Share

4. Menikah

Chaera tak menyangka dirinya benar-benar akan menikah dengan pria bernama Arga. Bahkan, ia sama sekali tak punya pikiran untuk menikah dengan siapa-siapa dan tidak ada persiapan mental apa pun untuk menerima semua ini.

Tepat hari ini, hari di mana Chaera berdiri di depan penghulu bersama pria paksaannya sambil gemetar memegang bunga di tangan kiri dan memegang tangan Arga di sebelah kanan. Chaera benar-benar takut dengan semua ini. Ia tidak tahu harus bagaimana agar perasaan mentalnya bisa diajak bekerja sama.

Chaera terus menggerakkan tubuhnya tanda tak nyaman memakai gaun pilihan Arga yang melilit ketat dilekukan tubuhnya, ia resah sekaligus tidak nyaman.

"Nikmati saja dan jangan mempermalukanku." Bisik Arga di telinga Chaera, membuat Chaera menegang dan reflek membulatkan matanya lebar. Chaera mengangguk kaku dan Arga tersenyum melihatnya.

Setelah mereka berdua mengikuti arahan sang penghulu, semua tamu bersorak gembira termasuk kedua orangtua Arga beserta Chaera yang terlihat bahagia melihat anaknya sudah resmi menjadi pasangan suami istri.

Keduanya berbalik menatap tamu undangan kemudian berjalan berdampingan menuju kursi yang menjadi tempat mereka duduk berdua. Chaera berusaha mati-matian tersenyum kepada kedua orangtuanya agar terlihat baik-baik saja, padahal dirinya benar-benar tidak menginginkan pernikahan ini ada.

---

Pernikahan mereka berjalan sesuai keinginan Arga dan tak ada kendala apa pun, Chaera juga sedikit merilekskan pikirannya agar tidak terus-terusan melamun jika dirinya tertekan dengan semuanya. Sekarang, kedua orangtua mereka sedang berkumpul di meja makan besar untuk makan malam bersama sekaligus merayakan pernikahan ini.

Keluarga Chaera terlihat sangat bahagia atas pernikahan anaknya terutama sang ibu yang dari dulu menginginkan pernikahan ini, namun berbanding terbalik dengan Chaera. Keluarga Arga juga turut merasakan kebahagiaan dan Arga sendiri tak henti-hentinya memamerkan senyum bahagia di depan mereka.

"Sebaiknya, kau bawa Chaera ke apartemenmu dan kalian tinggal berdua di sana." Pinta ibu Arga, membuat yang lain langsung menatap ke arahnya.

Chaera reflek memberhentikan aktivitas memotong daging lalu menoleh pada ibunda Arga dengan tatapan sayu. Tidak ada ekspresi senyum sedikit pun, hanya ada tekanan batin dan mental yang tengah dirasakannya sekarang.

"Aku tidak mau." Ucap Chaera. 

Kata itu berhasil membuat semuanya terkejut. Ibunya langsung menoleh pada Chaera dengan tatapan tajam.

"Kamu harus tinggal bersama Arga, sayang. Dia sudah menjadi suamimu." Ucap ibunya tersenyum, namun ada rasa kesal dalam dirinya karena tolakan sang anak.

"Aku tidak mau! Dan aku juga tidak mau menjadi istrinya!" teriak Chaera keras sambil menunjuk ke arah Arga. "Aku tak mencintainya, dan aku juga tak kenal dia siapa!" lanjutnya lagi.

Suasana yang tadinya ramai dengan canda tawa. kini berubah menjadi hening tak ada suara sedikit pun setelah Chaera mengeluarkan bentakan keras yang mengagetkan semuanya. Ia benar-benar tertekan sehingga mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya ia keluarkan di saat seperti ini.

Clara terdiam beberapa detik lalu menghela napas kasar dan menatap Chaera. "Apa kamu tak punya etika berani membentak Arga yang sekarang sudah menjadi suamimu?"

Chaera menunduk ketakutan setelah mengucapkan kata itu, kakinya sudah gemetar dan tubuhnya mendadak lemas.

Arga sedari tadi sudah memasang ekspresi kesal sambil menatap Chera yang tengah menunduk dengan tatapan dinginnya. Pria itu menjilat bibirnya yang kering lalu tersenyum sambil menghela napas. "Mungkin, Chaera butuh waktu untuk menerima ini semua, ibu jangan khawatir, aku akan menjaganya dan dia akan bahagia." Ucap Arga tersenyum.

Chaera langsung mengangkat kepalanya setelah mendengar kata-kata Arga sambil menatap ke arah laki-laki itu. Arga membalas tatapan Chaera sambil tersenyum menyeringai.

---

Perkataan Clara benar. Sekarang, Arga membawa Chaera ke apartemen dengan paksa padahal gadis itu menolak mentah-mentah untuk tinggal bersama. Mereka sudah berada di dalam mobil hendak pergi ke apartemen. Chaera berusaha membuka pintu mobil karena ia tidak mau tinggal bersama Arga. Namun, Arga itu tipe pria yang harus selalu mendapatkan apa yang diinginkan, jadi ia tidak akan membiarkan Chaera kabur karena ia menginginkan gadis itu.

"Buka pintunya, brengsek!" pinta Chaera yang masih berusaha mengetuk-ngetuk kaca mobil.

Arga tak memperdulikan itu, ia mulai memakai sabuk pengaman lalu setelahnya menarik tangan Chaera dan memakaikan tubuh gadis itu sabuk pengaman juga. Wajah mereka sangat dekat bahkan Chaera bisa merasakan hembusan napas Arga di wajahnya.

Arga menatap wajah Chaera lama, membuat mereka terdiam beberapa detik. "Untuk apa kau ingin keluar, hm?" tanya Arga dingin tanpa ekspresi.

Chaera terdiam, detak jantung dan napasnya tak stabil saat Arga masih menatapnya dengan instens.

"Jangan harap aku akan membiarkanmu kabur dengan mudah. Ingat, kau istriku jadi ikuti apa kataku." Ucap Arga, kemudian menjauhkan kembali tubuhnya dari Chaera dan mulai menjalankan mobil menuju apartemen.

Chaera melirik wajah Arga diam-diam dari samping, hatinya terasa sakit, hancur, tertekan, ingin rasanya ia keluar dari masalah ini namun tidak akan bisa karena semuanya sudah terjadi.

---

Malam dingin menyelimuti hati Chaera yang hancur. Chaera melamun di depan jendela besar di kamarnya Arga. Ia menatapi nasibnya yang sekarang ini hidup bersama pria tak dicintainya, benar-benar sebuah kutukan baginya.

Tiba-tiba, Chaera teringat dengan pria yang dulu membantunya di tempat dance dan menyemangatinya di saat down, ia merindukan sosok laki-laki itu dan berharap bisa bertemu kembali dilain waktu.

"Raka..." tanpa sadar, Chaera menyebutkan namanya dengan pelan sambil tersenyum membayangkan wajah Raka dalam pikirannya.

"Bisa-bisanya kau menyebut nama pria lain di belakangku?"

Seketika, Chaera tersontak dari lamunannya ketika mendengar suara dingin dari belakang, ia mengenali suara itu dan tak berani untuk menoleh.

Arga melangkah menghampiri Chaera dan langsung membalikkan tubuh Chaera agar menghadapnya dengan sedikit kasar hingga gadis itu memekik kesakitan. Tangan kiri Arga di saku dan satunya di pundak Chaera, tak lupa senyum dan tatapan intensnya masih diperlihatkan.

"Ck, nakal. Apa aku harus memberimu pelajaran agar kau nurut dan berhenti memanggil namanya?" ucapan Arga terdengar ada sesuatu licik dibaliknya.

Pikiran Chaera mendadak kosong dan otaknya tiba-tiba berpikir liar saat Arga mengucapkan kata-kata itu sambil tersenyum menyeringai. Tubuh Arga perlahan mulai mendekat ke arah wajah Chaera, membuat Chaera reflek mundur ke belakang.

"Kenapa menghindar? Bukannya kita sudah menjadi suami istri, hm?"

Chaera mengatur napas sambil berusaha menenangkan pikirannya yang berpikir semakin jauh. Namun, Arga malah semakin mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu di sana, Chaera menghindar dengan menutup mata sekaligus berpaling ke arah samping.

"Jika aku mendengar kau menyebut nama dia lagi, aku tak segan akan melecehkanmu dan tak peduli statusmu yang masih pelajar." Bisik Arga tepat di telinga Chaera sambil memberikan senyumannya di sana, lalu pergi meninggalkan Chaera sendiri di kamar.

Chaera menatapi punggung Arga yang semakin jauh hingga tak sadar sudah ada air mata yang jatuh membasahi pipi.

---

Pagi ini, Arga tidak melihat Chaera dan merasa bingung ke mana gadis itu pergi. Ia berlari menghampiri penjaga di apartemennya untuk menanyakan soal Chaera.

"Chaera ke mana?" tanya Arga kepada dua orang pria yang tengah bertugas.

"Dia tidak memberitahu kami, Tuan." Jawab salah satu penjaganya.

"Tapi tadi saya sempat melihat Chaera pergi sendiri membawa tas, pakai sepatu juga." Jawab penjaganya yang lain.

Arga terdiam, ia menebak pasti Chaera pergi ke sekolah sendiri diam-diam tanpa sepengetahuannya. Arga menghela napas kasar lalu pergi berlari karena harus cepat pergi ke kantor.

---

Beruntung hari ini Chaera tidak terlambat sekolah karena jarak sekolah dengan apartemen Arga cukup jauh, ia memakan waktu tigapuluh menit untuk sampai ke sekolah dan itu melelahkan. Bersyukur, ia bisa pergi ke sekolah tanpa sepengetahuan Arga dan merasa tenang saat berada di sekolah karena jauh dari pria itu.

"Chaera!" Youra berteriak memanggil namun Chaera terus berjalan tak menoleh ke belakang.

Youra berlari menghampiri sambil menepuk pundak Chaera. "Heh, kenapa? Pagi-pagi sudah cemberut, senyum dong."

Chaera hanya tersenyum sebentar lalu cemberut lagi.

Youra tak mengetahui jika Chaera sudah menikah karena pernikahan mereka benar-benar ketat dan diawasi oleh banyak penjaga, sehingga tidak ada satu pun teman Chaera dan pihak sekolah yang tahu. Walaupun ada sedikit yang tahu karena Arga sangat terkenal di negaranya, jadi banyak media yang memberitai pernikahan ini namun Arga menyuruh untuk tidak menyebutkan nama Chaera sebagai pengantinnya.

"Pulang sekolah liat dance di lapangan kafe, yuk," ajak Youra.

Chaera menoleh. "Tapi--"

Youra memotong ucapan Chaera. "Pasti, kau takut bertemu anak-anak itu, ya? Chae, plisss jangan takut, aku akan menjagamu, jadi tenang saja."

Chaera mengangguk sambil tersenyum.

"Nah, gitu dong senyum, ayo pergi ke kelas." Dan mereka mulai melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

"Oh ya, di sana juga banyak laki-laki tampan, pasti kau menyukainya." Ucap Youra tertawa.

Akan tetapi, tidak untuk Chaera, ia terdiam setelah temannya mengatakan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status