Hari ini Rain bangun lebih pagi, dia kemudian bersiap dengan pakaian terbaiknya serta make up sebisanya.
Melihat sahabatnya terlihat rapi Una pun tergelitik untuk mengetahui apa rancana Rain hari ini."Mau kemana, pagi-pagi udah rapi aja?""Abe mengajakku keluar" Jawab Rain dengan senyum genit."Ow, pantas saja sejak pagi kau sudah siap-siap. Memangnya mau kemana?""Mau ke Mall""Hah...mall, mmmmm Rain, mall itu bukanya jam 10. Ini jam 7 saja belum""Aku kan harus bersiap-siap biar maksimal""Maksimal? yang ada Abe datang make up mu dah luntur nona"Mendengar penjelasan temannya ini Rain pun tersipu malu."Baiknya kau sarapan dulu, jadi begitu Abe datang kau masih cantik dan bersemangat. Kalau kau tak sarapan, begitu Abe datang kamu malah lemes"Rain tertawa kencang, dia memang terlalu bersemangat untuk pertemuannya kali ini."Ya dech aku mau sarapan dulu, kamu mau titip""Tumben kamu baik""Aku baik kamu bilang tumben, giliran aku pelit komentar pula...haaaah dasar Una"Tak lama kemudian mereka pun sarapan bersama diruang tengah.Rain nampak semakin tak sabar bertemu pria pujaan hatinya itu. Waktu pun berlalu dan waktu buka mall pun akhirnya tiba. Rain bergegas mengambil tas selempang berwarna pink miliknya seraya pamit kepada Una."Aku pergi ya, jangan kangen...hihihi"Melihat tingkah Rain yang mengesalkan Una pun tertawa kecut.Setelah melalui trotar sepanjang jalan menuju mall akhirnya tiba lah Rain yang begitu girang dipintu masuk mall, baru saja melangkah tiba-tiba seseorang menepuk bahunya."Wah tepat waktu juga kamu" Terdengar suara Abe dari belakannya."Kau sudah sampai?""Ya dari tadi aku menunggumu disini""Mall nya saja baru buka""Entahlah aku merasa tak sabar untuk bertemu denganmu hari ini"Rain membalas ucapan Abe dengan tersenyum, mereka nampak saling bertatapan kemudian mulai melangkah kedalam mall."Itu tadi aku liat ada toko baju couples, ayo kita kesana" Abe lalu menarik tangan Rain yang mungil menuju sebuah butik yang tak jauh dari tangga naik.Rain makin salah tingkah melihat tangannya ditarik dengan lembut oleh Abe, wajahnya makin merona."Nah yang ini" Ujar Abe sambil menunjuk pada sebuah baju couples yang dipajang."Wah ini mah mahal donk" Bisik Rain."Kita tanya dulu harganya berapa" Balas Abe sambil mengangguk."Maaf kak, baju couples ini berapa ya satu setnya" Tanya Abe pada seorang pegawai butik."Satu setnya satu juta, satu set nya berisi hem dan celana pria serta dress wanita"Mendengar harga baju couples itu Rain lantas melotot sambil menggelengkan kepalanya pada Abe tanda tak mau."Kita coba dulu" Jawab Abe sambil mengambil baju tersebut."Abe, ini satu juta" bisik Rain."Tak apa, kau pantas pakai baju mahal Rain"Rain menepuk wajahnya dengan tangan, dia tak pernah membeli baju semahal itu. Melihat Abe bersemangat dia pun menuju kamar pas untuk mencoba baju mahal itu."Abe, kau mau lihat"Abe pun bergegas melihat, "Wah bagus kan" Respon Abe saat melihat Rain."Tapi ini mahal, harganya satu juta" Bisik Rain lagi."Buka bajunya, toh yang bayar juga aku kan?""Abeee..." Rain menutup pintu kamar pas dan kemudian berganti baju.Abe kemudian menuju kasir dan membayar baju tersebut."Ini ya kak, terima kasih sudah berbelanja di Butik kami" Kasir butik itu dengan ramah memberikan tas baju yang telah dilipatnya kepada Abe."Ok nona, kau suka kan bajunya?""Suka, terima kasih ya. Itu baju mahal pertamaku""Kau harus tampak cantik sabtu nanti ya""Iya Abe. pasti""Make up nya aku sudah siapkan MUA untuk mu, kau pasti tak pandai berdandan kan?" Goda Abe."Kenapa harus cantik?""Karena aku akan memperkenalkanmu pada kedua orang tuaku""Apaaa...." Rain melotot melihat Abe."Kenapa, kau tak mau?""Kepalaku pusing" Rain nampak memegang kepalanya sambil menunduk."Ayo lah, eh kau punya sepatu kan, jangan bilang kau tak punya""Aku kemana-mana pake sendal jepit, paling bagus aku pake sepatu kuliah. Mana punya aku sepatu pesta""Ok, kita beli sekalian ya""Abe sudahlah, pasti kau mau belikan aku sepatu mahal kan, sudahlah jangan terima kasih. Biar ku pinjam temanku saja""Rain, aku kan sudah bilang kau harus cantik. Ayo pilih mana yang kau mau. Abe ini orang penting, masa tak kuat belikan kau sepatu mahal""Orang penting?" Rain terdiam"Iya nanti ku ceritakan, sekarang belum waktunya""Memangnya kau siapa?" Rain penasaran."Eh liat itu, sepatu itu nampak muat dikakimu" Abe mencoba mengalihkan pembicaraan.Rain menghampiri sepatu yang dimaksud Abe, dia kemudian membalikkan sepatu berharap bisa mengetahui harga sepatu itu."Abe jangan, ini 500ribu" Rain kemudian mengembalikan sepatu itu diposisi awal."Coba dulu" Bisik Abe sambil membungkuk memasukkan sepatu itu ke kaki Rain yang mengenakan sendal butut.Rain hanya diam saja, sedang Abe terus berkeliling mencari sepatu yang sekiranya disukai oleh Rain."Yang ini ya?" Tanya Abe sambil membawakan sebuah sepatu yang nampak sangat mahal."Terserah kamu saja"Abe pun bergegas menuju kasir."Satu juta delapan ratus ribu rupiah, mau dibayar cash atau dabet pak?" Tanya kasir kepada Abe."Debet saja" Abe mengulurkan tanganya menyerahkan kartu debetnya.Rain yang mendengar harga sepatu itu hanya tertunduk tak berkata apapun. Antara malu, bingung dan senang diapun hanya menatap Abe yang berjalan menghampirinya."Ok, baju dan sepatu sudah. Apa lagi ya?""Sudah Abe, ini sudah terlalu banyak. Kau hanya membuatku sungkan.""Aaah, tas tanganya belum""Abe sudah""Hey jangan begitu, aku lagi baik. Jangan bikin hatiku sedih"Dengan langkah gontai Rain pun mengikuti pria pujaan hatinya itu, dia sesekali menarik nafas sambil memejamkan mata."Cluche ini berapa?" Tanya Abe pada pegawai toko."Lima ratus ribu rupiah""Saya ambil satu" Ujar Abe sambil menyerahkan kartu ATMnya.Rain hanya menggeleng-gelengkan kepala tak tau lagi harus berkata apa."Kau senang?" Tanya Abe"Kau membuatku malu""Kenapa?""Ini terlalu banyak untukku""Kita ngopi ditempat biasa ya, aku ingin kau tau sesuatu""Sesuatu apa lagi?""Ayolah, biasanya kau selalu bersemangat kalau kau bertemu aku""Iya bersemangat tapi ini semua hanya......"Belum selesai Rain menanggapi perkataan Abe, tangannya sudah ditarik menuju tangga.Sesampai di cafe langganan mereka Abe memilih duduk dibagian pojok dekat dengan sebuah lampu tempel."Pelayan, saya pesan kopi susu dua ya""Baik ditunggu ya kak" Jawab pelayan sambil berlalu."Ok aku akan ceritakan kepadamu siapa aku" Abe mulai bercerita."Sebenarnya aku adalah seorang dosen yang diperbantukan di Indonesia""Memangnya kau orang mana?""Mamaku orang Indonesia sedang papaku seorang Jepang, memangnya aku tak nampak seperti orang Jepang ya""Enggak" Jawab Rain polos."Aku juga pejabat negara, jadi kau harus mulai menjaga penampilanmu jika kau ingin menjadi pacarku"Begitu kata terakhir Abe terdengar Rain kembali menunduk."Kenapa?""Aku rasa aku tak pantas untukmu""Kenapa begitu?""Aku hanya tak mau merepotkan mu, aku hanya gadis desa dari keluarga miskin. Mana pantas aku bersama kau yang 'Pejabat'. Abe sudahlah"Belum selesai Rain berbicara ponselnya pun berbunyi."Ibu..." Ujar Rain kaget"Kenapa?" tanya AbeJarang-jarang Ibu menelepon ku"Halo" Jawab Rain"Rain, pulang nak, ayah masuk rumah sakit. Cepat""Rain pulang ibu"Rain pun bergegas berdiri dari duduknya, Abe pun mencegahnya."Tunggu biar ku antar kau pulang, aku bayar pesanan kita dulu"Mereka pun bergegas menuju tempat parkir dan Abe pun melajukan mobilnya meninggalkan mall."Rumahmu dimana?""Kepanjen, kau beneran mau mengantarku?""Kau ini, kau sedang dalam mobilku masih nanya""Iya maaf""Beri tau aku jalan menuju rumah sakit ya"Selama perjalanan menuju kepanjen Rain nampak sangat bingung, Ayahnya memang sudah lima tahun ini mengidap diabetes. Terkadan jika gula darahnya naik ayah sering tak sadarkan diri.Abe yang tau betul kegundahan Rain hanya bisa tetap menatap jalan raya hingga tak lama kemudian merekapun sampai dirumah sakit.=====
Bagaimana kelanjutan cerita cinta Rain, ikuti terus yaSesampainya dirumah sakit, Rain menuju UGD. Disana nampak ibunya sedang kebingungan"Ayah mana bu?" Tanya Rain"Masih dirawat nak, untung kau cepat datang nak""Ayah kenapa?""Gula darahnya naik, tadi dia tak sadarkan diri""Ya Allah, ayah""Ibu sedang bingung bayar rumah sakit, jika tidak bayar nanti ayahmu tak boleh pulang"Mendengar percakapan ibu dan anak itu Abe pun menghampiri."Ibu" Sapa Abe"Dia siapa nak?" Tanya Ibu pada Rain"Dia temanku" Rain memperkenalkan Abe"Oh teman Rain""Iya bu, Say Abe"Ibu kemudian menarik tangan Rain, dengan wajah tak percaya ibupun kembali bertanya."Kau nemu pria seperti ini dimana?""Dia temanku ibu""Kalia
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Rain pun tiba, hari dimana dia akan menemani Abe menghadiri acara pernikahan sepupunya. Semau kemungkinan ada didalam pikirannya, dia sangat cemas jika diacara itu dia akan bertemu keluarga dan teman-teman Abe.Baju yang dibelikan Abe sudah siap dipakainya, sepatu dan tas yang semua berharga mahal itu pun segera dikenakannya."Kau cantik sekali hari ini" Sapa Una saat melihat sahabatnya itu selesai bersiap"Iya aku tak menyangka Abe begitu baik""Baik, kaya, tampan, mmmmm... kau sangat beruntung bisa mengenalnya Rain""Seperti mimpi bisa bertemu dengannya"Una nampak sangat bahagia melihat sahabatnya itu hari ini, mereka kemudian berbincang panjang hingga akhirnya Abe mengirimkan pesan singkat yang memberitahukan kalau dia sudah tiba didepan gang."Ah itu Abe, aku pergi dulu ya, daaa" Pamit Rain pada Una sambil mengunci pintu kamar kosnya."Hati-hati Rain""Iya... kau baik-baik di kosan
Rain kembali kekamar kosnya dengan hati yang sangat kacau, Una yang melihatnya begitu sedih menghapiri"Kenapa Rain""Una, ternyata Abe itu laki-laki bajingan" Rain kemudian menagis sesegukan"Kau ini bicara apa?""Dia tadi mengajakku menikah kontrak dengannya""Apaaa....mungkin dia bercanda""Mana mungkin dia bercanda, dia bilang dia hanya akan menikahiku beberapa tahun saja" Tangis Rain semakin menjadi-jadi"Ah kenapa kau tak tanyakan maksudnya dulu, jangan langsung marah begini""Sudah... sudah jelas dia bajingan. Kalau dia laki-laki baik mana mungkin dia mengajakku nikah kontrak begini""Ya sudah, tinggalkan saja dia""Aku tak menyangka dia seperti itu""Rain, tenang lah. Sudah jangan kau ingat lagi"Rain kemudian menangis sejadi-jadinya dan Una hanya bisa terdiam melihatnya.Una kemudian meninggalkan Rain yang mulai mengantuk. Dia tak berani banyak bicara akan apa yang terjadi pada sahaba
Seminggu setelah meninggalnya ayah Rain, Merekapun kembali kerumah Abe di Malang. Rumah yang ini berada dibelakang mall dimana pertama kali bertemu. Rumah berlantai dua yang sangat mewah dengan cat putih dengan pilar yang membuat rumah ini terlihat sangat megah. Setibanya dirumah Abe mempersilahkan Rain masuk."Masuklah, kau tinggal disini sekarng, nanti ku bantu mengambil barang-barang dikosanmu""Bukannya dulu kau bilang ini rumah temanmu?""Saat itu aku hanya pura-pura saja""Pura-pura?" Ujar Rain dengan wajah datar"Ayo masuk"Rain nampak begitu takjub dengan dekorasi rumah itu, sangat berkelas tak seperti rumahnya yang dindingnya saja tak di aci."Kau tidur dikamar utama di lantai dua ya, aku sudah meminta asisten rumah tangga untuk membereskannya"Hati Rain masih tak menentu, entah dia harus senang atau sedih menjalani pernikahan pura-pura ini, dia kemudian menuju kamarnya dengan
Rain kemudian menuju dapur dan menenangkan diri disana, Yani yang tau betul suasana hatinya mencoba menuangkan air putih dalam gelas mewah yang ada dirak piring."Ini nyonya, minumlah""Terima kasih ibu""Tuan memang seperti itu semenjak mendiang istri tuan meninggal""Dia kenapa?""Dulu tuan tidak begitu, tapi sepertinya tuan jadi sangat cemburu jika ada yang dekat dengan anak-anaknya""Tapi dulu dia tidak begitu ibu, yang ku kenal Abe sangat manis""Entahlah, dia sangat takut ada perempuan lain yang bisa dekat dengan anak-anaknya, seakan tuan tak ingin posisi ibu kandung anak-anaknya terganti oleh siapapun""Ow begitu, bisa jadi sih. Tadi dia sangat marah saat aku berusaha dekat dengan Gia""Ya begitulah tuan" Yani kemudian menarik nafas panjang"Tak apa ibu, semua akan segera berakhir, aku akan membuatnya bersedia menerimaku sebagai ibu anak-anaknya kini""Apa nyonya yakin?""Kita lihat saja" Jawa
Sore itu Isa juga bercerita sedikit tentang Lidya, mendiang Istri Abe. Baginya Wanita itu adalah cinta pertama bagi kakaknya, tak ada yang dapat membuat Abe buta akan cinta selain Lidya. Namun sayang, selama pernikahan mereka Istri Abe ini terbilang sangat ringkih, mudah sakit.Pernah suatu ketika hanya karena kehujanan Lidya bisa sampai mimisan dan yang paling parah karena selimut lupa dicuci, tubuhnya bentol-bentol berhari-hari."Tapi ya begitulah, hidup ini adil Rain. Saat Lidya sangat lemah Abe lah yang menutupi semua kekurangan istrinya itu" Cerita Isa pada Rain."Aku rasa Abe memang pria yang baik, hanya saja dia masih enggan untuk melupakan mendiang istrinya itu""Karenanya kau harus sabar ya""Semoga, aku tak tau apa yang akan terjadi besok" Tutup Rain dengan wajah sedih.Isa yang melihat wajah sedih Rain tau betul bahwa gadis muda itu tak benar-benar berani menghadapi Abe yang tampaknya galak namun sebenarnya sangat pengertian. Saat
Setelah makan malam Gia nampak tak enak badan, dia kemudian meminta pengasuhnya mengantarkannya kekamar tidur."Ibu Yuyun aku pusing" Ujar Gia saat berjalan menuju kamar"Ibu pijat ya nak" Kata Yuyun sambil membaringkan Gia ketempat tidur dan mulai memijat punggung gadis kecil itu"uoooooookkk" Gia muntah banyak sekali"Gia...." Teriak Yuyun yang membuat Abe menghampiri"Gia kenapa?" Abe menghampiri putrinya"Pusing papi...pusing""Papi panggil Dokter ya"Gia mulai menangis, Lia pun menghampiri adiknya dengan wajah sangat cemas."Halo dokter, putriku sakit. Tolong segera kemari" Telepon Abe pada dokter pribadinyaTak lama kemudian dokter datang dan memeriksa Gia."Putriku kenapa dokter?" Abe penasaran"Ini masalah psikologi pak, sebaiknya jangan bertengkar didepan putri bapak""Ah iya, tadi sore ada pertengkaran memang""Anak seusian Gia memang sangat sensitif, bapak harus benar-benar m
Setelah kejadian kemarin yang cukup menegangkan, hari ini terasa lebih menyenangkan. Abe bangun tidur dengan senyum yang mengembang begitu pun anak-anak. Setelah menyelesaikan sarapan bersama dengan roti bakar dan susu murni mereka telah siap memulai hari ini dengan setumpuk aktifitas masing-masing.Tak lama setelah siap, anak-anakpun naik mobil dan diantar supir menuju sekolah. Sedangkan Abe memilih berangkat kekantor dengan menyetir sendiri mobilnya."Aku berangkat ya" Pamit Abe pada Rain."Iya, hati-hati dijalan ya""Jangan lupa makan siang, aku pulang agak telat"Merasa jenuh terus berada didalam rumah, Rain mulai berjalan-jalan diteras belakang rumah. Nampak banyak sekali tanaman yang kurang terawat, dia kemudian mulai membersihkan beberapa tanaman. Tak berapa lama kemudian ponselnya berbunyi, Rain bergegas menjawab panggilan telepon itu."Halo...""Rain, ini Abe""Ada apa?""Kertas kerjaku ketinggalan dimeja kerjak