Share

Penyelamatan

Author: Anidania
last update Last Updated: 2025-07-05 10:43:18
Damian menatap Carden dalam, lalu mengangguk dengan perlahan, “Baik. Tapi pastikan tak ada yang menyadari pergerakanmu. Jangan tinggalkan jejak sekecil apapun,” ujarnya memberi peringatan dengan suara yang terdengar berat.

“Sudah saya perhitungkan dengan matang,” jawab Carden singkat. Lalu meraih tabletnya yang tersambung dengan monitor di ruang keamanan utama.

Damian masih mematung di tempatnya, ia mengamati layar monitor, sekali lagi. Lalu melangkah pelan menuju kamar pribadinya dengan membawa segelas jus apel yang tampak mengepulkan uap hangat di permukaannya. Alea masih terlihat memejamkan matanya dengan selimut tebal yang menyelimuti badan mungilnya, sementara infus masih mengalir di tangannya.

“Damian,” lirih Alea membuka matanya begitu menyadari kehadiran Damian.

Damiar melangkah cepat begitu mendengar lirihan Alea, “Kau sudah bangun?” tanyanya dan duduk di sisi ranjang.

Alea mengangguk pelan, “Haus,” bisiknya.

Damian tersenyum samar, lalu menyodorkan jus apel itu pada Alea. “Ju
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Mencari

    Damian membuka tas ranselnya yang dilengkapi beberapa senjata tersembunyi di beberapa bagian. Tanpa banyak kata, ia mengeluarkan sepotong roti cokelat berbentuk persegi—tampak memiliki tekstur yang padat—dengan kertas pembungkus berwarna cokelat yang masih terlipat dengan rapi. Damian meletakkannya di atas meja, lalu mendorongnya perlahan ke arah Alea.Alea menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. “Ini apa?”“Roti lapangan,” jawab Damian singkat. “Biasanya kami membawanya saat berlatih di medan perang dalam jangka waktu yang lama. Tidak mudah basi, padat, dan bisa mengganjal perut cukup lama. Aku sengaja menyisakannya untukmu, agar kau bisa mencicipi rasanya.”Alea menatap roti itu dengan rasa penasaran yang tinggi. “Kau membawanya langsung dari tempat latihanmu dulu?”Damian menganggukkan kepalanya. “Sesekali aku masih memesannya, sekadar untuk mengingat bagaimana sulitnya aku melewati situasi itu sampai aku bisa menjadi seseorang yang tenang dalam menghadapi berbagai situasi.”Alea t

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Memaknai Kata

    Alea menatap tulisan itu dengan mata yang sedikit mengembun lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. “Aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu,” ucapnya dengan pelan. “Tapi … aku bersyukur karena masih bisa membaca pesanmu hari ini.”Damian menoleh pada Alea. “Dan aku bersyukur karena kau membacanya saat aku masih bisa melihat reaksimu.”Keduanya saling berpandangan satu sama lain. Tak ada kata-kata yang diucapkan selain mata mereka yang saling bercengkerama. Alea menyelipkan kertas itu ke dalam sakunya, lalu menatap Damian tulus. “Terima kasih karena kau telah mempercayakannya padaku.”Damian mengangguk singkat. “Terima kasih telah memilih tetap bersamaku.”Alea menghela napas pelan, seolah mencoba menenangkan perasaannya sendiri yang masih mengambang. Ia melangkah mendekat ke arah Damian, lalu duduk di sisinya di atas balok kayu yang disusun seadanya di ruang bawah tanah itu. Cahaya lampu yang redup membuat suasana terasa lebih hangat, sekaligus lebih intim.“Aku belum pernah meng

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Bisikan Hati Damian

    Alea terbangun terlebih dahulu dan mengerjapkan matanya dengan perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya redup dari lampu gantung yang tetap menyala semalaman. Ia menoleh ke samping dan mendapati Damian yang masih tertidur dengan begitu tenang. Ia bangkit dengan perlahan dan berjalan menuju rak makanan dan perlengkapan logistik yang sudah ia rapikan sejak pertama kali sampai di tempat ini. Ia membuka satu kontainer kedap udara dan menemukan beberapa paket makanan instan, roti kering, dan kaleng sup krim ayam.Matanya beralih menatap microwave portabel yang terpasang di dinding logistik dan senyum kecil mengembang di bibirnya. Dengan gerakan yang cekatan, ia mulai memanaskan sup dalam wadah tahan panas, lalu menyusun dua cangkir kopi instan yang ia tuangkan dari botol kecil berlabel bahasa asing. Setelah terdengar bunyi beep dari microwave terdengar sedikit nyaring dan waktu mulai berjalan mundur, ia melangkahkan kakinya membersihkan wajahnya terlebih dahulu.“Kau sudah bangun?” tanya

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Layaknya Kehidupan

    “Yakin,” ujar Damian dengan mantap dengan menyalakan teko air untuk menyeduh teh herbal di atas kompor kecil yang menggunakan bahan bakar darurat.Alea duduk bersandar di kursi panjang dekat perapian. Rambutnya kini dibiarkan tergerai dan sepatu bootnya sudah terlepas dari kaki jenjangnya."Minumlah," ujar Damian, menyerahkan cangkir teh hangat kepadanya.Alea menerimanya dengan kedua tangan, seketika ia merasakan kehangatan yang meresap hingga ke dalam dadanya. "Apa menurutmu … kita akan keluar dari semua ini dalam keadaan hidup?" tanya Alea dengan menoleh pada Damian yang kini duduk di sampingnya.Damian terdiam untuk beberapa saat. “Aku tidak bisa menjanjikan itu,” jawabnya dengan jujur. “Tapi aku bisa menjanjikan satu hal padamu jika aku takkan membiarkan siapa pun menyentuhmu tanpa melewati tubuhku lebih dulu.”Kata-kata itu seakan menusuk hatinya paling dalam. Ia tahu dunia tempat mereka berdiri sekarang bukan tempat untuk sebuah harapan yang manis, melainkan untuk janji berdara

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Ruang Bawah Tanah

    Langit mulai berwarna jingga keemasan ketika Alea turun dari kamarnya dengan rambut yang dikepang ke belakang. Ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan sepatu boot selutut yang akan melindungi kakinya dari permukaan lantai yang tak rata.“Sudah aman kan?” tanyanya pada diri sendiri dan menatap pakaiannya sekali lagi.Langkahnya kembali membawa ke dalam kamar Damian yang kini sudah dipenuhi oleh beberapa tas yang berisi perlengkapan mereka. Ia membuka pintu kamar Damain dan menemukan pria itu tengah memastikan tak ada barang yang tertinggal. Damian menoleh sejenak, sebelum ia memakai jaket hitamnya dan menyodorkan sebuah ransel pada Alea.“Bekal, senter, sarung tangan, dan obat-obatan ada di dalam. Sementara aku membawa sebagian bekal lainnya dan pakaian kita,” ujarnya pada Alea.Alea mengangguk dan menerima tas itu, lalu menyampirkannya di punggung. “Apa kau yakin?” tanya Alea sekali lagi.Damian menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu menatap Alea dalam, “Aku tidak pernah seyakin

  • Pernikahan Paksa Sang Mafia   Pelarian

    Damian menatap Alea, lalu membalas genggaman Alea dengan erat, “Tidak, Alea. Tetapi, untuk saat ini, kita harus berada di tempat isolasi yang tak pernah bisa dijangkau dari dunia luar,” jelasnya membuat alis Alea berkerut.“Di mana?”Alea menekatkan wajahnya pada telinga Alea, “Ruang bawah tanah mansion,” bisiknya yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua.Alea menyipitkan matanya terkejut. “Kau ... yakin?”Damian mengangguk pasti, lalu tangannya menggenggam tangan Alea dan membawanya keluar, “Kita akan bersembunyi untuk beberapa waktu ke depan, dan tidak ada yang mengetahuinya satu pun. Kau siapkan keperluan yang harus kita bawa, termasuk persediaan makanan dan pakaian bersih. Aku akan meminta Carden membawa mobilku keluar mansion seolah-olah kita pergi dari sini,” jelasnya ketika sudah berada di kamar Damian.“Lalu bagaimana dengan keamanan di mansion?” tanya Alea membenarkan posisi duduknya di atas ranjang.Damian mengusap rambut Alea lembut, “Aku percayakan pada Carden,” jawabnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status