Beranda / Romansa / Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim / Bab 9 – Rahasia yang Tidak Pernah Jadi Rahasia

Share

Bab 9 – Rahasia yang Tidak Pernah Jadi Rahasia

Penulis: Iris Nyx
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-18 02:00:59

Langit siang itu tertutup awan tipis, membuat suasana di taman kampus terasa teduh. Angin sepoi-sepoi bertiup, menggoyangkan dedaunan pohon yang menaungi bangku taman tempat Rhea duduk. Dengan santai, ia membuka bukunya, mencoba membaca di sela waktu kosong sebelum kelas berikutnya.

Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.

Tiba-tiba, suara langkah cepat mendekatinya, disusul suara yang sangat familiar.

"Oi, Rhea!"

Rhea hanya mendongak sekilas, melihat Kyle yang sudah menjatuhkan dirinya di bangku sebelahnya dengan napas sedikit tersengal.

"Tumben nggak di kantin," komentar Kyle sambil mengatur napas.

Rhea menutup bukunya sebentar. "Lagi nggak pengen makan berat. Lagipula, suasana di sini lebih tenang."

Kyle mendengus kecil. "Makanya aku cari-cari, ternyata kamu di sini."

Ia menyandarkan punggungnya ke bangku dan mendongak ke atas, menatap dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Beberapa saat mereka hanya duduk dalam d

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 10 – Seseorang Datang

    Minggu pagi di apartemen mereka terasa lebih tenang dari biasanya. Rhea baru saja selesai sarapan dan sedang membaca buku di sofa ketika bel apartemen berbunyi."Siapa pagi-pagi begini?" gumam Rhea sambil melirik jam di dinding.Michael yang baru keluar dari kamar, masih mengenakan piyama satin berwarna pastel, langsung bergegas ke pintu. "Aku yang bukain."Rhea tidak terlalu peduli dan kembali fokus pada bukunya. Namun, begitu pintu terbuka, suara berat seorang pria terdengar."Miki! Lama nggak ketemu!"Rhea yang tadinya tidak tertarik langsung melirik ke arah pintu. Seorang lelaki dengan tubuh tinggi, gagah, dan atletis berdiri di ambang pintu. Ia mengenakan kaos hitam polos yang membentuk otot-ototnya dengan sempurna, dipadukan dengan celana jeans yang memperlihatkan kakinya yang panjang dan kokoh. Rambutnya pendek rapi, dengan rahang tegas dan sorot mata yang tajam.Satu hal yang langsung disadari Rhea—lelaki ini benar-benar memili

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 11 – Tidak Punya Dress Sama Sekali

    Sore itu, Rhea sedang duduk di depan cermin sambil menatap dirinya sendiri. Tangannya terangkat ke dagu, wajahnya tampak serius seolah tengah memikirkan sesuatu yang berat.Michael, yang baru saja keluar dari kamarnya, berhenti sejenak melihat ekspresi Rhea yang tidak biasa itu. Dengan penasaran, ia berjalan mendekat dan bersandar di kusen pintu."Kamu kenapa?" tanyanya.Rhea menoleh ke arah Michael, lalu menghela napas. "Aku bingung mau pakai baju apa nanti malam."Michael mengangkat alisnya. "Oh, itu aja? Pakai dress simpel saja sudah cukup."Rhea terdiam. Wajahnya mendadak sulit ditebak.Michael menunggu, tapi Rhea tidak juga memberikan respons."Ada masalah?" Michael bertanya lagi, kali ini sedikit lebih waspada.Rhea akhirnya membuka mulut. "Aku nggak punya dress."Michael mengedip. "Apa?""Aku nggak punya dress," ulang Rhea dengan nada yang lebih santai, seolah hal itu bukan masalah besar.Michael men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 12 – Perubahan yang Mengejutkan

    Michael duduk di sofa salon dengan ekspresi bosan. Sudah hampir satu jam ia menunggu Rhea yang entah sedang diapakan di dalam. Pikirannya sempat terlintas, apa perlu selama ini hanya untuk makeup? Bukankah Rhea bilang dia mau yang natural saja?Sambil menghela napas, ia menggulir layar handphonenya, mengecek email dan beberapa pesan masuk. Namun, tak ada yang cukup menarik untuk mengusir kebosanannya.Beberapa pegawai salon mondar-mandir, sesekali meliriknya. Mungkin karena ia pria satu-satunya di ruangan ini. Michael tidak peduli. Ia hanya ingin Rhea cepat selesai dan mereka bisa pergi makan malam.Ia mulai mengetuk-ngetukkan jarinya ke paha dengan ritme tak sabar. Saat ia hendak membuka aplikasi lain di ponselnya, ia merasakan ada seseorang berdiri di depannya.Refleks, Michael mengangkat wajah.Dan di sanalah Rhea berdiri.Michael berkedip beberapa kali. Ia nyaris tak mengenali gadis yang berdiri di hadapannya.Rhea, yang biasanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 13 – Hadiah yang Terlewatkan

    Setelah makan malam di restoran mewah itu, Michael dan Rhea berjalan santai menuju parkiran. Udara malam terasa sejuk, dan langit yang cerah dihiasi bintang-bintang kecil yang berkilauan. Rhea menghirup udara dalam-dalam, merasa sedikit lebih rileks setelah pengalaman makan malam yang cukup mendebarkan baginya.Michael berjalan di sampingnya dengan langkah santai, kedua tangannya masuk ke dalam saku celana. Matanya melirik Rhea sesekali, melihat ekspresi gadis itu yang tampaknya lebih tenang dibanding sebelumnya.Rhea menoleh ke arahnya. “Aku nggak akan bertanya lagi soal kejutan, jadi kalau memang nggak ada, bilang aja.”Michael terkekeh. “Siapa bilang nggak ada?”Rhea berhenti melangkah dan menatap Michael dengan kening berkerut. “Hah?”Michael juga berhenti dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah kotak kecil berwarna biru tua. Ia memegangnya di antara jari-jarinya, lalu menatap Rhea dengan ekspresi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 14 – Masih dengan Gaya yang Sama?

    Pagi itu, matahari bersinar cerah, menyinari apartemen mereka dengan cahaya keemasan yang masuk melalui jendela. Rhea baru saja keluar dari kamarnya, merapikan tasnya sambil menyesap kopi instan dari cangkir yang biasa ia gunakan setiap pagi.Michael yang sedang duduk di sofa menatapnya dengan ekspresi aneh.Rhea memakai setelan khasnya—kemeja oversized berwarna navy, celana jeans hitam, dan sneakers putih yang sudah mulai pudar warnanya. Rambutnya diikat asal, tanpa ada sedikit pun usaha untuk menatanya lebih rapi.Michael menghela napas panjang. “Astaga, Rhea.”Rhea menatapnya dengan bingung. “Apa?”Michael bangkit dari sofa, melipat tangannya di dada. “Tolong beritahu aku kalau ini cuma outfit sementara dan kamu masih akan menggantinya sebelum kita berangkat.”Rhea mengerutkan kening. “Emangnya kenapa? Ini nyaman, kok.”Michael menatapnya dari ujung kepala sampai kaki,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 15 – Nenek yang Diam-Diam Sakit

    Langit sore mulai berwarna jingga ketika Rhea turun dari ojek online tepat di depan rumah neneknya. Rumah sederhana dengan taman kecil di depan itu selalu memberikan rasa nyaman baginya. Sejak kecil, Rhea sering menghabiskan waktu di sini, terutama saat orang tuanya sibuk bekerja dan semenjak orang tuanya meninggal, Rhea menghabiskan waktu di rumah neneknya.Hari ini, dia hanya ingin mampir sebentar, membawa beberapa makanan ringan untuk neneknya, lalu pulang. Namun, saat mengetuk pintu dan mendengar suara neneknya dari dalam, firasatnya langsung tidak enak.“Nek, ini aku, Rhea,” katanya sambil mengetuk pintu sekali lagi.“Masuk aja, sayang. Pintu nggak dikunci,” jawab suara tua itu dengan nada sedikit lemah.Rhea mengernyit. Biasanya, neneknya selalu bersemangat saat dia datang, tapi hari ini suaranya terdengar pelan dan agak lelah.Dia membuka pintu dan menemukan neneknya sedang duduk di sofa dengan kaki terangkat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 16 – Gosip di Kantin dan Kakak Tingkat Ganteng

    Setelah mengantar neneknya pulang dan memastikan semuanya baik-baik saja, Michael dan Rhea akhirnya kembali ke kampus.Michael perlu mengambil sesuatu di kantor dosen, sementara Rhea tidak tertarik untuk ikut masuk ke dalam gedung. Kantor dosen bukan tempat yang nyaman untuk seorang mahasiswa biasa seperti dirinya."Aku tunggu di kantin aja, deh," kata Rhea sambil menyesuaikan tas di bahunya.Michael mengangguk. "Oke. Jangan kabur ya, nanti aku kabari lagi jika sudah selesai.""Aku bukan anak TK," gerutu Rhea sebelum berjalan menuju kantin terdekat dari gedung jurusan fashion.Kantin ini cukup luas dan ramai, dipenuhi mahasiswa dari berbagai jurusan yang sedang mengobrol, makan, atau sekadar menghabiskan waktu menunggu kelas berikutnya.Rhea memilih duduk di meja kosong dekat jendela, memesan segelas es kopi, lalu mengeluarkan ponselnya.Sambil menunggu, telinganya tanpa sadar menangkap suara sekelompok mahasiswi yang sedang asyik men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 17 – Tentang Rasa Favorit

    Suara dentingan sendok dan garpu terdengar di antara mereka saat makan malam berlangsung. Michael memang tidak memasak sesuatu yang rumit, hanya pasta aglio e olio dengan potongan ayam panggang di sampingnya. Tapi tetap saja, Rhea terkesan karena ternyata rasanya lumayan enak."Jujur, aku nggak menyangka kamu bisa masak," Rhea berkata sambil menusuk potongan ayamnya dengan garpu.Michael tersenyum kecil. "Aku memang nggak sering masak, tapi setidaknya aku tahu cara membuat makanan yang bisa dimakan.""Lumayan?""Lebih dari lumayan, 'kan?"Rhea mendengus kecil. "Iya, iya. Aku akui ini enak. Aku kira kamu tipe yang lebih suka beli makanan di luar."Michael mengangkat bahu. "Memang. Tapi ada kalanya aku ingin masak sendiri, terutama kalau lagi nggak mau keluar rumah."Rhea mengangguk sambil mengunyah makanannya. Setelah beberapa saat, dia melirik Michael yang sedang menuangkan air ke dalam gelasnya."Ngomong-ngomong, Miki," katany

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26

Bab terbaru

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 60 – Cahaya yang Kita Nyalakan

    Senin pagi itu, ruang kerja tim branding Bellezza sudah seperti markas perang. Layar besar di ruangan utama menampilkan countdown peluncuran campaign Aurora secara live di situs resmi dan seluruh kanal media sosial. Wajah-wajah tegang memenuhi ruang, tapi ada juga sorot percaya diri yang tak bisa disembunyikan.Rhea duduk di sebelah Laila, jari-jarinya memainkan pulpen, napasnya dalam-dalam.“Deg-degan ya?” tanya Dimas dari seberang meja.“Aku bahkan belum sarapan,” jawab Rhea, tertawa kecil, tapi nada suaranya terdengar gugup.“Tenang aja,” ujar Felicia sambil menyeruput kopi. “Kita udah kerja mati-matian buat ini. Kalau nggak berhasil... ya tinggal resign bareng.”Rhea dan yang lain tertawa, sedikit meredakan ketegangan.Pak Arman masuk dengan ekspresi santai. Seperti biasa, ia membawa termos teh hijau dan notes kecil yang sudah usang.“Semua sudah siap?” tanyanya.

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 59 – Cahaya di Balik Aurora

    Pagi itu, Rhea berdiri di depan cermin apartemennya sambil merapikan blazer berwarna nude yang membingkai kemeja putih gadingnya. Rambutnya ia ikat rapi ke belakang, makeup tipis menonjolkan pancaran mata penuh semangatnya. Hari ini adalah hari penting. Hari di mana ia akan mempresentasikan konsep branding untuk koleksi terbaru Bellezza, Aurora.“Aku bisa,” bisiknya pelan, lalu mengambil tas kerja dan bergegas menuju kantor.Setiba di Bellezza Fashion Group, suasana kantor sudah mulai ramai. Beberapa tim dari bagian desain dan marketing lalu-lalang dengan kertas moodboard dan laptop di tangan. Rhea menarik napas dalam-dalam sebelum masuk ke ruang rapat.Di dalam ruangan, beberapa kolega sudah duduk. Clara dari tim Digital Marketing, Reza dari Social Media, dan Olivia dari Tim Desain. Kepala Divisi Branding, Ibu Nindya, duduk di ujung meja dengan ekspresi tenang dan laptop terbuka.“Selamat pagi semuanya,” sapa Rhe

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 58 – Awal Baru

    Pagi itu, Rhea terbangun lebih awal dari biasanya. Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai kamarnya, menciptakan pola cahaya yang menari di dinding. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Junior Brand Strategist di Bellezza Fashion Group.​Dia berdiri di depan lemari, menatap deretan pakaian yang tergantung rapi. Setelah beberapa menit mempertimbangkan, dia memilih blouse putih sederhana yang dipadukan dengan blazer biru dongker dan celana panjang hitam. Penampilannya mencerminkan profesionalisme namun tetap modis, sesuai dengan industri tempatnya akan bekerja.​Sebelum berangkat, Rhea menerima panggilan video dari Michael."Good morning, Mrs. Ataria," sapa Michael dengan senyum hangat dari layar ponselnya."Good morning, Mr. Gunawan," balas Rhea sambil tersenyum. "Hari pertamaku hari ini.""Aku tahu. Kamu akan luar biasa. Ingat, percaya diri dan jadilah dirimu sendiri.""Terima kasih,

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 57 – Dunia yang Baru

    Mentari baru saja merangkak naik di ufuk timur saat Rhea sudah berdiri di depan cermin.Hari ini adalah hari besar.Ia mengenakan blouse putih bersih dengan potongan sederhana namun elegan, dipadukan dengan celana panjang high-waist berwarna krem muda. Rambutnya dikuncir rapi, make-up natural menghiasi wajahnya, mempertegas kesan dewasa dan profesional."Hari ini aku siap," katanya, menguatkan diri di depan bayangannya.Ia mengambil tas kerja hitam kecil berisi dokumen lamaran, lalu melangkah keluar apartemen.Perjalanan menuju gedung perusahaan multinasional itu terasa begitu panjang, meski sebenarnya hanya butuh waktu tiga puluh menit dari apartemennya.Sepanjang jalan, jantung Rhea berdebar keras.Tangannya berkeringat dingin, meski AC mobil sudah cukup sejuk."Aku sudah latihan. Aku bisa," gumamnya berulang-ulang seperti mantra.Saat mobil yang ia tumpangi berhenti di depan gedung tinggi menjulang dengan kaca-kaca besar

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 56 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Pagi itu, langit Surabaya cerah dengan sapuan awan tipis yang berarak malas.Rhea berdiri di depan cermin apartemen, memastikan gaun pastel sederhana yang dikenakannya tampak rapi. Ia mengambil undangan kecil berwarna krem yang telah dikirimkan beberapa hari lalu."30th Wedding Anniversary of Mr. & Mrs. Adrian Gunawan."Ia menarik napas panjang. Ini pertama kalinya ia menghadiri acara besar keluarga Michael sendirian.Mobil online yang ia tumpangi melaju mulus menuju kawasan elite Surabaya Barat.Sesampainya di gerbang rumah keluarga Gunawan, Rhea terpesona. Taman di depan rumah dipenuhi rangkaian bunga putih dan peach, membentuk lorong kecil menuju aula kaca di halaman belakang.Suara musik klasik mengalun pelan, tamu-tamu dengan busana formal bercengkerama sambil membawa gelas-gelas kristal berisi sparkling juice."Rhea!" seru suara hangat. Mama mertuanya—Emily Gunawan—berjalan cepat menghampirinya. Gaun biru navy

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 55 – Pertemuan yang Tak Disangka

    Langit Surabaya siang itu sedikit mendung, seolah ikut merasakan beratnya hati Rhea.Baru satu jam yang lalu, ia berdiri di balik dinding kaca besar bandara, melihat pesawat yang membawa Michael perlahan menghilang ke balik awan. Perpisahan yang walau sudah dipersiapkan dengan hati-hati, tetap saja menyesakkan dada.Dengan langkah ringan tapi hati berat, Rhea menyusuri jalanan kota, tidak ingin langsung pulang ke apartemen yang akan terasa terlalu kosong.Tanpa banyak berpikir, ia meminta sopir taksi online untuk mengarah ke sebuah kafe kecil di sudut kota—tempat yang dulu sering ia datangi bersama Kyle saat butuh tempat menenangkan pikiran.Kafe itu masih sama.Wangi kopi memenuhi udara, bercampur dengan suara gitar akustik yang samar.Rhea memilih duduk di pojok, dekat jendela. Ia memesan cappuccino hangat dan croissant cokelat. Ingin mengisi kekosongan itu dengan sesuatu yang sederhana.Sambil menunggu pesanannya datang, Rhea men

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 54 – Tawaran yang Menggoda

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu melalui tirai apartemen. Rhea duduk di sofa, mengenakan sweater longgar dan celana pendek santai, sementara Michael sibuk di dapur menyiapkan sarapan sederhana—roti panggang dan telur dadar."Aromanya enak," puji Rhea sambil tersenyum lebar.Michael menoleh, mengedipkan mata genit. "Tentu. Chef suamimu ini sangat berbakat."Rhea terkikik. "Chef dadakan."Mereka sarapan dengan obrolan ringan. Namun suasana sedikit berbeda. Ada aroma kegelisahan samar di udara—karena hari itu, tersisa hanya dua hari sebelum Michael harus kembali ke Paris.Saat Rhea sedang menyeruput kopinya, Michael meletakkan garpu di piring dan menatapnya serius."Rhea," panggilnya lembut."Hmm?"Michael menghela napas kecil. "Aku udah pikirin ini beberapa hari... Aku pengen kamu ikut ke Paris. Untuk liburan, sekalian jalan-jalan sebelum kamu beneran masuk dunia kerja."Rhea terkejut, matanya memb

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 53 – Hari di Taman Hiburan

    Pagi itu, suasana apartemen dipenuhi aroma harum kopi dan roti panggang. Rhea mengenakan hoodie putih kebesaran milik Michael, sementara Michael sendiri sibuk merapikan rambutnya di depan kaca.“Hari ini cuacanya bagus banget, sayang,” kata Michael sambil mengintip ke luar jendela. “Gimana kalau kita pergi ke taman hiburan?”Rhea yang masih duduk bersila di sofa, mengunyah roti pelan, mengangkat alis. “Taman hiburan? Sekarang? Kita bukan remaja lagi, tahu.”Michael tertawa. “Justru itu. Sekarang kita bisa menikmati semuanya tanpa harus pura-pura sok dewasa.”Rhea menggeleng, tapi senyum tak bisa disembunyikan dari bibirnya. Ada sesuatu yang menghangat di hatinya—kebebasan, keceriaan, dan kehadiran Michael yang selama ini hanya bisa dirindukan lewat layar ponsel.“Oke,” katanya akhirnya. “Tapi aku nggak mau naik wahana yang bikin muntah.”“Deal,” sahut M

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 52 – Pagi yang Baru

    Sinar matahari menari lembut lewat celah gorden kamar, mengusik mata Rhea yang masih terasa berat. Ia membuka matanya perlahan, membiarkan cahaya pagi menyentuh wajahnya. Udara kamar masih terasa hangat, aroma maskulin yang khas Michael memenuhi udara, membuatnya menghembuskan napas pelan.Rhea menggeliat sedikit, lalu mengalihkan pandangan ke sisi tempat tidur.Di sana, Michael masih tertidur. Dada pria itu naik turun perlahan, wajahnya tampak lebih damai dari biasanya. Rambutnya yang kini sudah lebih pendek terlihat rapi, helai-helainya mengikuti bentuk kepalanya dengan teratur. Entah kenapa, potongan rambut baru itu membuat Michael terlihat... berbeda. Lebih dewasa. Lebih berwibawa.Namun tetap, itu adalah Michael-nya.Dengan hati-hati, Rhea mengulurkan tangan dan mengelus rambut Michael. Lembut, penuh sayang. Ia mengusapnya sekali, dua kali... dan akhirnya senyum terbit dari bibirnya."Kamu potong rambut diam-diam, ya...," bisiknya pelan.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status