Share

Bab. 5 Penyelamatku

Sesampainya dirumah sakit, Rain menuju UGD. Disana nampak ibunya sedang kebingungan

"Ayah mana bu?" Tanya Rain

"Masih dirawat nak, untung kau cepat datang nak"

"Ayah kenapa?" 

"Gula darahnya naik, tadi dia tak sadarkan diri"

"Ya Allah, ayah"

"Ibu sedang bingung bayar rumah sakit, jika tidak bayar nanti ayahmu tak boleh pulang"

Mendengar percakapan ibu dan anak itu Abe pun menghampiri.

"Ibu" Sapa Abe

"Dia siapa nak?" Tanya Ibu pada Rain

"Dia temanku" Rain memperkenalkan Abe

"Oh teman Rain"

"Iya bu, Say Abe"

Ibu kemudian menarik tangan Rain, dengan wajah tak percaya ibupun kembali bertanya.

"Kau nemu pria seperti ini dimana?"

"Dia temanku ibu"

"Kalian hanya teman kan?" Ibu nampak khawatir

"Ibu, tentu saja"

"Kau belum aneh-aneh dengan dia kan?" Tanyanya lagi

"Ibu jangan begitu, nanti dia dengar"

"Kau tinggal dimana?" Tanya ibu pada Abe

"Saya tinggal di Surabaya bu"

Ibu tak berhenti menatap Abe, dia merasa mustahil putrinya yang lugu bisa bertemu Abe yang nampak begitu gagah.

"Keluarga Bapak Eko" Terdengar perawat memanggil nama Ayah Rain.

"Iya" Jawab Rain seraya menuju meja resepsionis.

Melihat Rain berlalu, Abe pun menyusul dibelakang.

"Biaya perawatannya tujuh ratus lima puluh ribu sudah termasuk obat ya kak" Ujar perawat yang ada didepan Rain.

Rain terdiam, dia kemudian membuka dompetnya yang lusuh, dia menarik nafas.

"Pakai debet bisa?" Tanya Abe pada perawat tadi

"Bisa kak" Ujar perawat tadi sambil menerima ATM Abe.

"Ini bukti pembayarannya ya" Sambung perawat tadi.

"Abe sudah, jangan. Aku sudah banyak merepotkanmu"

"Hei tak apa. Uangmu buat kuliahmu saja"

Abe dan Rain pun kembali berjalan mendekati ibu yang masih nampak kebingungan.

"Sudah?" Tanya Ibu cemas

"Sudah bu"

"Habis berapa? uangmu cukup kan?"

"Iya bu, sudah beres. Ayo kita pulang"

"Alhamdulillah, ibu sudah bingung bayar rumah sakit dari mana tadi"

Rain menarik nafas panjang kemudian bersama ibu berjalan menuju ruang dimana ayahnya dirawat.

"Abe, terima kasih ya. Hari ini aku benar-benar berterima kasih padamu. Kau tau, sebenarnya uang kiriman ibuku sudah habis aku pakai untuk biaya hidupku selama sebulan ini. aku tak tega mengatakannya pada ibuku"

Mendengar cerita Rain hati Abe jadi terenyuh. Dia tau betul untuk Rain, dapat berkuliah dikota adalah hal yang mahal. Belum lagi biaya hidup selama berkuliah bukan hal yang murah baginya.

"Iya kau yang sabar ya" Ujar Abe sambil mengelus lembut rambut Rain

"Jangan bilang ibu ku juga kalau biaya rumah sakit ini kau yang bayar ya, nanti dia jadi merasa sungkan"

"Aman nona" Bisik Abe lagi.

Setelah ayah Rain baikan, Abe pun mengantarkan mereka pulang. Rumah Rain terletak disebuah kampung yang cukup ramai dengan jalan masuk yang hanya cukup untuk satu mobil.

Sesekali Abe harus berjalan pelan untuk menghindari motor yang berpapasan dengan mobilnya.

Tiba lah mereka disebuah rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas.

"Ayo masuk" Ibu membersilahkan Abe masuk sambil membuka pintu rumah yang nampak sudah sangat reot.

Abe melihat disekeliling rumah, tembok bata yang belum diaci serta atap rumah tanpa plafon menjadi memandangan yang sangat kontras dengan rumahnya. Sambil tembopong ayah Rain, Abe pun masuk menuju ruang tengah.

"Ini rumahku, sederhana dan sangat berbeda dengan rumahmu"

"Yang penting kau bahagia didalamnya"

"Aku masih jauh lebih beruntung dari banyak orang diluar sana, disini aku punya keluarga yang sederhana namun tetap saling menjaga"

"Eh ini sudah sore, aku pamit pulang ya" potong Abe

"Memangnya kau tau jalan pulang?"

"Enggak, memangnya kau tak ikut pulang ke Malang?"

"Iya juga ya, besok aku harus kuliah pagi"

"Ya sudah biar aku antar, sekalian kita pulang"

Rain pun menuju dapur tempat ibunya sedang membuatkan Abe teh

"Ibu aku harus pulang ke kosan, besok aku ada kuliah pagi"

"Biar temanmu minum dulu, sebentar saja"

"Baiklah" Jawab Rain singkat

"Minum dulu ya. Udah terlanjur dibuatkan teh ini" Ibu mempersilahkan

"Iya bu, terima kasih"

Abe pun segera minum dan berpamitan kepada ibu dan ayah Rain.

"Lain kali saya main lagi ya bu, maaf ini saya buru-buru"

"Rain mau bareng ke Malangnya?" Tanya ayah dari kamar

"Iya ayah, nanti sabtu atau minggu Rain pulang lagi ya"

Setelah berpamitan, mereka pun kembali ke kota Malang.

Selama perjalanan Rain sangat bersyukur bisa bertemu Abe yang sangat luar biasa baginya. Tak terasa merekapun tiba di gang tempat Rain kos.

"Terima kasih ya, semoga kau tak bosan membantuku"

"Baiklah nona, aku harus pulang. Sabtu kita ketemu lagi ya. Jangan lupa" 

Rain pun turun dari mobil dan melambaikan tangan kearah Abe kemudian berlalu.

Sedang Abe masih terpaku menatap Rain yang berjalan begitu riang menuju kosan.

=======

Setiba dikos, Rain pun membuka barang belanjaan yang tadi sudah dibelinya.

"Waaah kau beli barang apa saja ini" Tiba-tiba Una masuk kamarnya dan membuat Rain terkaget

"Ini tadi.... ah aku kan sudah cerita"

"Ini pasti barang mahal"

"Iya, duh aku jadi bingung harus bagaimana"

"kenapa bingung?"

"Iya itu, Abe. dia....." Belum selesai Rain menjelaskan pada Una dia kembali terkaget saat membuka cluch yang dibelikan Abe

Didalam cluch itu terdapat uang lembaran seratus ribuan yang sangat banyak. Matanya terbelalak kaget sampai mau copot.

"Kamu kenapa?" Tanya Una penasaran

"Ya Allah, Abe" 

"Kenapa?" Una makin penasaran

Rain terduduk lemas diatas kasurnya, dia kemudian menghitung lembaran uang yang dimasukkan Abe. 

"Dua juta.." 

"Waw, dia tau betul kalau kau tak punya uang" Ujar Una menggoda 

"Hari ini semua dia belikan padaku, entah berapa total semua barang ini aku sampai tak bisa berkata-kata lagi. Belum selesai semua ini tadi dia juga membayarkan biaya rumah sakit ayahku"

"Hah... ayahmu sakit?"

"Iya, tadi ibu meneleponku saat aku masih di mall, ibu bilang ayah masuk rumah sakit, kami ke Kepanjen dan Abe yang membayar semuanya"

"Dia pria yang sangat baik Rain"

"Tapi aku jadi sungkan"

"Sudahlah, tapi kan dia tak terpaksa"

"Tapi aku yang ngak enak sama dia Una"

"Jangan gitu, jarang-jarang kan kita bisa punya 'sugar daddy' seperti Abe"

"Apa itu sugar, sugar apa?"

"Sugar daddy itu pria yang kaya raya yang mau memberi kita barang-barang mahal"

"Kita?"

"He'eh. Maksud ku kamu"

"Tapi apa tidak apa-apa?" Tanya Rain polos

"Asal dia tak memaksamu tidur denganya, berarti aman"

"Hey, Abe bukan pria seprti itu"

Una hanya tertawa saat melihat Rain kebingunggan. 

Kriing... Ponsel Rain berbunyi

"Siapa?" Tanya Una kepo

"Halo" Jawab Rain lirih

"Malam cantik" Terdengar suara Abe dari sebrang telepon

"Hai, eh terima kasih. kenapa kau masukkan uang sebanyak ini di tas pestanya"

"Sudahlah, aku hanya tak ingin kau kekurangan selama kuliah"

"Terima kasih, harus berapa kali aku mengucapkan kata ini padamu hari ini"

Abe hanya membalasnya dengan tertawa.

Melihat Rain sedang begitu mesra menerima telepon dari Abe, Una memilih untuk meninggalkan sahabatnya itu.

====

Bagaimana kelanjutan cerita cinta Rain, ikuti terus ya kelanjutannya 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status