แชร์

Meminta Restu

ผู้เขียน: Suci Komala
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-03-07 16:08:51

Aaron kembali ke rumah sakit. Damian melapor jika operasi Julio berhasil dan sedang menunggu pria paruh baya itu siuman.

"Tuan, boleh kita bicara sebentar?" tanya John.

Aaron mengangguk. "Katakan saja!"

John mengajak Aaron duduk di kursi pojok. "Sebelumnya aku minta maaf, Tuan. Sedari siang Anda bicara sebetulnya ada satu yang mengganjal pikiran ini. Apalagi, Anda sampai meminta alamat rumah kami."

"To the point saja!" kata Aaron cepat.

John menghela napas. "Apa Anda yang sudah memperkosa kakakku?"

"Iya, betul!" jawab Aaron mantap.

John menatap tajam ke arah Aaron.

Yang ditatap hanya bisa berkata, "Semua ada alasannya!"

"Apa pun itu aku tidak menerimanya. Anda sudah keterlaluan! Selama ini kakakku menderita fisik, juga batin!"

John berdiri. "Jangan mentang-mentang Anda orang kaya jadi bisa berbuat seenaknya!"

John hendak melangkah, tetapi Aaron segera mencekal lengannya. "Tunggu! Aku mohon dengarkan dulu!"

"Saat ini aku benar-benar butuh bantuanmu," lanjut Aaron.

Walaupun kesal, John memilih duduk kembali. John harus mendengar alasannya.

Aaron pun tak membuang kesempatan. Ia lekas menceritakan kronologinya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

"Dan sekarang, aku akan bertanggungjawab. Bantu aku untuk mendekati kakakmu," ucap Aaron.

John tersenyum sarkas. "Aku tidak sudi kakakku menikah denganmu jika Anda hanya mengejar kata maaf saja. Dan apa tadi ...?

"Cabut sumpah!" kata Aaron cepat.

"Ya, itu! Untuk apa kalo ujungnya Anda sakiti Kak Bella? Yakin bakal sayang dan cinta sama Kak Bella?"

Aaron tersenyum. "Kata orang, cinta itu bisa datang kalau kita sering bersama, sering bertemu. Jadi, aku minta tolong, kita kerjasama bagaimana caranya agar aku dekat dengan kakakmu itu."

John terdiam, berpikir. Memang'lah Aaron harus bertanggungjawab. Aaron pengusaha sukses. Siapa tahu jika Bella menikah dengannya, Bella tak lagi susah payah banting tulang.

"Baik, aku setuju!" ucap John.

John mengulurkan tangan. "Berjanjilah akan membahagiakan Kak Bella! Jika saja Anda membuat Kakakku menangis lagi, maka Anda berurusan denganku!"

Aaron tersenyum, lalu menerima uluran tangan John. "Ya, aku berjanji."

"Ta--tapi, antara kita saja! Jangan mentang-mentang Anda kaya, lalu menyuruh orang untuk menghabisiku! Kita duel!"

John jelas saja takut. Selain usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun, ia juga tak memiliki harta banyak untuk membayar orang. Jadi, hanya pasang badan sendiri yang John mampu.

Aaron tertawa terbahak-bahak. "Iya, tenang saja. Dalam hal ini, kau adalah bosku. Jadi, aku ikut apa katamu!"

Keduanya berjabat tangan pertanda kesepakatan sudah dimulai.

"Nomor rekeningmu!" pinta Aaron.

"Untuk apa?" John mengerutkan dahi.

"Aku akan transfer sejumlah uang. Selain untuk biaya kuliahmu, pakailah uang itu untuk kebutuhan sehari-hari keluarga kalian. Terutama Bella dan Ale."

"Kenapa tidak langsung berikan saja kepada Kak Bella?"

Aaron menghela napas panjang. "Kakakmu pasti tidak akan mau memakan uangku. Dia sangat benci sekali kepadaku."

Sejenak John terdiam. Ya, ia membenarkan apa kata Aaron. Akan tetapi, ada keraguan yang meraja.

"Tapi, tetap saja kalau begitu. Mau lewat aku juga itu sama-sama uangmu, Tuan. Kak Bella pasti menolak."

"Emm ... bilang saja kalau kau bekerja."

"Nah, itu ... mending aku bekerja saja sekalian. Tapi ... di mana?"

Aaron menepuk pundak John. "Kuliah jurusan apa?"

"Teknik mesin, Tuan."

"Bagus! Kalau begitu aku akan berikan kau sebuah bengkel!"

"Bengkel? Tapi, di mana?"

Aaron menghubungi Damian. Ia meminta asistennya itu untuk mencari sebuah bengkel besar dan terkenal di kota itu, lalu membelinya.

"Pastikan mereka menjualnya kepadaku!"

Mendengar percakapan Aaron dengan lawan bicaranya membuat John melongo.

"Se--serius?"

Aaron menyudahi panggilan dan tersenyum melihat ekspresi John yang melotot dengan mulut menganga. "Serius! Semua akan diatur oleh asistenku. Nanti, bengkel itu milikmu. Tapi, selama aku belum dekat dengan kakakmu, janganlah bicara tentang kepemilikan bengkel itu. Bilang saja kau bekerja di sana. Bagaimana?"

John tersenyum lebar. Ia meraih tangan Aaron untuk ia jabat "Deal! Senang bekerjasama dengan Anda, Tuan!"

John memberi saran agar Aaron berbicara dengan Belinda. Aaron harus mengakui kesalahannya.

Tidak menyiakan waktu, Aaron menemui Belinda di ruang rawat inap setelah bertukar nomor ponsel dengan John.

*

"Bagaimana keadaan Tuan Julio, Nyonya?" tanya Aaron.

Belinda yang sedang duduk di kursi tepat di samping Julio pun berdiri. "Tuan Aaron? Rupanya Anda belum pulang?"

"Belum, Nyonya."

Belinda pun mengatakan bagaimana keadaan suaminya.

"Kalau penanganan rumah sakit ini lambat, bicara saja. Nanti kita bawa Tuan Julio ke rumah sakit lain."

"Tidak, tidak usah, Tuan, terima kasih."

Aaron tersenyum samar. "Nyonya, ada waktu sebentar? Ada yang harus kita bicarakan."

Belinda mengangguk.

Aaron pun mempersilakan Belinda untuk duduk di sofa terlebih dahulu.

"Ada apa, Tuan? Cepat katakan, saya, kok, jadi deg-degan begini," kata Belinda diiringi seulas senyum.

"Begini, Nyonya ...." Aaron menceritakan segalanya.

Belinda mematung, kaget. Ingin marah, tetapi percuma saja. Ingin menyeretnya ke pihak yang berwajib, tetapi apalah daya? Belinda bukanlah siapa-siapa dibandingkan dengan Aaron. Wanita paruh baya itu meneteskan air mata. Ia teringat akan dahulu bagaimana rapuhnya Bella. Ibu mana yang tidak merasa hancur saat tahu putrinya diperkosa, lalu dicampakkan begitu saja. Mentang-mentang orang kaya, berbuat seenaknya saja, umpat Belinda dalam hatinya.

"Saya benar-benar kecewa dan sakit hati mendengar hal ini. Ke mana saja Anda dulu?!" ucap Belinda dingin.

"Lalu, apakah Nyonya mengizinkan dan akan merestui jika aku menikahi Bella?" tanya Aaron hati-hati.

Belinda hanya terdiam dengan air mata yang tak hentinya menetes. Melihat itu membuat Aaron merasa ragu.

Apakah Aaron akan mendapatkan restu?

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku   Puncak Bahagia -- Tamat

    Hari demi hari Aaron lalui dengan ketegangan karena pasalnya, Bella sering mengalami kontraksi. Dua minggu terakhir ini pula Aaron kembali bekerja di rumah ia ingin menjadi suami siap siaga. "Apa tidak lelah?" tanya Aaron sembari menuntun Bella yang sedang menyusuri jalan setapak di taman belakang. "Tidak. Justru aku harus tetap semangat. Aku ingin merasakan lahiran normal."Aaron mengecup punggung tangan Bella. "Semoga, Sayang.""Kalian di sini rupanya!"Suara bariton memecah keromantisan mereka. Keduanya menoleh. "Ke mana saja kau, hah?" sapa Aaron yang terkesan mengintimidasi. Kevin tersenyum. "Ada. Merintis bisnis.""Sendiri?" sambung Bella bertanya. Kevin menggeleng. "Tidak. Istriku ada di dalam. Sedang mencurahkan rindu kepada papanya."Emilia datang. Kedatangan wanita itu benar-benar mencuri perhatian Bella. "Waaahh, kau juga sedang hamil?"Emilia tersenyum."Berapa bulan?" "Minggu ini HPL.""Waaah, kok, bisa sama."Kedua wanita perut buncit itu memilih memisahkan diri d

  • Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku   Sembilan Bulan Kemudian

    Drama muntah-muntah dan tersiksanya Aaron karena hasratnya yang jarang tersalurkan akhirnya sudah berakhir. Usia kandungan Bella yang sudah memasuki sembilan bulan ini justru membuat Aaron mengambil kesempatan dimana dirinya hampir setiap hari meminta haknya dengan dalih agar si bayi lahir dengan lancar dan normal. Maklum saja, karena sampai detik ini Bella masih saja senang mengusap-usap dada bidang Aaron dan Aaron harus mengusap-usap perut buncit Bella.Seperti malam ini ... "Terima kasih, Sayang," ucap Aaron. "Iya, tapi tangannya jangan berhenti! Terus usap perutku!" rengek Bella. "Iya, Sayang. Ya sudah, sekarang lebih baik kau tidur."Bella menggeleng. "Ngantuknya jadi hilang."Aaron terkekeh-kekeh. "Maaf, Sayang.""Sayang? Apa kau tidak penasaran dengan jenis kelamin anak kedua kita ini?""Penasaran, sih. Tapi, tidak apa-apa ... lebih baik dokter tidak sebutkan jenis kelaminnya, biar jadi kejutan! Dalam hitungan minggu ke depan juga akan lahir. Jadi, semoga sesuai dengan kein

  • Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku   Aaron -- Ibu Hamil Memang Menyebalkan?

    Hari sudah malam. Bella sudah berada di Mansion. Semua keluarga pun berkumpul di sana. Aaron, pria itu rela meninggalkan pekerjaannya demi menemani Bella. Saat ini, Bella masih tertidur setelah meminum obat dari dokter. "John? Besok ke cabang minta antar sopir saja, ya? Temui manager di sana dan nanti dia yang akan mengenalkan mu kepada para karyawan di sana.""Siap, Kakak Ipar.""Semoga sukses!"John tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya. "Terima kasih."Aaron berdecih, karena pasalnya tingkah sang adik ipar terkadang masih terlihat seperti anak kecil. "Kalau begitu aku pulang, ya, Kak? Sekalian jemput ayang.""Silakan, Bos Muda!"John meninggalkan kamar Aaron sembari tersenyum. Aaron memastikan Alessandro sudah tertidur pulas di kamarnya. Kamar yang berada tepat di samping kamarnya itu ia sulap menjadi kamar anak disertai dengan pintu ganda yang bertujuan untuk memudahkan Aaron atau Bella masuk ke kamar Alessandro. Perlahan Aaron naik ke atas ranjang. Setelah memposis

  • Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku   Tidak Disangka, Ternyata....

    "Sedang apa kalian?!" seru Bella setelah pintu ruangan Aaron ia dorong dengan kencangnya. Aaron serta dua wanita yang duduk di kursi tepat di hadapannya seketika menoleh. Aaron berdiri. "Loh, Sayang, sudah pulang? Kenap--""Iya, aku sudah pulang! Kenapa? Kaget melihat aku ada di sini, iya? Kencanmu merasa terganggu, begitu?!"Aaron meminta dua wanita itu untuk ke luar, sedangkan dirinya menghampiri Bella. "Sayang, ada apa?"Bella menepis tangan Aaron yang bertengger di pundak. "Mereka siapa?!""Aku sedang interview beberapa calon sekretaris, Say--""Sudah aku katakan, bukan? Jangan cari sekretaris wanita!""Begini, Sayang. Aku me--""Apa? Kau mau mendua, iya?!""Ya Tuhan, Sayang ...," Aaron sengaja menggantung ucapannya. Percuma saja menjelaskan, karena ia tahu betul jika Bella tidak baik-baik saja. Aaron mengambil alih Alessandro, lalu merengkuh Bella, membawanya ke dalam pelukan. Tangis Bella pun pecah. John, pemuda itu perlahan masuk. Melihat sang kakak menangis, dengan sigap

  • Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku   Dua Tahun Kemudian

    Usia Alessandro kini sudah menginjak tiga tahun. Batita itu sangat lincah, cerewet, pintar dan pandai meniru apa yang orang dewasa lakukan. Dua tahun pula Bella menjalani program hamil. Tak kunjung hamil, kadang membuat Bella stress, putus asa. Sampai akhirnya Aaron menyarankan agar Bella mengantar Alessandro sekolah --play group. John, sudah dua tahun ini pria itu belajar tentang perusahaan, bagaimana cara memimpin dan bisnis lainnya. Semua dengan telaten Aaron yang ajarkan. Urusan cinta, jelas saja Patricia sudah resmi menjadi kekasihnya. Patricia pun sudah bekerja di sebuah rumah sakit di kota Birmingham. Semua ia lakukan agar dekat dengan John. Tak hanya pasangan kekasih itu yang pindah ke kota Birmingham, tetapi kedua orang tua Bella. Bukan kemauan mereka, tetapi Bella'lah yang ingin dekat dengan keluarga, walaupun tidak tinggal serumah. Ada Mitha dan Robert yang tinggal di Swiss. Kedua lansia itu memilih hidup berdua, menikmati masa-masa indah yang pernah hilang dahulu. Merek

  • Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku   Aaron -- Merasa Bahagia

    Belinda menghela napas. Rasa iba berhasil bergelayut manja dalam benaknya. Dengan raut cemas, ia duduk di samping John. "John? Ibu tidak peduli dengan statusnya. Ibu sungguh merasa kasihan. Dekati wanita itu, ambil hatinya. Jadikan dia menantu Ibu."John bernapas lega. Bagaimana tidak? John pikir, tadi ibunya tidak akan merestui. Tetapi ternyata, jauh dari pikirannya. Sang ibu terlihat sangat menyayangi Patricia walau belum mengenalnya sama sekali. Mendapat lampu hijau, sungguh membuat John senang. Ia akan berusaha untuk mengabulkan keinginan Belinda. Keinginan sang ibu yang tentunya dibarengi dengan rasa cinta yang teramat, tentu saja akan ia perjuangkan. "Terima kasih, Bu. Tapi, bagaimana dengan ayah?""Ayah pasti setuju dengan keputusan Ibu. Tenang saja."John tersenyum lebar. "Selamat!" ucap Aaron. "Dan semangat!" timpal Bella cepat, sembari mengepalkan tangan. John mengangguk, lalu pamit ke luar. Belinda tersenyum. Sebagai seorang perempuan sekaligus seorang ibu tentu bis

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status