Alea menoleh sejenak, tatapannya terpaku. Damian tengah berdiri di ambang pintu, matanya gelap, nafasnya dalam.“Kau kembali?” guman Alea tak sadar. Kali ini ia takut—pada pria di hadapannya.“Kau sudah menyentuh yang tak seharusnya,” ujar Damian tertahan. Tak ada amarah dalam suaranya, hanya luka yang terlalu dalam untuk ditutupi.“Maaf ... ak—aku tak sengaja menemukannya,” lanjut Alea menundukan kepala.“Kau sengaja,” putus Damian cepat.Alea menggenggam foto itu dengan erat, “Siapa dia?” bisiknya lirih, seakan menyimpan banyak luka di dalamnya.Damian menatap lantai marmer yang dingin, lalu mengangkat wajahnya kembali. Kali ini, tak ada senjata yang ia gunakan, tak ada kedok mafia yang terpatri di wajahnya—hanya seorang pria yang tak sempat memaafkan dirinya sendiri.“Dia ... aku selamatkan dari perdagangan manusia, tapi ... terlambat.” Damian menghembuskan nafas panjang, “mereka menyiksa pikirannya, sehingga dia tak pernah benar-benar kembali.” Damian mendekat, satu tangannya meny
Terakhir Diperbarui : 2025-06-11 Baca selengkapnya