Share

Bab 5

"Beliau lagi di Shoot Club. Penyakitnya kambuh, nyawanya dalam bahaya. Kalau bisa, tolong segera datang kemari," kata pria yang menelepon itu.

Selagi ada pilihan lain, Yasmine tidak akan pernah meminjam uang dari Carlos.

Jadi, dia langsung membuat keputusan. Dia berkata, "Pak, aku mau ke Shoot Club."

Di perjalanan, Yasmine ingin menelepon Yogi untuk memberitahunya akan pulang lebih malam. Namun, baterainya habis sampai ponselnya mati.

Karena tidak punya pilihan lain, dia hanya bisa menjelaskannya nanti setelah pulang.

Lagi pula, Carlos hanya mendesaknya untuk pulang dan bukan sedang menunggunya.

Langit di luar jendela menjadi makin gelap.

Suasana di dalam Vila Keluarga Lingga terasa sangat suram sekarang.

Carlos sedang duduk di sofa kulit yang luas sambil menyilangkan kakinya. Matanya yang dingin tertuju pada pintu masuk vila.

Bibirnya yang tipis terlihat datar, sementara ekspresinya terlihat sangat tidak sabar.

Siapa pun yang melihatnya akan bergidik ngeri.

Yogi berdiri di samping. Dia yang merasa gelisah menyeka keringat di dahinya seraya membatin, 'Sudah sejam lebih, tapi Nyonya masih belum pulang! Orang yang berani membuat Tuan Muda Carlos menunggu akan bernasib sial. Nyonya benar-benar cari mati!'

Kemudian, dia akhirnya bertanya, "Tuan Muda, bagaimana kalau aku culik Nyonya Yasmine dan bawa dia pulang?"

Ekspresi Carlos seketika berubah, lalu dia mengangkat tangannya dan membalas, "Kita tunggu sebentar lagi."

Masih mau menunggu?

Yogi tercengang mendengarnya. Sejak kapan tuan mudanya ini menjadi begitu mudah untuk diajak diskusi?

Namun, dia langsung paham setelah teringat bahwa Carlos menunggu Yasmine karena suatu tujuan. Jika Yasmine adalah wanita malam itu, jangankan menculiknya, siapa pun tidak akan bisa menyentuhnya lagi.

Dengan kata lain, Yasmine akan langsung menjadi wanita terhormat.

"Tut tut tut ...."

Ponsel Yogi tiba-tiba berdering. Setelah menjawabnya, dia segera melapor, "Tuan Muda Lukas yang menelepon. Dia bilang sudah menemukan petunjuk tentang Keluarga Handoyo. Dia menyuruh Tuan Muda pergi ke Shoot Club sekarang."

Ketika mendengar nama Shoot Club ini, ekspresi Carlos menjadi sangat jengkel.

Meskipun tempat ini kelihatannya adalah tempat hiburan kelas atas, nyatanya banyak pria dan wanita yang datang ke sana untuk mencari kekasih satu malam.

Ini adalah tempat berkumpulnya para pria dan wanita nakal.

Lingkungannya benar-benar kotor dan kacau.

Carlos tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat seperti itu. Namun, dia harus pergi karena hal ini berkaitan dengan petunjuk Keluarga Handoyo.

Dia berpesan dengan raut wajah dingin, "Kamu tunggu Yasmine di rumah."

....

Shoot Club terletak di sebuah gedung besar dengan dekorasi mewah. Lampu di dalamnya lebih redup sehingga menciptakan suasana penuh hasrat.

Di dalamnya ada berbagai macam pria dan wanita. Namun, yang paling banyak adalah pria jelek berbadan kekar yang memeluk gadis cantik. Mereka pun tidak ragu-ragu untuk meraba tubuh para gadis. Sementara itu, para gadis akan berpura-pura menolak, padahal menginginkannya.

Lingkungan tempat ini membuat Yasmine merasa sangat tidak nyaman.

Dia berusaha untuk tidak melihat adegan-adegan cabul itu, lalu berjalan ke ruang privat tempat pasiennya berada.

Menyelamatkan nyawa pasien adalah hal terpenting sekarang. Yasmine tidak sempat untuk mengetuk dan langsung mendorong pintu untuk masuk. Di dalamnya remang-remang, dia hanya melihat seorang pria bertubuh tinggi dan tegap duduk di atas sofa.

Bukankah penyakit orang ini kambuh? Kenapa tidak ada siapa pun di sampingnya?

Pria paruh baya yang meneleponnya juga entah pergi ke mana.

Agar tidak terjadi kesalahan, Yasmine bertanya dengan hati-hati, "Permisi, apa kamu Tuan Rafael Wongso?"

"Aku bukan Rafael, tapi margaku memang Wongso," jawab pria itu.

Kemudian, pria itu pun berdiri dan menghampiri Yasmine. Setelah dia mendekat, Yasmine baru melihat jelas wajahnya. Dalam sekejap, ekspresinya pun berubah!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status