Share

Liontin?

Author: Anidania
last update Last Updated: 2025-06-04 10:18:08

Damian mendongak, rahangnya kembali mengeras. “Kita sudah menunda perjalanan ini selama beberapa waktu karena tingkah bodoh kamu—yang dengan sengaja mencari penyakitmu sendiri.”

“Bodoh?” Mata Alea semakin membelalak. “Aku cuma ingin tahu kenapa ada file tentang keluargaku di ruang pribadimu, kenapa semua data pribadiku bisa dikumpulkan dengan mudah sebelum aku dipaksa menikah. Itu bukan hal yang bodoh, itu namanya mencari kebenaran!” bentaknya dengan keras.

Damian kembali mendekatinya. Suaranya tetap rendah tapi mengancam. “Kamu sudah masuk ke sistemku tanpa izin, lalu memicu sistem alarm di mansion bawah tanah ini berbunyi, dan membuat salah satu anak buahku tertembak karena sedikit panik mendengar alarm tersebut. Itu bukan mencari kebenaran, itu cari mati namanya, Alea!” ujarnya menekan kata ‘mati’.

Alea menggigit bibirnya tak kuasa, matanya memerah, tapi dia tak mau menangis berulang kali di hadapan pria itu. “Kamu bisa saja bilang semua ini tentang misi … tentang perlindungan … tapi kamu nggak pernah bilang alasan yang sebenarnya. Kamu tidak pernah cerita siapa kamu sebenarnya dan alasan kamu melakukan ini!” ujarnya menuding Damian.

Damian menatapnya dengan tatapan yang menusuk. “Aku tidak pernah bilang padamu karena hal itu bisa membuatmu menjadi sasaran target jauh lebih cepat dari apa yang sudah aku perkirakan. Dan karena, sialnya, aku mulai peduli dengan keberadaanmu.”

Alea kembali terdiam. Napasnya kian memburu. Damian menyentuh dagunya, memaksa Alea untuk tetap menatap matanya. “Kamu pikir ini hanya tentang kamu? Roma bukan cuma bulan madu ataupun adegan penculikan seperti yang ada di otakmu. Perjanalan itu bagian dari rute perlindungan terhadapmu. Tapi sekarang semuanya kacau gara-gara tingkah bodohmu itu sampai akhirnya mereka tahu kita akan ke sana dan aku harus menundanya lebih lama lagi.”

Alea tercekat. “Mereka?” bisik Alea takut.

Damian tersenyum miring. “Orang-orang yang ingin kamu mati. Dan sekarang mereka tahu kamu berhubungan denganku … artinya kita berdua jadi buruan.”

Alea menelan ludahnya kasar, tangannya mencengkeram erat sisi gaun tidur sutranya.

Damian mendekat lebih jauh, bibirnya nyaris menyentuh telinganya saat dia berbisik, “Kita tidak punya waktu lagi untuk berdebat dan mengikuti perasaan bodohmu itu. Siapkan dirimu. Kita berangkat malam ini juga. Tapi bukan ke Nerezza ...”

Alea menoleh, jantungnya berpacu begitu cepat. “Lalu ke mana?”

Tapi sebelum ia bisa menjawabnya, Damian terlebih dahulu bangkit dan pergi meninggalkan kamar, menyisakan aroma maskulin di udara dan rasa yang tak bisa Alea namai di dadanya. Alea menatap kepergian Damian dengan mata nanar.

“Sebenarnya kau siapa, Damian?”

Beberapa jam berlalu dalam kesunyian yang semakin mencekam. Alea tak bergerak sedikitpun dari kursi dekat jendela, matanya menatap kosong ke arah langit malam yang perlahan mulai berkilau bintang. Jiwanya terasa terombang-ambing—antara luka, amarah, dan rasa yang tak pernah dia duga akan tumbuh dalam hidupnya.

Ketukan lembut terdengar di pintu.

Rosa masuk sambil menenteng sebuah gaun malam berwarna merah gelap yang menjuntai anggun dari tangannya. Di belakangnya, seorang perempuan muda membawa koper kecil berisi alat-alat rias.

“Ini sesuai permintaan Tuan Damian,” ujar Rosa pelan. “Nona akan makan malam bersamanya malam ini.”

Alea menoleh sekilas, tatapannya tajam. “Dan kalau aku menolak?”

Rosa tak menjawab. Hanya mengangguk pelan, seolah berkata bahwa tidak ada ruang untuk penolakan malam ini.

Alea berdiri, menatap gaun itu. Tangan Rosa menyodorkannya dengan hormat, dan sebelum meninggalkan kamar, ia berbisik, “Tuan Damian tidak pernah menyuruh siapa pun untuk menyiapkan seseorang dengan pakaian seindah ini … kecuali untuk alasan yang sangat penting.”

Beberapa puluh menit kemudian, Alea berdiri di depan cermin. Gaun itu membingkai tubuhnya dengan sempurna—elegan, seksi, namun tetap menyiratkan kekuatan. Riasan wajahnya lembut, tapi matanya menyala. Seperti medan perang yang siap menyambut pertempuran.

Cklek. Pintu terbuka.

Damian berdiri di sana, mengenakan setelan hitam dengan dasi gelap yang serasi. Matanya mengamati Alea dari ujung rambut hingga ujung kaki. Namun tak ada senyum. Hanya ketegangan yang mengambang di udara.

“Akhirnya kamu siap,” katanya pendek.

Alea melipat kedua tangannya. “Kalau ini hanya bagian dari perlindungan, kenapa harus dibuat seperti kencan mewah yang terlihat romantis?”

Damian menatapnya sedikit lebih lama. “Karena di dunia ini, terkadang satu langkah ke tempat makan malam bisa jadi jalan pulang terakhir.”

Alea tak mengerti maksud dari perkataan itu, tapi dia tetap melangkah, mengikuti Damian keluar dari kamar menuju mobil hitam yang telah menunggu.

Malam itu, langit Nerezza yang seharusnya menjadi tempat bulan madu mereka digantikan oleh jalanan asing yang tak pernah mereka rencanakan. Tujuannya tak jelas, tapi satu hal yang pasti—malam ini bukan hanya tentang makan malam.

Restoran di atap gedung tua itu seperti potongan dari dunia lain. Cahaya lilin temaram memantul di balik kaca jendela, gemerlap kota di bawah mereka seperti bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Aroma anggur merah dan mawar putih memenuhi udara malam.

Alea melangkah masuk bersama Damian. Tangan pria itu melingkar erat di pinggangnya, seolah-olah ingin memberi tahu dunia bahwa wanita ini—dialah miliknya. Dan entah bagaimana, meski Alea ingin berontak keras atas semua kontrol itu, hatinya justru berdegup lebih kencang karena kehadiran pria di sampingnya.

Damian menarikkan kursi untuk Alea, sebuah isyarat lembut yang kontras dengan dominasi biasanya. Setelah keduanya duduk dan hidangan pertama disajikan, Damian mengeluarkan sebuah kotak kecil berlapis beludru hitam dari jasnya, dan meletakkannya di tengah meja.

“Hadiah?” Alea menaikkan alis, suara pelannya sedikit sinis.

Damian hanya tersenyum samar. “Bukan hadiah. Tapi perlindungan.”

Alea membuka kotaknya dengan hati-hati. Di dalamnya, sebuah kalung berlian mungil berdesain elegan, dengan liontin berbentuk tetes air berkilau.

“GPS tersembunyi,” jelas Damian pelan. “Dan ada tombol kecil di belakang liontin. Jika kamu dalam bahaya, tekan tombol itu. Aku akan datang, bahkan jika dunia sedang runtuh sekalipun.”

Alea menatap kalung itu dengan campuran tak percaya dan haru. Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa, Damian berdiri, berjalan ke sisi mejanya, lalu perlahan memasang kalung itu di lehernya.

Sentuhan jemarinya dingin namun terasa lembut. Begitu rantai terkancing, Damian tak langsung mundur. Ia mendekat... dan mencium puncak kepala Alea dengan lembut, nyaris seperti bisikan.

“Simpan ini baik-baik, Alea. Aku tahu sikapku membuatmu bingung, marah, bahkan takut. Tapi satu hal yang harus kamu tahu … aku tidak pernah menganggapmu seperti pion."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Liontin?

    Damian mendongak, rahangnya kembali mengeras. “Kita sudah menunda perjalanan ini selama beberapa waktu karena tingkah bodoh kamu—yang dengan sengaja mencari penyakitmu sendiri.”“Bodoh?” Mata Alea semakin membelalak. “Aku cuma ingin tahu kenapa ada file tentang keluargaku di ruang pribadimu, kenapa semua data pribadiku bisa dikumpulkan dengan mudah sebelum aku dipaksa menikah. Itu bukan hal yang bodoh, itu namanya mencari kebenaran!” bentaknya dengan keras.Damian kembali mendekatinya. Suaranya tetap rendah tapi mengancam. “Kamu sudah masuk ke sistemku tanpa izin, lalu memicu sistem alarm di mansion bawah tanah ini berbunyi, dan membuat salah satu anak buahku tertembak karena sedikit panik mendengar alarm tersebut. Itu bukan mencari kebenaran, itu cari mati namanya, Alea!” ujarnya menekan kata ‘mati’.Alea menggigit bibirnya tak kuasa, matanya memerah, tapi dia tak mau menangis berulang kali di hadapan pria itu. “Kamu bisa saja bilang semua ini tentang misi … tentang perlindungan … ta

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Fakta Mengejutkan

    Badan Alea kembali menegang. Ia belum pernah mengetahui pekerjaan ayahnya kecuali ia sering melihat sang ayah sering bepergian dengan dalih urusan yang penting dan mengajar di sebuah universitas yang berada di kota sebelah.“Ayahku tidak mungkin… Dia seorang dosen filsafat,” ujarnya hampir tanpa suara.“Dosen filsafat yang pernah hidup selama tiga tahun tanpa identitas resmi di Ravessia, pada tahun 2004,” Damian membalas dengan nada yang tajam. “Kau tahu berapa banyak nyawa yang hilang di tahun itu karena kebocoran nama agen? Tujuh belas orang,” jelas Damian tanpa sungkan. “Ya ... tujuh belas orang yang berhasil dibunuh oleh ayahmu,” ulang Damian dengan menganggukan kepalanya.Alea merasa perutnya mual mendengar kata ‘pembunuhan’ dan membayangkan bagaimana mencekamnya suasana pada hari itu. Tapi ia bukan tipe gadis yang mudah percaya pada pria berjas mahal dan sejuta misteri di hadapannya itu. “Dan kenapa kau harus menikahiku? Kalau memang kau membenci ayahku? Bukankah lebih baik kau

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Dokumen Rahasia

    Damian, dengan langkah mantap berjalan masuk tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. “Ini rumahku. Kamar ini juga milikku. Kamu yang menumpang kalau kamu lupa,” sahutnya dengan suara datar namun tegas, menatap Alea dengan tatapan yang tidak terbaca.Dalam suaranya terkandung otoritas dan sedikit ketidakpedulian, membuat Alea merasa kecil dan tidak berdaya di hadapan pemilik rumah tersebut. Alea berdiri dengan begitu berani. “Kalau begitu usir aku sekarang!”Damian menatapnya sejenak, lalu berkata pelan, “Jika aku membiarkanmu pergi, mereka akan menculikmu malam ini juga. Musuh ayahmu tidak buta dengan keberadaanmu di tempat ini. Dan aku … belum mengizinkanmu untuk mati.”“Lalu, kamu menyiksaku di sini! apa bedanya kau dengan musuh ayahku? kalian sama-sama pembunuh!” bentak Alea dengan menudingkan jarinya.“Kapan aku menyiksa ISTERIKU sendiri? Aku menyiapkan tempat tinggal untukmu, aku juga memberimu perlindungan, bahkan aku tak sedikitpun melukai tubuhmu, darimana aku menyiksamu?” tanyany

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Welcome Mrs. Alaric

    "Ayahmu yang sudah mengurus semuanya," jawab Damian tenang. “Dan sekarang dia ... menghilang begitu saja.”Alea limbung. Dunia terasa berputar begitu cepat tanpa bisa ia kendalikan dengan benar. Alea terpaku, matanya terbelalak membaca nama dan tanda tangan yang tertera di dokumen di tangannya. "Ini tidak mungkin," bisiknya pelan, seakan tak mampu mengeluarkan suara. Dada Alea naik turun, rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu. "Ayahku? Bagaimana bisa Ayah melakukan ini padaku?" ucapnya dengan nada yang hampir pecah.Damian tak menjawabnya. Ia menoleh ke penjaga yang berdiri tak jauh darinya. "Bawa dia ke kamar. Kunci dengan pengaman khusus dan jangan beri akses komunikasi apapun. Lusa kita terbang ke Nerezza.""Nerezza?" tanya Alea tak sadar. “Kota yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi dengan vila mewah yang terkenal menjadi markas rahasia?” lanjutnya dengan rasa ingin tahu."Untuk bulan madu," bisiknya datar seolah menjawab pertanyaan Alea. “Atau ... eksekusi terakhir. Terg

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Pernikahan Rahasia?

    Alea Moreau tidak pernah menyangka bahwa sore ini akan menjadi hari terakhirnya ia bisa merasakan kebebasan menikmati hidupnya sebagai seorang mahasiswa biasa. Kampus di hari ini terasa begitu sepi, berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang ramai dengan aktivitas mahasiswa yang tak ada hentinya. Suara sepatu hak rendahnya bergema lembut di koridor jurusan kedokteran. Ia baru saja selesai ujian praktek, dan satu-satunya hal yang memenuhi pikirannya hanyalah: tidur semalaman. Bukan tentang pernikahan paksa. Apalagi tentang mafia."Miss Alea Moreau?"Langkah Alea terhenti dengan seketika. Seorang pria bersetelan hitam panjang berdiri di depan pintu ruang dosen, membawa amplop putih dengan segel emas yang tampak asing dan—anehnya—terkesan mengancam."Iya, saya." Ia melangkah dengan ragu. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya kemudian.Pria itu mengangguk paham. "Saya diutus untuk mengantarkan surat ini. Tolong dibuka dan dibaca sekarang juga," ujarnya menyodorkan surat itu kepada Alea.Ale

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status