Share

Liontin?

Author: Anidania
last update Last Updated: 2025-06-04 10:18:08

Damian memberi jarak, rahangnya kembali mengeras. “Kita sudah menundanya karena tingkah bodoh kau.”

“Bodoh?” Mata Alea membelalak. “Ak—aku tak sengaja … aku tak tahu kalau—,” jawab Alea tergagap.

Damian kembali mendekatinya. Suaranya tetap rendah tapi mengancam. “Kau masuk tanpa izin, memicu sistem alarm berbunyi, dan membuat salah satu anak buahku tertembak mati,” ujarnya menekan kata ‘mati’.

Alea menggigit bibirnya tak kuasa, matanya memerah, air mataya masih mengalir deras. “Tapi kau tidak pernah mengatakan siapa kau sebenarnya dan alasan kau melakukan ini,” ujarnya menatap Damian samar.

Damian menatapnya dengan tatapan yang menusuk. “Agar musuh bisa melenyapkanmu lebih mudah?” tanya Damian menusuk. “Dan karena, sialnya, aku mulai peduli dengan keberadaanmu.”

Alea kembali terdiam. Napasnya kian memburu. Damian menyentuh dagunya, memaksa Alea untuk tetap menatap matanya. “Nerezza bukan tempat bulan madu ataupun adegan penculikan. Tapi semuanya kacau karena mereka mengetahui rencanaku.”

Alea tercekat. “Mereka?” bisik Alea takut.

Damian tersenyum miring. “Orang-orang yang ingin kau mati. Dan sekarang mereka tahu kau isteriku  … artinya kita berdua jadi buruan.”

Alea menelan ludahnya kasar, tangannya mencengkeram erat sisi gaun tidur sutranya, sementara bayang-bayang kematian itu semakin terasa dekat.

Damian mendekat lebih jauh, bibirnya nyaris menyentuh telinganya saat dia berbisik, “Siapkan dirimu. Kita berangkat malam ini juga. Tapi bukan ke Nerezza ...”

Alea menoleh, jantungnya berpacu begitu cepat. “Lalu ke mana?” tanyanya penasaran.

Tapi sebelum ia bisa menjawabnya, Damian terlebih dahulu bangkit dan pergi meninggalkan kamar, menyisakan aroma maskulin di udara dan rasa yang tak bisa Alea namai di dadanya. Alea menatap kepergian Damian dengan mata nanar.

“Sebenarnya kau siapa, Damian?”

Beberapa jam berlalu dalam kesunyian yang semakin mencekam. Alea tak bergerak sedikitpun dari kursi dekat jendela, matanya menatap kosong ke arah langit malam yang perlahan mulai berkilau bintang. Jiwanya terasa terombang-ambing—antara luka, amarah, dan rasa yang tak pernah dia duga akan tumbuh dalam hidupnya.

Ketukan lembut terdengar di pintu.

Rosa masuk sambil menenteng sebuah gaun malam berwarna merah gelap yang menjuntai anggun dari tangannya. Di belakangnya, seorang perempuan muda membawa koper kecil berisi alat-alat rias.

“Ini sesuai permintaan Tuan Damian,” ujar Rosa pelan. “Nona akan makan malam bersamanya malam ini.”

Alea menoleh sekilas, tatapannya sayu. “Dan kalau aku menolak?”

Rosa tak menjawab. Hanya mengangguk pelan, seolah berkata bahwa tidak ada ruang untuk penolakan malam ini.

Alea berdiri, menatap gaun itu. Tangan Rosa menyodorkannya dengan hormat, dan sebelum meninggalkan kamar, ia berbisik, “Tuan Damian tidak pernah menyuruh siapa pun untuk menyiapkan seseorang dengan pakaian seindah ini … kecuali untuk alasan yang sangat penting.”

Beberapa puluh menit kemudian, Alea berdiri di depan cermin. Gaun itu membingkai tubuhnya dengan sempurna—elegan, seksi, namun tetap menyiratkan kekuatan. Riasan wajahnya lembut, tapi matanya menyala. Seperti medan perang yang siap menyambut pertempuran.

Cklek. Pintu terbuka.

Damian berdiri di sana, mengenakan setelan hitam dengan dasi gelap yang serasi. Matanya mengamati Alea dari ujung rambut hingga ujung kaki. Namun tak ada senyum. Hanya ketegangan yang mengambang di udara.

“Akhirnya kau siap,” katanya pendek.

Alea menggenggam kedua tangannya, dengan ragu ia mengatakan. “Kalau ini hanya bagian dari rencanamu, kenapa harus dibuat seperti kencan mewah yang terlihat romantis?”

Damian menatapnya sedikit lebih lama. “Karena di dunia ini, satu langkah ke tempat makan malam bisa jadi jalan pulang terakhir.”

Alea bergidik ngeri mendengarnya, ia tak mengerti maksud dari perkataan itu, tapi dia tetap melangkah dengan rasa takut yang memuncak, mengikuti Damian keluar dari kamar menuju mobil hitam yang telah menunggu.

Malam itu, langit Nerezza yang seharusnya menjadi tempat bulan madu mereka digantikan oleh jalanan asing yang tak pernah mereka rencanakan. Tujuannya tak jelas, tapi satu hal yang pasti—malam ini bukan hanya tentang makan malam.

Restoran di atap gedung tua itu seperti potongan dari dunia lain. Cahaya lilin temaram memantul di kaca jendela, gemerlap kota di bawah mereka seperti bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Aroma anggur merah dan mawar putih memenuhi udara malam.

Alea melangkah masuk bersama Damian. Tangan pria itu melingkar erat di pinggangnya, “Aku hanya memastikan kau tak kabur,” bisiknya singkat. Dan entah bagaimana, meski Alea ingin berontak keras atas semua kontrol itu, hatinya justru berdegup lebih kencang karena kehadiran pria di sampingnya.

Damian menarikkan kursi untuk Alea, sebuah isyarat lembut yang kontras dengan dominasi biasanya. Setelah keduanya duduk dan hidangan pertama disajikan, Damian mengeluarkan sebuah kotak kecil berlapis beludru hitam dari jasnya, dan meletakkannya di tengah meja.

“Hadiah?” Alea menaikkan alis, suara pelannya sedikit penasaran.

Damian hanya tersenyum samar. “Bukan hadiah. Tapi perlindungan.”

Alea membuka kotaknya dengan hati-hati. Di dalamnya, sebuah kalung berlian mungil berdesain elegan, dengan liontin berbentuk tetes air berkilau. Ia menatap kalung itu sejenak—lalu menatap pria di hadapannya dengan raut kebingungan.

“GPS tersembunyi,” jelas Damian pelan. “Tekan tombol di belakang liontin jika dalam bahaya.”

Alea menatap kalung itu dengan campuran tak percaya dan haru. Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa, Damian berdiri, berjalan ke sisi mejanya, lalu perlahan memasang kalung itu di lehernya.

Sentuhan jemarinya dingin namun terasa lembut. Begitu rantai terkancing, Damian tak langsung mundur. Ia mendekat... dan mencium puncak kepala Alea dengan lembut, nyaris seperti bisikan.

“Simpan baik-baik, Alea.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   End

    “Kau tak apa?” tanya Alea kembali memastikan. Tangannya kini mulai melingkari lengan Damian, dan mengusapnya perlahan, seakan ingin menghapus sisa amarah yang masih berdiam pada tubuh pria itu.Damian menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan, seolah membuang beban yang sudah terlalu lama menghuni dadanya. “Sudah saatnya,” ucapnya dengan lirih. “Aku akan menyerahkan proses penyelidikan ini sepenuhnya pada pihak kepolisian. Jika benar Tuan Lagrand terlibat dalam pembunuhan ibuku, biarlah hukum yang akan berbicara, dan aku tak akan mengintervensi apapun.”Alea menatapnya dengan mata yang sedikit panas. “Kalau begitu … berarti ayahku mungkin saja tak bersalah?” ujarnya dengan penuh harap.Damian tak langsung menjawab. Hanya saja tatapannya yang berbicara, sebelum akhirnya ia menganggukkan kepala, sekali. “Kita akan tahu kebenarannya ... dan mungkin saja ayahmu adalah korban dari konspirasi mereka di masa lalu ... karena, aku pun tak berada di tempat ketika kejadian itu tenga

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Sara Alaric

    Damian baru saja merebahkan kepala di atas bantal dan ingin memejamkan matanya ketika suara bip-bip dari interkom di dinding terdengar sedikit nyaring, dan berhasil memecah keheningan di dalam kamar. Ia mengerjapkan matanya pelan, sedikit terganggu dengan suara itu, lalu meraih remote kecil di atas nakas untuk menyambungkannya.“Tuan Damian,” panggil Carden dengan suara yang terdengar berat, “Anda harus ke ruang keamanan sekarang.”Alea, yang semula hampir terlelap dalam pelukannya, kini ikut membuka mata. Ia mendengar percakapan itu dengan jelas, lalu berbalik menatap pada Damian. “Apa yang terjadi?” tanyanya setengah berbisik.Damian menatapnya sebentar, lalu menggelengkan kepalanya. “Carden jarang memanggilku pagi-pagi begini jika tak ada berita yang tidak penting.”Alea menarik selimutnya lebih jauh, lalu duduk sambil menyibakkan rambut dari sisi wajahnya. “Kalau begitu aku akan ikut denganmu.”“Alea—” desis Damian mulai menolak.“Aku ikut,” potongnya dengan tegas, ia menatap Dami

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Tidur Lagi?

    Alea mengerjapkan matanya pelan, mencoba menahan debaran yang merambat dari jantung hingga ke seluruh tubuhnya. Damian masih memeluknya erat, masih membungkus mereka dengan satu handuk besar seperti sepasang kekasih yang enggan beranjak dari keintiman yang mereka rasakan bersama.“Kalau kau baru mulai …” gumam Alea pelan, “aku harus segera menabung energi mulai dari sekarang.”Damian tertawa kecil mendengarnya. “Tenang saja, Alea. Aku bisa menjadi pelatih sekaligus pelindung bagimu. Kau hanya perlu … menyerahkan sepenuhnya padaku.”Alea menggigit bibir bawahnya seraya tertawa pelan. “Bahaya sekali kalimat itu.”“Bahaya yang menyenangkan,” balas Damian, lalu mengecup pelan sisi pelipis Alea dan membuat badan Alea sedikit terasa hangat. Detik berikutnya, ia membawa tubuh Alea ke dalam pelukannya, lalu kembali ke dalam kamar, Damian perlahan menarik selimut sambil meraih remote kecil di sisi tempat tidur, lalu menekan tombol pada panel interkom yang terpasang di dinding.“Bawakan sarapa

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Mandi Bersama

    “Kalau kita begini terus,” gumam Alea pelan, “aku bisa-bisa tak sanggup bangun selama seminggu.”Damian terkekeh pelan mendengar celotehan Alea. “Itu risiko yang menyenangkan.”“Risiko untuk siapa?” balas Alea malas membuka mata.“Untukmu. Aku masih bisa menggendong jika kau tak bisa jalan,” ujar Damian sambil mencium lembut bahu Alea. “Seperti tadi malam.”Alea menahan senyumnya, sementara wajahnya kembali menghangat. “Kau benar-benar tak punya rasa bersalah ya…”“Kenapa harus merasa bersalah kalau sedang mencintai seseorang dengan sepenuhnya?”Alea menoleh sedikit dan menatap Damian dari bawah. “Mencintai?”Damian menatapnya sebentar, lalu mengangguk dengan lembut. “Ya. Aku mencintaimu, Alea.”Alea terdiam, matanya membulat sedikit, tak menyangka pernyataan itu keluar begitu langsung. Tapi bibirnya perlahan melengkung membentuk senyum kecil yang tulus.“Aku juga…” bisiknya. “Meski awalnya kupikir aku cuma tertarik… ternyata… perasaanku lebih dalam dari itu.”Damian mempererat peluk

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Pagi yang Indah

    Sinar matahari pagi menyusup perlahan melalui celah tirai, menyinari kamar dengan cahaya keemasan yang lembut. Udara masih hangat, aroma kasur, dan jejak semalam masih terasa menyelimuti setiap inci ruangan.Alea mengerjapkan matanya perlahan. Tubuhnya terasa berat… tapi nyaman. Namun, yang membuat jantung Alea tiba-tiba berdetak lebih cepat … adalah kenyataan bahwa tubuhnya masih berada di atas Damian. Lebih tepatnya… miliknya masih menyatu dengan milik Damian.Wajah Alea langsung merona hebat. Ia refleks menggigit bibir, menahan napas dan tidak berani bergerak. Tapi perasaan penuh di dalam dirinya itu terlalu nyata untuk diabaikan—seolah tubuh mereka belum sempat benar-benar berpisah sejak semalam.“Hh…” gumamnya lirih, hampir seperti desahan tercekik oleh malu dan bingung sendiri.Ia mengangkat kepalanya pelan, menatap wajah Damian yang masih tertidur dengan tenang di bawahnya. Namun ketika tubuh Alea bergeser sedikit saja…Damian mengerang pelan dalam tidurnya. “Hmm…”Mata pria i

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Bayangan Patricia

    Malam hari di pusat kota yang mulai padat menjelang jam pulang kantor, layar videotron raksasa yang berada di persimpangan jalan tiba-tiba berubah. Tayangan berita darurat mulai diputar, dan berhasil menarik perhatian orang-orang yang tengah berlalu lalang.“Breaking News: Polisi berhasil melumpuhkan dan menangkap Leopold Lagrand dalam penggerebekan berdarah di mansion pribadinya.”Wajah Patricia muncul beberapa detik kemudian, disandingkan dengan tulisan berwarna merah yang berjudul,“BURONAN: Patricia Lagrand. Dicurigai mengetahui dan terlibat dalam sabotase sistem hukum dan upaya pembunuhan.”Patricia yang sedang berjalan cepat di antara keramaian, berhenti secara mendadak. Ia berdiri mematung, wajahnya menegang saat melihat dirinya di layar raksasa. Ia segera memperbaiki masker yang melekat di wajahnya, lalu membenamkan rambuutnya di dalam topi yang dikenakannya.“TIDAK...” desisnya pelan.Beberapa orang mulai tertarik dan melihat ke arah layar, lalu saling berbisik satu sama lai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status