Share

Bab. 4 Berubah Drastis

Hari ini Rain bangun lebih pagi, dia kemudian bersiap dengan pakaian terbaiknya serta make up sebisanya.

Melihat sahabatnya terlihat rapi Una pun tergelitik untuk mengetahui apa rancana Rain hari ini.

"Mau kemana, pagi-pagi udah rapi aja?"

"Abe mengajakku keluar" Jawab Rain dengan senyum genit.

"Ow, pantas saja sejak pagi kau sudah siap-siap. Memangnya mau kemana?"

"Mau ke Mall"

"Hah...mall, mmmmm Rain, mall itu bukanya jam 10. Ini jam 7 saja belum"

"Aku kan harus bersiap-siap biar maksimal"

"Maksimal? yang ada Abe datang make up mu dah luntur nona"

Mendengar penjelasan temannya ini Rain pun tersipu malu.

"Baiknya kau sarapan dulu, jadi begitu Abe datang kau masih cantik dan bersemangat. Kalau kau tak sarapan, begitu Abe datang kamu malah lemes"

Rain tertawa kencang, dia memang terlalu bersemangat untuk pertemuannya kali ini.

"Ya dech aku mau sarapan dulu, kamu mau titip"

"Tumben kamu baik"

"Aku baik kamu bilang tumben, giliran aku pelit komentar pula...haaaah dasar Una"

Tak lama kemudian mereka pun sarapan bersama diruang tengah.

Rain nampak semakin tak sabar bertemu pria pujaan hatinya itu. Waktu pun berlalu dan waktu buka mall pun akhirnya tiba. Rain bergegas mengambil tas selempang berwarna pink miliknya seraya pamit kepada Una.

"Aku pergi ya, jangan kangen...hihihi"

Melihat tingkah Rain yang mengesalkan Una pun tertawa kecut.

Setelah melalui trotar sepanjang jalan menuju mall akhirnya tiba lah Rain yang begitu girang dipintu masuk mall, baru saja melangkah tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.

"Wah tepat waktu juga kamu" Terdengar suara Abe dari belakannya.

"Kau sudah sampai?"

"Ya dari tadi aku menunggumu disini"

"Mall nya saja baru buka"

"Entahlah aku merasa tak sabar untuk bertemu denganmu hari ini"

Rain membalas ucapan Abe dengan tersenyum, mereka nampak saling bertatapan kemudian mulai melangkah kedalam mall.

"Itu tadi aku liat ada toko baju couples, ayo kita kesana" Abe lalu menarik tangan Rain yang mungil menuju sebuah butik yang tak jauh dari tangga naik.

Rain makin salah tingkah melihat tangannya ditarik dengan lembut oleh Abe, wajahnya makin merona.

"Nah yang ini" Ujar Abe sambil menunjuk pada sebuah baju couples yang dipajang.

"Wah ini mah mahal donk" Bisik Rain.

"Kita tanya dulu harganya berapa" Balas Abe sambil mengangguk.

"Maaf kak, baju couples ini berapa ya satu setnya" Tanya Abe pada seorang pegawai butik.

"Satu setnya satu juta, satu set nya berisi hem dan celana pria serta dress wanita"

Mendengar harga baju couples itu Rain lantas melotot sambil menggelengkan kepalanya pada Abe tanda tak mau.

"Kita coba dulu" Jawab Abe sambil mengambil baju tersebut.

"Abe, ini satu juta" bisik Rain.

"Tak apa, kau pantas pakai baju mahal Rain"

Rain menepuk wajahnya dengan tangan, dia tak pernah membeli baju semahal itu. Melihat Abe bersemangat dia pun menuju kamar pas untuk mencoba baju mahal itu.

"Abe, kau mau lihat"

Abe pun bergegas melihat, "Wah bagus kan" Respon Abe saat melihat Rain.

"Tapi ini mahal, harganya satu juta" Bisik Rain lagi.

"Buka bajunya, toh yang bayar juga aku kan?"

"Abeee..." Rain menutup pintu kamar pas dan kemudian berganti baju.

Abe kemudian menuju kasir dan membayar baju tersebut.

"Ini ya kak, terima kasih sudah berbelanja di Butik kami" Kasir butik itu dengan ramah memberikan tas baju yang telah dilipatnya kepada Abe.

"Ok nona, kau suka kan bajunya?"

"Suka, terima kasih ya. Itu baju mahal pertamaku"

"Kau harus tampak cantik sabtu nanti ya"

"Iya Abe. pasti"

"Make up nya aku sudah siapkan MUA untuk mu, kau pasti tak pandai berdandan kan?" Goda Abe.

"Kenapa harus cantik?"

"Karena aku akan memperkenalkanmu pada kedua orang tuaku"

"Apaaa...." Rain melotot melihat Abe.

"Kenapa, kau tak mau?"

"Kepalaku pusing" Rain nampak memegang kepalanya sambil menunduk.

"Ayo lah, eh kau punya sepatu kan, jangan bilang kau tak punya"

"Aku kemana-mana pake sendal jepit, paling bagus aku pake sepatu kuliah. Mana punya aku sepatu pesta"

"Ok, kita beli sekalian ya"

"Abe sudahlah, pasti kau mau belikan aku sepatu mahal kan, sudahlah jangan terima kasih. Biar ku pinjam temanku saja"

"Rain, aku kan sudah bilang kau harus cantik. Ayo pilih mana yang kau mau. Abe ini orang penting, masa tak kuat belikan kau sepatu mahal"

"Orang penting?" Rain terdiam

"Iya nanti ku ceritakan, sekarang belum waktunya"

"Memangnya kau siapa?" Rain penasaran.

"Eh liat itu, sepatu itu nampak muat dikakimu" Abe mencoba mengalihkan pembicaraan.

Rain menghampiri sepatu yang dimaksud Abe, dia kemudian membalikkan sepatu berharap bisa mengetahui harga sepatu itu.

"Abe jangan, ini 500ribu" Rain kemudian mengembalikan sepatu itu diposisi awal.

"Coba dulu" Bisik Abe sambil membungkuk memasukkan sepatu itu ke kaki Rain yang mengenakan sendal butut.

Rain hanya diam saja, sedang Abe terus berkeliling mencari sepatu yang sekiranya disukai oleh Rain.

"Yang ini ya?" Tanya Abe sambil membawakan sebuah sepatu yang nampak sangat mahal.

"Terserah kamu saja"

Abe pun bergegas menuju kasir.

"Satu juta delapan ratus ribu rupiah, mau dibayar cash atau dabet pak?" Tanya kasir kepada Abe.

"Debet saja" Abe mengulurkan tanganya menyerahkan kartu debetnya.

Rain yang mendengar harga sepatu itu hanya tertunduk tak berkata apapun. Antara malu, bingung dan senang diapun hanya menatap Abe yang berjalan menghampirinya.

"Ok, baju dan sepatu sudah. Apa lagi ya?"

"Sudah Abe, ini sudah terlalu banyak. Kau hanya membuatku sungkan."

"Aaah, tas tanganya belum"

"Abe sudah"

"Hey jangan begitu, aku lagi baik. Jangan bikin hatiku sedih"

Dengan langkah gontai Rain pun mengikuti pria pujaan hatinya itu, dia sesekali menarik nafas sambil memejamkan mata.

"Cluche ini berapa?" Tanya Abe pada pegawai toko.

"Lima ratus ribu rupiah"

"Saya ambil satu" Ujar Abe sambil menyerahkan kartu ATMnya.

Rain hanya menggeleng-gelengkan kepala tak tau lagi harus berkata apa.

"Kau senang?" Tanya Abe

"Kau membuatku malu"

"Kenapa?"

"Ini terlalu banyak untukku"

"Kita ngopi ditempat biasa ya, aku ingin kau tau sesuatu"

"Sesuatu apa lagi?"

"Ayolah, biasanya kau selalu bersemangat kalau kau bertemu aku"

"Iya bersemangat tapi ini semua hanya......"

Belum selesai Rain menanggapi perkataan Abe, tangannya sudah ditarik menuju tangga.

Sesampai di cafe langganan mereka Abe memilih duduk dibagian pojok dekat dengan sebuah lampu tempel.

"Pelayan, saya pesan kopi susu dua ya"

"Baik ditunggu ya kak" Jawab pelayan sambil berlalu.

"Ok aku akan ceritakan kepadamu siapa aku" Abe mulai bercerita.

"Sebenarnya aku adalah seorang dosen yang diperbantukan di Indonesia"

"Memangnya kau orang mana?"

"Mamaku orang Indonesia sedang papaku seorang Jepang, memangnya aku tak nampak seperti orang Jepang ya"

"Enggak" Jawab Rain polos.

"Aku juga pejabat negara, jadi kau harus mulai menjaga penampilanmu jika kau ingin menjadi pacarku"

Begitu kata terakhir Abe terdengar Rain kembali menunduk.

"Kenapa?"

"Aku rasa aku tak pantas untukmu"

"Kenapa begitu?"

"Aku hanya tak mau merepotkan mu, aku hanya gadis desa dari keluarga miskin. Mana pantas aku bersama kau yang 'Pejabat'. Abe sudahlah"

Belum selesai Rain berbicara ponselnya pun berbunyi.

"Ibu..." Ujar Rain kaget

"Kenapa?" tanya Abe

Jarang-jarang Ibu menelepon ku

"Halo" Jawab Rain

"Rain, pulang nak, ayah masuk rumah sakit. Cepat"

"Rain pulang ibu"

Rain pun bergegas berdiri dari duduknya, Abe pun mencegahnya.

"Tunggu biar ku antar kau pulang, aku bayar pesanan kita dulu"

Mereka pun bergegas menuju tempat parkir dan Abe pun melajukan mobilnya meninggalkan mall.

"Rumahmu dimana?"

"Kepanjen, kau beneran mau mengantarku?"

"Kau ini, kau sedang dalam mobilku masih nanya"

"Iya maaf"

"Beri tau aku jalan menuju rumah sakit ya"

Selama perjalanan menuju kepanjen Rain nampak sangat bingung, Ayahnya memang sudah lima tahun ini mengidap diabetes. Terkadan jika gula darahnya naik ayah sering tak sadarkan diri.

Abe yang tau betul kegundahan Rain hanya bisa tetap menatap jalan raya hingga tak lama kemudian merekapun sampai dirumah sakit.

=====

Bagaimana kelanjutan cerita cinta Rain, ikuti terus ya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status