Rain adalah gadis polos yang tak sengaja bertemu dengan Abe seorang pria paruh baya yang berstatus duda empat orang anak yang begitu menarik hatinya. Awalnya hubungan mereka terasa sangat menyenangkan hingga Rain tau jika Abe sebenarnya masih sangat mencintai mendiang istrinya dan hanya menikahinya untuk pelampiasannya saja. Mampukah Rain yang polos membuat Abe benar-benar jatuh cinta padanya? Ataukah pernikahan mereka akan selamanya menjadi pernikahan palsu? Ikuti terus cerita cinta Rain hingga akhir ya
Lihat lebih banyakNampak tak ada yang istimewa dari gadis 21tahun ini, tubuhnya yang kurus dan rambutnya yang nampak tak terurus membuatnya semakin tampak tak menarik bagi siapapun yang memandangnya. Dia memang gadis cuek luar biasa yang selalu berharap bertemu pria kaya raya yang mau mempersuntingnya.
Hari ini dia memutuskan berjalan-jalan sendirian ke mall tak jauh dari kosnya di Malang, dengan langkah yang gontai akhinya perjalanan 30 menit itu membawanya kepintu masuk mall.Matanya terus menatap ke lantai dua entah mencari apa, tiba-tiba dia menabrak sesuatu didepannya."Waduh" teriak Rain KagetTubuhnya terjatuh dan terasa sangat sakit."Maaf, kau tak apa" Ujar pria yang ditabraknya sambil berusaha membantunya berdiri.Mata Rain langsung terbelalak melihat sosok yang begitu tampan didepannya, pria itu menggenakan hem putih dengan celana abu-abu dengan ikat pinggang yang membuatnya nampak semakin menarik matanya."Ah maafkan aku" Rain berusaha berdiri"Aku yang salah tak melihatmu melintas" Balas pria itu sambil setengah membungkuk dihadapan Rain."Tak apa, aku baik-baik saja" Rain tersenyum tersipu-sipu."Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Sebagai permintaan maafku bagaimana kalau kita minum kopi dicafe langgananku" Ajak pria itu sambil membalas senyum Rain." Ayo kita pergi, aku sedang santai kok" Jawab Rain Bersemangat.Sambil berjalan menuju cafe yang dimaksudnya Abepun memulai pembicaraan."Maaf nona, boleh ku tau namamu. Kita belum berkenalan""Oh, Namaku Rain. Kakak siapa?""Namaku Abe, panggil saya Abe. Jangan pake kakak. Biar akrab""Baiklah, Abe"Abe membalas Rain dengan senyum simpul, dia nampak sangat bingung mengapai Rain begitu bersemangat.Setelah berjalan menaiki tangga merekapun tiba disebuah cafe yang nampak sepi."Kita minum kopi disini ya, nampaknya tak terlalu ramai" Ajak Abe sambil memasuki memilih sofa yang terletak dipojok."Terserah Abe" Jawab Rain."Kau mau pesan apa?" Tanya Abe"Kopi susu aja""Ok biar ku pesan"Rain nampak begitu terpesona pada Abe, dia terus memandang pria paruh baya itu. Hayalannya langsung memuncak entah hingga langit tingkat berapa.Abe yang tau betul gadis itu sedang memandangnya hanya tersenyum simpul."Kau kuliah sekitar sini?" Tanya Abe memulai pembicaraan mereka."Iya, aku kuliah jurusan management di universitas sebrang mall ini.""Ow, kau sendirian?" Tanya Abe lagi"Iya, aku bukan gadis yang cantik. Jadi aku masih jomblo kok"Mendengar jawaban Rain, Abe hanya tertawa."Kau tinggal sekitar sini?" Tanya Rain kepo"Iya aku tinggal dibelakang mall ini""Kau pasti orang kaya, itukan perumahan mewah" Jawab Rain yang membuat Abe semakin kaget."Ah tidak, itu rumah temanku kok. Aku hanya menginap karena kebetulan ada perlu disekitar sini""ow, tapi kau single kan? ngak ada pacar?"Pertanyaan Rain ini benar-benar membuat Abe kaget. "Kenapa kau bertanya begitu?" Tanya Abe lagi."Mmmmm.... Pria setampan kau pasti sudah punya pacar, ya kan?" Ujar Rain memastikan."Ah tidak, aku sudah lama sendiri" Jawab Abe berusaha membuat Rain tersenyum."Sungguh" Seru Rain bersemangat.Abe kemudian tertawa geli melihat ekspresi Rain yang begitu girang mendengar jawabannya."Kenapa kau tertawa?""Nona, tidak sopan menanyakan status seseorang yang baru kau temui. Kita belum 1jam kenal""Maaf, aku hanya ingin tau. Tapi kau tak keberatan kan menjawab pertanyaanku""Iya, tak apa. Tapi baiknya kau tak bertanya seperti itu pada siapapun yang kau temui.""Kau benar" Rain kemudian menarik nafas dan wajahnya berubah sedih."Hey, mengapa jadi sedih""Mungkin karena itulah tak ada yang betah dekat denganku""Jika kau tau kekuranganmu, baiknya kau berusaha memperbaikinya. Bukan malah sedih" Hibur Abe.Tak berapa lama kemudian, minuman yang mereka pesanpun datang. Abe mempersilahkan Rain minum duluan."Minumlah, sudah jangan sedih""Kau baik sekali.""Terima kasih""Boleh aku tau, tapi jangan marah ya""Tanya saja, aku pasti jawab""Apa yang sedang kau kerjakan dikota ini?""Aku ada seminar disekitar sini""Ow, kau orang penting nampaknya""Apa ikut seminar berarti orang penting?""Biasanya yang ikut seminar itu orang penting""Tidak, aku hanya mewakili tempatku kerja saja""Memangnya kau kerja dimana?""Aku diperbantukan diperusahaan pembangkit listrik negara"Begitu mendengar jawaban Abe, Rain kembali terkaget."Waw kau keren sekali""Ah biasa saja." Abe merendah."Tapi kalau kau keren sekali, kenapa kau masih jomblo" Tanya Rain penasaran."mmm... Istriku meninggal 5 tahun yang lalu. Semenjak dia meninggal aku tenggelam dalam kesibukanku. Karena itulah aku belum sempat mencari pengganti mendiang istriku""Dia pasti wanita yang sangat kau cintai""Ya, sangat""Berarti kemungkinanku menggantikan posisi mendiang istrimu sangat kecil"Mendengar perkataan Rain yang polos dan tanpa nada ini membuat Abe tersenyum. Baru kali ini dia bertemu gadis yang berani menanyakan kondisi hatinya saat ini."Memang kau mau menikahiku" Goda Abe."Mau banget" Rain tersenyum"Aku sudah punya 4 orang anak lo""Jadi ibu tiripun aku mau asal sama kamu"Abe tertawa semakin keras, dia merasa Rain benar-benar menghiburnya hari ini."Baiklah kita tukeran nomer ponsel ya, kapan-kapan kita janjian lagi""Memang rumahmu dimana?""Aku tinggal di Surabaya. Tapi adikku tinggal di Batu. Karena itu aku sering sekali ke Malang""Jadi kita bisa ketemuan lagi kan?""Bisa, nanti ku sempatkan ya"Mereka pun bertukar nomer ponsel dan kembalu menikmati kopi yang mereka pesan.Tak terasa sudah setengah hari mereka berbincang, Rain yang begitu polos tak sedikitpun takut jika Abe berfikir jahat pada pertemuan ini. Baginya bisa bertemu Abe adalah kebetulan yang sangat manis.Setelah lama berbincang merekapun memutuskan untuk pulang."Biar ku antar pulang ya, tadi aku bawa mobil kok." Ajak Abe membuat Rain semakin berbunga-bungaTanpa menolak Rain pun menyetujui ajakan Abe, mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir. Setiba dimobilnya Abe membukakan pintu mobil dan Rain pun masuk."Kosmu dimana?""Begitu keluar mall, ambil jalur kanan terus putar balik""Ok, ku bayar parkir dulu ya""Baiklah"Abe pun menyalakan mesin mobilnya dan mulai menuju jalan keluar area parkir itu. Setelah membayar parkir seperti instruksi Rain dia pun memilih jalur kanan dan mulai putar balik.Ternyata Rain kos di sebuah gang tak jauh dari mall tempat mereka bertemu. Setelah mengucapkan salam perpisahan Rain pun turun dan melambaikan tangan pada Abe lalu berlari masuk gang meninggalkan Abe yang masih menatapnya dari balik kaca mobilnya.Sesampai dikamar kosnya Rain terus memandangi ponselnya berharap Abe menghubunginya lagi."Ah aku ini. Abe masih nyetir, mana bisa dia kirim WA" Gumamnya pada dirinya sendiri.Hayalannya terus memuncak, berharap bisa bersanding dengan Abe dipelaminan dan hidup bahagia hingga akhir hayatnya. Sesekali dia menarik nafas panjang dan tersenyum sendiri membayangkan semua hayalan manisnya.Dia tak tau cerita apa yang akan dihadapinya setelah ini.==Seperti apa cerita cinta Rain yang polos inu, ikuti terus ya kelanjutannyaSetelah kejadian penuduhan terhadap Una, kini Rain semakin tau siapa Ibu Kara. Dia jadi lebih hati-hati pada asisten rumah tangganya itu. Tak banyak bicara dia kini pada Ibu Kara. Setiap wanita paruh baya itu mengajaknya berbicara dia kini memilih untuk banyak diam."Kenapa kau jadi seperti itu Rain?" Tanya ibunya"Kenapa bu?""Kau jadi tampak berbeda sekang.""Tidak ada yang terjadi, aku hanya berhati-hati pada asisten rumah tanggaku saja"====Hari ini Rain memberanikan diri untuk pergi kekampus, sudah banyak sekali ketertinggalannya distudinya ini. Setelah bersiap diapun kemudian berpamitan dengan Abe."Aku pegi kuliah dulu ya." Pamit Rain"Baiklah, hati-hati." Jawab Abe dingin.Rain membuka pintu dan pergi sambil melambaikan tangannya tanpa balasan dari suaminya.Saat sampai dikampur Rain sedikit heran, mengapa kampus tampak sepi berbeda dari hari-hari biasanya."Rain..." Seru seseorang dari belakang
Pagi ini udara di Malang sangat sejuk, embut turun dengan begitu indah membuat suasana menjadi sangat lembut. Rain bersiap untuk pergi kuliah karena minggu lalu tak datang satu haripun karena mengurusi suaminya dirumah sakit.Tak mau menghabiskan waktu, diapun segera turun untuk sarapan pagi. Ibu Kara nampak sudah menyiapkan sepotong roti dengan selai anggur kesukaannya beserta segelas susu yang selalu harus diminum anggota keluarga Abe setiap hari.Setelah Rain menyelesaikan sarapannya Unapun menghampiri."Hari ini kau akan berangkat kuliah juga?" Tanya Una"Iya aku sudah ketinggalan jauh sekali" Ujar Rain sambil menghela nafas panjang.Una kemudian membuka tas yang dibawanya, dia kemudian terkaget ketika melihat didalam tasnya itu ada sebuah benda yang tak dikenalnya."Hei itukan..." Teriak Rain kaget melihat sapu tangan Abe ada didalam tas sahabatnya itu."Rain aku tidak tau bagaimana benda ini ada disini" Ujar Una terkaget
Hari ini Keluarga Abe memilih pulang ke Malang untuk masa penyembuhan Abe, Mereka merasa jika tinggal di Surabaya, Abe ngak akan bisa istirahat secara total karena dia akan selalu menginggat akan pekerjaannya yang tak pernah berkurang.Mobil pun disiapkan untuk keberangkatan mereka semua ke Malang, tak lupa mereka membawa sedikit perbekalan untuk cemilan selama diperjalanan.Setelah semua siap merekapun berangkat. Perjalanan hari ini tanpa hambatan, cukup 2 jam saja mereka sudah tiba dirumah Malang."Selamat datang" Sambut Ibu Rain saat mereka membuka pintu"Ibu apa kabar?" Rain menyapa dengan penuh kerinduan"Alhamdulillah baik. Ibu dan Ibu Kara sudah memasak untuk kalian semua, ayo segera disantap. Kalian pasti kelaparan.""Terima kasih, yuk kita makan" dan merekapun bergegas menuju ruang makan.Obrolan ringanpun bersautan terdengar selama makan siang itu, ayam goreng buatan ibu laris disantap anak-anak sedang Abe lebih memilih maka
Sorepun menjelang, Gia yang terlelap akhirnya terbangun. Begitu bangun dia segera meminta duduk disamping papinya."Gia peluk papi ya, biar papi cepat sembuh" Gia kemudian memeluk Abe dengan manja"Gia kangen papi ya?" Abe nemerima pelukan putri kecilnya itu dengan sangat mesra"Iya papi jangan sakit, Gia sediiiiiiih kalau papi ngak peluk Gia""Papi ngak lama kok sakitnya, setelah sembuh papi janji ngak akan sakit lagi biar bisa peluk Gia terus ya""Iya papi, tapi papi ya kakak Gio sekarang ngak mau bobo bareng Gia lagi""Kenapa begitu?" Tanya Abe"Katanya Gia kalau nangis kenceng, bikin pusing"Melihat tingkah Gia, Rainpun tak kuasa menahan gemes."Gia, boleh mami cubit pipinya?" Pinta Rain sambil mencubit Gia"Mami gemes ya sama aku, ya kan aku anak papi yang paling gemesin"Saat Rain sedang berbincang dengan Gia tiba-tiba Isa masuk keruangan itu dengan wajah tak senang."Gia sedang apa disini? Ayo
Sakitnya Abe hingga dirawat dirumah sakit, membuat Rain tak dapat mengikuti praktikum yang sudah dia jadwalkan minggu lalu. Hal ini membuat pihak kampus menghubunginya via sambungan telepon.Kriiinggg... Ponsel Rain berbunyi kencang"Halo.." Rain menjawab singkat"Selamat pagi, benar ini Rain Purnamawati?" Tanya penelepon dengan sopan"Benar itu saya, maaf ini dengan siapa ya?""Ini dari kampus kak, kakak minggu ini ada jadwal praktikum tapi tidak kakak hadiri""Oh iya, maaf saya lupa. Suami saya sakit. Jadi bagaimana ya?""Masih bisa dijadwalkan ulang kak, tapi baru semester depan""Mmmm... ya sudah tak apa biar semester depan saya ulang, saya tidak bisa meninggalkan suami saya saat ini.""Tak apa kak, saya hanya menyampaikan saja""Terima kasih infonya ya"Rain kemudian menutup sambungan telepon tadi dengan wajah sedih."Kamu kenapa?" Tanya Abe yang masih terbaring lemah ditempat tidur"Tadi
"Raiiin..." Bisik Abe sambil meraih tangang istrinyaRain terbangun dan segera menghilangkan kantuknya"Ada apa?""Pasangkan pispot... aku mau buang air kecil""Pasang? Pispot itu yang mana?" Rain kebingungan"Biasanya ada dibawah tempat tidur"Rain membungkuk dan melihat sebuah benda berbahan stainless, setelah meraihnya Rain nampak kebingungan"Bagaimana memasangnya?""Aku mau pipis, buruan sedikit kenapa sih?" Abe mulai kesalRain yang kebingungan kemudian mencoba memasangkan pispot untuk Abe."Aku harus memegang....""Cepat kau mau aku mengotori kasur ku""Iya sabar"Rain hanya menutup matanya sambil menunggu suaminya itu selesai buang air kecil. Dia tak menyangka merawat orang sakit benar-benar butuh keberanian yang besar. Setelah Abe selesai, Rain kemudian nampak bingung melepas pispot tersebut."Apa yang kau lihat..." Abe nampak tak nyaman"Ah tidak.. baik... sebenta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen