Ava baru saja selesai bekerja dan merapikan meja. Dia mengangkat jam di pergelangan kiri, waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Sejenak, dia teringat Rick yang mengatakan akan menjemputnya. Ava ragu apakah Rick mengingatnya atau tidak. Segelintir pikiran mengantarkan dia hingga ke luar gedung, lalu tampak sebuah Mercedez hitam yang tak asing terparkir di seberang gedung Eternal Pharma.Ava segera berlari menghindari tatapan orang-orang yang baru keluar kantor. Ketika membuka pintu mobil belakang, Ava disuguhkan pemandangan Rick yang menyandarkan kepalanya sambil tertidur. Wajah tampan Rick tampak begitu lelah. Bahkan, deru napasnya terdengar berat. Entah mengapa mendadak jantung Ava berdegup kencang, ada rasa tak tega yang menyayat-nyayat di hatinya melihat Rick seperti itu.Dia mencondongkan tubuh ke depan dan berbisik pada sopir, "Apa dia baru pulang kerja?" Sang sopir menjawab dengan anggukkan dan mulai melajukan mobil."Rick," lirih Ava berkata saat menyandarkan tubuh di sampin
Rick baru saja tiba di rumah sakit. Dia melangkah cepat dan masuk ke ruang Christy dirawat. Christy menarik paksa jarum infus dan berlari menghambur ke pelukan Rick. "Dokter Rick, aku takut petir." Christy menangis dengan suara manja dibuat-buat.Air wajah Rick mengeras, jelas dia tak suka dengan perbuatan Christy. Dia memegang bahu wanita itu dan mengikis jarak agar menjauh."Nona Christy, Anda bukan anak kecil," kata Rick dengan tegas."Tapi aku benar-benar takut. Hal ini pasti akan berdampak buruk pada kondisiku. Apa kau tidak takut jika terjadi sesuatu padaku?" Christy terisak-isak sambil menunduk."Jangan berlebihan! Aku tahu kondisimu. Kau tak selemah itu, Nona Christy." Mata Rick membeliak tajam, lalu memerintahkan perawat agar kembali memasang infus.Christy menatap lekat Dokter Rick yang enggan memandangnya."Nona Christy, tolong jangan bergerak sembarangan. Jika tidak, infus bisa meradang nantinya," kata perawat memperingatkan. Karena Christy anak orang berpengaruh di rum
Keesokan harinya.Seperti yang dikatakan Rick pada Ava sebelum pergi semalam, dia mungkin takkan pulang. Karena Rick benar-benar tidak pulang, hal itu membuat Ava tak tenang saat bekerja. Email yang masuk di layar monitor seolah berubah jadi wajah Rick. Ava melamun hingga suara notifikasi pesan dari ponsel di atas meja pun membuatnya mengerjap terkejut.Degup jantung Ava berpacu cepat hingga keringat dingin membasahi punggungnya. Sarah dua hari lalu menginvite Ava bergabung di group fans club Dokter Rick. Jadi, Ava dapat mengetahui aktifitas Rick setiap hari dari fans fanatiknya. Sungguh dia gerah membaca komentar beberapa haters yang melabeli Dokter Rick telah salah meresepkan obat pada pasien.Tak sedikit pula dari mereka yang mengecam dan meragukan kemampuan Rick. Namun, hastag save Dokter Rick tiba-tiba menjadi trending di sosial media. Hal itu membuat Ava semakin gelisah dan bertanya-tanya dalam hati. Apa Rick dalam bahaya?"Ava, ayo pulang. Apa kau akan lembur?!" Suara Sarah m
"Apa kau begitu marah padaku hingga berbohong mengatakan sudah menikah?"Ava menghempas tangan James yang memegangi tangannya. Dia memandang wajah pria bajingan itu dengan tatapan dingin. "Kenapa aku harus marah?" Ava balik bertanya dengan penuh sindiran. "Anda tahu dengan jelas aku tak pernah berbohong tentang statusku!""Kamu mungkin memang membenciku saat ini. Tapi, aku yakin rasa cintamu lebih besar dibanding rasa bencimu padaku," kata James lantang.Ava seketika memutar bola matanya, terheran kenapa James begitu percaya diri? Pria itu sudah mengkhianatinya dengan begitu brutal. Lalu, kenapa sekarang muncul dan berkata dengan tidak tahu malu? Ya, Ava memang pernah mencintai James dengan tulus. Namun, ucapan Rick yang mengatakan agar melupakan James membuat Ava sadar bahwa dia begitu bodoh pernah jatuh cinta pada pria busuk seperti James.Hanya saja, Ava mengingat keluarga Scarlett yang merupakan pemilik Group LC. Sekarang Ava mengerti, Scarlett pastilah meminta pada ayahnya ag
Ava terkelu tak bisa menjawab pertanyaan Rick. Dia pun tak tahu kenapa datang ke rumah sakit. Hanya nalurinya yang mendorong Ava ke sana, dan dia baru sadar tangannya masih memegang erat jemari kanan Rick. Ketika Ava hendak menarik tangannya, Rick balik menggenggam jemari Ava."Kau tak ingin menjawab pertanyaanku, Nyonya Rick?" Suara Rick semakin lembut."Aku hanya kebetulan lewat," kata Ava, mencari alasan.Rick mengatupkan bibir membentuk senyum tipis, lalu berkata, "Emh, aku baru tahu jika dari kantormu ke arah pulang harus melewati rumah sakit dulu."Ava seketika gelagapan dan salah tingkah karena dari kantor ke rumah sakit jelas sekali berlawanan arah. "Bukan seperti itu, Rick," kata Ava, berusaha mengelak."Lalu? Ah, apa kau sengaja datang kemari untuk bertemu James?" Rick memerhatikan raut wajah Ava yang mendadak kaku."Tidak, a-aku …."Ucapan Ava terhenti ketika Rick tiba-tiba menciumnya dengan kasar. Tangannya begitu erat menarik tengkuk Ava. Untuk kedua kalinya Ava merasa
"Ava, benarkah Dokter Rick sedang diskorsing oleh pihak Hospital Liaison?"Ava memberengut, dia lantas meraih ponsel dan memeriksa sosial media untuk berita di internet. Degup jantungnya kembali berpacu begitu kencang."Sarah, kepala rumah sakit ternyata menskors Dokter Rick untuk penyelidikan kasus pasien. Pantas saja dia tak pergi bekerja berhari-hari." Ava merasa bersalah karena benar-benar tak peduli pada Rick."Ava, kau ini istrinya. Apa saja sih yang kalian lakukan di rumah hingga masalah ini saja kau baru tahu? Apa kau bahkan tak membaca berita di internet?" Suara Sarah terdengar seperti tukang gosip.Ava mengerutkan alis, terheran dengan sahabatnya itu. Apa dia harus menjabarkan selama tiga hari ini Rick menghabiskan waktu di ruang kerja? Mereka bahkan tak tidur bersama.Namun, satu hal yang tak pernah Ava sadari. Rick selalu masuk kamar ketika Ava terlelap, dan kembali sebelum istrinya membuka mata. Sepertinya Ava juga tak merasakan bahwa Rick selalu memeluknya.Notifikasi pe
Ava dipaksa Sarah untuk ikut menyambut kembalinya Dokter Rick. Mereka bergabung dengan beberapa orang perwakilan fans club Dokter Rick. Namun, Ava memisahkan diri dari para wanita yang membawa berbagai bingkisan untuk Rick itu."Sarah, ayo pulang! Sudah pukul 22.00, dan perutku hampir meledak karena jus alpukat sialan ini," celetuk Ava sambil menyandarkan tubuh di kursi kafe seberang rumah sakit. Hampir empat jam mereka menunggu Rick keluar. Para fans lainnya begitu setia menunggu di depan rumah sakit."Bagaimana tidak meledak? Kamu menghabiskan tiga gelas jus tanpa melahap makanan sedikit pun. Wajar saja perutmu kembung," Sarah berdecak kesal."Itu karena kamu melarangku pulang lebih dulu! Ayolah, Sarah … Rick sepertinya sangat sibuk. Dia tak mungkin keluar." Ava mendesak Sarah sambil bangkit dari tempat duduk, sebelah tangannya merogoh uang dari tas dan meletakkan di atas meja untuk membayar tagihan."Ya, kita pulang! Tapi, kita akan pulang setelah membeli cemilan untuk Dokter Ric
Keesokan harinya.Ava terbangun karena getaran ponsel dari atas nakas di samping ranjang. Dia meraba-raba tanpa membuka mata. Perasaan, semalam dia tidak memasang alarm, kenapa sekarang ponselnya bergetar? Getaran ponsel itu begitu lama. Ava berpikir sepertinya itu sebuah panggilan. Tanpa melihat caller id si pemanggil, dia menekan tombol jawab."Hallo," kata Ava dengan suara serak."Kamu siapa?" tanya Christy dari seberang telepon."Kenapa kamu berani menjawab panggilan untuk Dokter Rick?" Christy bertanya lagi.Ava mengernyit terheran. Dia membuka mata ,lalu mengangkat ponsel dan menjauhkan dari wajahnya. 'Uh, ini ponsel Rick!' Ava menoleh ke samping. Rupanya Rick bangun terlambat, tak biasanya.Ava menyentuh dada Rick yang tertutup selimut, napasnya masih teratur. Pria itu tidur begitu lelap."Hey, apa kamu asisten Dokter Rick? Bisa tolong berikan padanya?!" Suara Christy begitu lembut bersahabat.Ava masih diam karena tak tahu harus berkata apa. Dia kembali menempelkan ponsel d