin, hari pernikahan besok hanyalah sebatas sandiwara saja. Jadi dia tidak terlalu memikirkan itu. Namun yang mengganggu pikirannya adalah, kenapa Bryan begitu tega? 

Lima tahun pernikahan yang dijalani penuh perjuangan berakhir pengkhianatan. Bukan dia tidak bertahan dengan segala beban dan penderitaan yang diberikan Bryan. Tapi semua itu ternyata sia sia. Namun Arumi masih beruntung karena belum sempat diberi keturunan dalam pernikahannya. Jika sudah, mungkin bukan hanya dia yang akan terluka.

Hingga hampir sepertiga malam, Arumi baru bisa memejamkan matanya. 

Rasanya baru satu jam Arumi tertidur, pintu kamar sudah diketuk seseorang dari luar. Arumi beranjak bangun untuk mengintip.

"Nona. Persiapkan dirimu. Kita akan segera berangkat!" 

Arumi tertegun menatap Arpha yang sudah berdiri didepan pintu. 

Gila! Dia melupakan hari ini. Bisa bisanya.

"Ah, baik Tuan. Aku akan mandi sebentar dan menemuimu."

Arpha mengangguk dan segera pergi dari situ.

Sementara di kamar lain, 

Hanzero sedang di introgasi oleh Mamanya melalui panggilan.

"Jangan membodohiku Hanz! Mama tau apa yang terjadi?" Omel yang disebrang telepon.

"Apa Ma?" Kilah Hanzero, padahal hatinya sudah degap degup karena dia sudah bisa memastikan jika sang Mama sudah tau apa yang terjadi.

"Vanya kabur kan? Dia mengkhianati mu!" 

"Mam. Semua akan baik baik saja. Percayalah." Jawab Hanzero dengan enteng.

"Bagaimana mau baik baik saja?? Hari ini adalah hari pernikahanmu! Lalu bagaimana?" Teriak panik sang Mama.

"Bukankah Mama tidak pernah menyukai Vanya. Itu bagus donk buat Mama." 

"Kau gila Hanzero! Jika mau seperti itu, jangan biarkan Mama menyiapkan seluruh pesta anak Bodoh! Siapa yang akan menanggung aib! Mama tidak sanggup Hanz!" 

"mama tenang. Hanz tidak mungkin membiarkan itu terjadi." Jawab Hanzero.

"Terserah kau saja!" Mama hampir saja menutup panggilan.

"Ma, tunggu dulu." 

"Maafkan Hanz. Ini semua salahku yang tidak mendengar nasehatmu. Aku berjanji akan menebus semuanya dan mendapatkan Vanya untuk membalas semua perbuatannya." Hanz menutup panggilan. 

Sementara di sana,

Mama terdengar terisak. Air matanya tak terasa tumpah.

"Sabar Ma." Shela memeluk Mama untuk menenangkan.

"Adikmu Shel, ternyata kecurigaan kita benar. Jika Vanya benar benar kabur meninggalkan Hanz di hari pernikahannya. Wanita Jalang itu. Apa yang ia perbuat!" 

"Tenanglah Mam. Hanzero pasti sudah menemukan solusinya. Buktinya dia tidak panik." Jawab Shela.

"Tapi kenapa dia harus menutupi semua ini dari kita dan membiarkan dirinya sendiri yang menanggungnya?"

"Mungkin karena dia tidak ingin Mama tertekan. Dia juga merasa bersalah tidak mau mendengar kita tentang Vanya. Jangan menyalahkan Hanz. Kita patut bersyukur, Hanz tidak jadi menikahi wanita ular itu." Sahut Shela.

"Tapi apa yang akan diperbuat Hanz untuk hari ini? Apa dia sudah menyiapkan Pengganti Vanya?" Mama tiba tiba menebak.

Shela nampak terkejut, "Sepertinya begitu."

"Lalu siapa wanita itu?" Tanya Mama kembali.

"Jika dia bukan wanita baik baik, maka aku akan membuatnya pergi dari kehidupan Hanzero untuk selamanya!" Seringai Mama.

"Mama tenang saja. Aku akan membantu Mama untuk menyelidiki wanita itu. Kita lihat saja nanti." Sahut Shela.

Kita beralih ke Arumi.

Arpha sudah membawa Arumi ke Suatu tempat khusus. 

Disana, di ruangan khusus makeup, beberapa wanita khusus sedang memoles wajah Arumi. Berbalut Gaun pengantin yang sangat mewah, Arumi begitu nampak memukau. 

Hingga beberapa saat kemudian, Arumi dipersilahkan untuk keluar. 

Arpha sudah menunggu disana bersama Hanzero. Dua pria itu menoleh dan seketika terkejut. 

Mereka terpukau ketika melihat wanita yang sudah berdiri diambang pintu itu. Begitu cantik dan mempesona bak bidadari. Dua pria itu saling menoleh dan melempar pandangan. Siapa ini? Kedua hati mereka saling bertanya.

"Ar? Dia siapa? Apa dia Arumi?" Bisik Hanzero, ragu jika wanita itu Arumi.

"Tidak tau Tuan." Balas Arpha dengan berbisik juga.

"Cepat pastikan!" Hanzero meminta Arpha untuk memeriksa ke dalam ruangan. Siapa tau saja wanita itu bukan Arumi melainkan orang lain, dan Arumi nya ngumpet untuk lari.

"Siap.!" Jawab Arpha, tapi sebelum dia melangkah, Arumi sudah mendekati mereka.

"Tuan. Maaf, lama menunggu." 

Dua pria itu menelan ludah sekarang. Kembali melempar pandang. Dia benar benar Arumi? Gila! Kenapa bisa secantik ini? Vanya tidak ada seujung kuku.

"Tuan, dia Arumi."

"I,iya." 

"Tuan. Saya sudah siap. Apa ini terlihat baik?" Tanya Arumi sambil memperlihatkan gaunnya yang menjuntai menyentuh lantai.

"Oh. Ya, tentu saja. Baik. Sangat baik!" Arpha yang menjawab.

"Oh ya baiklah. Kita harus cepat berangkat. Semua orang sudah menunggu kalian." Ucap Arpha. 

Dua pria itu melangkah dan Arumi mengikuti dari belakang dengan sangat pelan. Arumi terlihat kesusahan melangkah cepat karena sepatu tinggi dan gaunnya.

"Tuan, sepertinya Nona Arumi perlu digendong. Dia bisa terjatuh." Bisik Arpha. Hanzero menghentikan langkahnya untuk menoleh dan seperti sedang berpikir.

"Biar aku yang menggendong nya tuan. " Ucap Arpha kembali , sudah memutar langkahnya. Tapi Hanzero cepat mencekalnya.

"Biar aku saja. Enak saja! Dia calon pengantin ku bodoh!" Jawab Hanzero.

Arpha terkikik mendengarnya. Ini pertanda bagus.

Hanzero kemudian menghampiri Arumi.

"Arumi. Maaf ya. Aku harus menggendong mu. Gaunmu akan kusut jika untuk berjalan sampai mobil." 

Arumi hanya mengangguk saja. 

Hanzero mengangkat tubuh Arumi dengan hati hati dan menggendongnya lalu melangkah diikuti oleh Arpha. 

Hanzero tampak begitu tegang saat sesekali melirik wajah Arumi. Sementara Arumi hanya menunduk saja untuk menjaga pandangan.

Arpha berjalan mendahului untuk membukakan pintu mobil. Setelah Hanzero memasukkan Arumi dengan hati hati, Hanzero pun menyusul dan sekarang duduk di samping Arumi. Arpha segera melajukan mobilnya menuju gedung tempat Pernikahan Mereka.

Sepanjang perjalanan jantung Hanzero tak berhenti berdegup, dia masih setia mencuri pandang pada wajah Arumi. Itu membuat Arumi jadi salah tingkah.

"Maaf Tuan. Penampilan saya tidak sesuai dengan keinginan Tuan Hanz ya?" Tanya Arumi, ia menebak jika Hanzero tidak menyukai penampilannya.

Hanzero langsung tersadar dan menarik cepat pandangannya. 

"Tidak kok. Kamu sangat cantik. Aku sampai tidak bisa mengenalimu." Jawab Hanzero menyembunyikan rasa gugupnya.

Tidak bisa dipungkiri jika saat ini Hanzero sangat gugup.

Ini benar benar gila.  Bukankah pernikahan ini hanya sandiwara? Tetapi Hanzero merasa seperti bukan sandiwara. Hatinya begitu gugup dan sesekali dia menyentuh dadanya yang terus berdebar tak karuan.

Lain hal yang dirasakan Arumi, dia begitu santai tanpa ada perasaan apapun. Baginya ini hanyalah pernikahan mainan saja. Jadi dia sama sekali tidak gugup atau berdebar hatinya. Namun perasaan seperti itu ternyata tidak dirasakan lagi oleh Arumi ketika mobil telah berhenti. 

Arumi sekarang merasakan jantungnya berdebar keras saat di hadapannya terpampang pemandangan yang jauh di luar yang ia pikirkan. 

Gedung yang begitu megah dengan pesta besar ada di hadapannya. Sekarang Arumi gugup. Takut melakukan kesalahan dan akan ketahuan jika dia hanyalah pengantin pengganti saja. 

Sungguh, Arumi tidak menyangka jika Pesta pernikahan Hanzero dilakukan dengan Pesta semegah ini. Pantas saja pria itu sangat khawatir dengan Nama baik dan reputasinya. Dia rupanya dari kalangan kelas atas.

Mereka segera di sambut oleh staf WO yang langsung membawa mereka ke tempat khusus untuk ikrar janji suci.

Semua mata memandang keduanya tanpa henti. Begitu banyak pujian keluar dari mulut para Tamu undangan.

Begitu anggun dan mempesonanya pasangan ini. Sang pria yang tampan dan gagah, serta sang Wanita yang begitu cantik dan anggun. Apalagi ketika Arumi tersenyum ramah dan manis, semua orang terbius olehnya. 

Mama dan Shela yang sudah berada di dalam pun terkejut. Di luar tebakan. Wanita yang akan dinikahi Hanzero ini sungguh jauh dari perkiraan. 

Mama tidak sadar tersenyum melihat calon menantunya.

"Apa dia calon menantu Mama?" Bertanya pada Hanzero saat sudah berada di hadapannya.

"Benar Mam. Kenalkan namanya Arumi." Bisik Hanzero, sengaja agar tidak ada orang lain yang mendengar.

Jantung Arumi berdesir menatap Mama. Dia tersenyum ramah dan menyambut tangan Mama untuk menciumnya.

"Ya Ampun. Kau anak siapa? Kenapa semanis ini?" Mama hampir berteriak jika saja Hanzero tidak menutup mulut Mama dengan telunjuknya.

"Jangan beringsik Ma! Mau kita akan malu nanti jika mereka tau kalau Arumi ini bukan Vanya?"

Mama untung langsung tersadar. "Tidak tidak. Maafkan Mama." 

Semua kini terhening saat tiba waktunya Kedua calon mempelai beranjak menuju Altar suci untuk mengucapkan janji pernikahan!

_______

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status