Share

Bab. 3 Rinduku Semu

Rain sungguh sangat bahagia hari ini, dia akhirnya bisa menjawab semua pertanyaan yang berbulan-bulan ini membuatnya tak nyaman.

"Aku pamit pulang ya?" Rain mulain membereskan tasnya dan bersiap pulang.

"Tunggu dulu, biar aku antar pulang" Cegah Abe sambil memandang Rain penuh harap

"Kalian masih ngobrol kan?"

"Tidak, tunggu sebentar lagi ya"

Melihat Abe yang begitu berharap, Rain kembali duduk ditempatnya tadi.

"Biar aku bayar dulu, setelah itu ku antar pulang ya"

"Baik lah, aku tunggu, ngak enak kalau pulang terlalu larut"

"Larut? Ini masih jam 5 sore nona" Goda Abe pada Rain.

Setelah membayar pesanan, mereka pun menuju tempat parkir.

"Nanti turun didepan gang kaya kemarin?" Tanya Abe sambil membukakan pintu depan mobilnya mempersilahkan sambil mempersilahkan Rain Naik.

"Iya" Jawab Rain singkat

Setelah mereka masuk mobil, Abe pun menyalakan mesin mobil merahnya itu.

Mobilpun mulai menuruni gedung parkir dan segera melaju lambat hingga tikungan putar balik. Tak lama kemudian mobil Abe pun tiba didepan gang tempat Rain ngekos.

"Aku turun disini, terima kasih untuk hari ini" Rain pamit sambil membuka pintu mobil

"Baik lah, kali ini aku pasti akan menghubungimu lagi" Janji Abe sambil tersenyum

Rain pun turun dari mobil dan melambaikan tangan, dia kemudian berjalan penuh semangat hingga sampai kedalam kamar kosnya.

Tiba dikosnya ternyata temanya Una sedang nonton tv diruang tengah rumah kos.

"Sudah pulang?" Tanya Una saat melihat sahabatnya itu membuka pintu kamarnya

"Hai Una, kau tau tadi aku bertemu siapa?"

"Siapa?"

"Tebak dulu"

"Pasti pria paruh baya yang kau gundahkan selama ini kan?"

"Ih kok kamu tau, kau bisa meramal ya"

"Aku tadi sempat melihatmu turun dari mobilnya"

"Dia tampan kan menurutmu?"

"Ah semua laki-laki kalau lagi baik akan terlihat tampan"

"Kenapa kau bicara begitu?"

"Rain, jika kau ingin mencintai seseorang kau harus mengenalnya mulai sisi paling baiknya hingga sisi terburuknya. Jika kau belum tau semua sisi hidupnya. Itu artinya kau belum benar-benar mengenalnya"

"Aku baru bertemu dengannya dua kali, tentu belum cukup untukku mengenalnya"

"Lalu siapa wanita yang bersamanya?"

"Adiknya" Jawab Rain mantap

"Kau yakin?"

"Ih kau ini, yakin lah. Dia memperkenalkan diri padaku tadi"

"Rain, jangan terlalu polos, semua pria akan mengaku hanya teman atau saudara pada siapapun. Siapa yang tau setelah ini mereka malah menginap dihotel berdua"

"Una..." Teriak Rain tak terima

"Kau ada nomer ponselnya kan? Coba tanya dia bersedia VC denganmu? Kalau dia sampai mau video call dengan mu dan menunjukkan dia tak sekamar dengan dengan wanita yang katanya adiknya berarti dia pria baik"

"Ok, mari kita buktikan"

Rain kemudian mengambil ponselnya dan mengirim pesan WA pada Abe.

"Kalau sudah dirumah boleh kita video call?"

Tak lama kemudian Abe menjawab

" Oke"

"Tuh dia mau video call dengan ku"

"Tunggu saja, hey nona aku bicara begini agar kau hati-hati" Una merendahkan suaranya

"Iya Una, terima kasih" Balas Rain

Setelah menunggu cukup lama, ponsel Rain pun berbunyi dan dia pun segera menjawab panggilan video call itu.

"Hai ada apa?" Tanya Abe

"Kau dimana?"

"Aku sedang di Batu, tadi kan aku sudah bilang"

"Belum pulang ke Surabaya?"

"Aku masih disini sampai pernikahan sepupuku sabtu ini"

"Oh ada acara"

"Iya, nanti kalau aku ada waktu kita ketemu lagi ya. Disini lagi rame banget"

"Aku mengganggumu ya?"

"Tidak, hanya aku sedikit lelah. Nanti ku telepon lagi ya"

"Baiklah, nanti lagi saja"

Rain nampak tenang melihat Abe tak seperti yang dikatakan Una, dia pun mengakhiri pembicaraan malam itu dengan senyum yang mengembang.

"Syukurlah, berarti dia pria baik" Ujar Una ikut bahagia

"Iya, aku bisa tidur nyenyak sekarang"

======

Di Batu

"Siapa yang kau telepon tadi Abe" Mama Abe yang sejak tadi memperhatikan putranya itu berusaha mencari tau

"Teman ku ma"

"Ajaklah dia kepernikahan sepupumu sabtu ini"

"Iya kalau dia bisa nanti aku ajak"

"Mama rasa sudah waktunya kau mencari pendamping hidup yang baru"

"Aku pun merasakan itu"

"Mendiang istrimu sudah lama pergi, kau juga pantas memulai hidupmu yang baru"

Mendengar perkataan mamanya yang terdengar begitu berharap, Abe pun terdiam. Lidya, mendiang istrinya memang sudah lama pergi. Tapi entah lah masih ada keengganan dihatinya untuk memiliki pendamping hidup yang baru.

Kenangan akan Lidya begitu kental diingatannya. Dia bahkan masih ingat saat pertama kali bertemu mendiang istrinya itu. Senyum Lidya, tawa candanya hingga semua kesedihan yang pernah mereka lalu bersama selalu hadir dihari-harinya.

"Nak, kau juga butuh pendamping" Ujar mama membuyarkan lamunannya

"Iya mama, iya. Aku akan berusaha melupakan Lidya

Malam semakin larut dan Abe pun mulai mengantuk, dia kembali kekamarnya sambil terus membandingkan Lidya dan Rain.

Baginya Rain sama seperti teman-teman wanitanya yang lain, tak sedikitpun istimewa, hanya gadis polos yang bahkan tak pernah tau sulitnya hidup.

Jangankan untuk merawatnya dan anak-anaknya, Rain bahkan tak mampu merawat dirinya sendiri. Rambutnya berantakan dan penampilannyapun tak sedikitpun menarik hati siapapun. Abe menarik nafas panjang dan kemudian terlelap dalam tidur malamnya.

====

Keesokan harinya Abe terbangun saat putrinya Lia membangunkannya.

"Papi bangun sudah siang"

"Iya sayang papi sudah bangun dari tadi"

"Dari tadi? tadi papi masih ngorok"

Lia lalu memeluk papinya yang masih terbaring lemas diatas kasur

"Papi kemarin dari mana, kok aku ngak diajak?"

"Hanya jalan-jalan sama tante Isa, membosankan. Kau tak akan suka mangkanya papi ngak ajak"

"Kenapa begitu, bukannya papi ketemu teman papi"

"Tau dari mana kemarin papi ketemu teman"

"Tadi tante Isa cerita. Ayolah papi, cari pacar. Aku tuh malu kalau ketemu teman-teman ku"

"Malu kenapa?"

"Mereka bilang, papimu tuh tampan tapi kok ngak punya pacar. Jangan-jangan papimu udah ngak normal"

"Whaat??? Masa temanmu bilang begitu"

"Iya, mereka meragukan kejantanan papi"

Mendengar perkataan putrinya gengsi Abe meluap-luap, bisa-bisanya anak jaman sekarang berkomentar atas statusnya. Dia mulai berfikir keras untuk mematahkan semua pikiran buruk putrinya kepadanya.

"Sebenarnya papi juga punya pacar, tapi kan...."

"Siapa namanya?" Potong Lia penasaran

"Belum waktunya nak, nanti pasti papi kenalkan kepadamu"

"Tapi dia perempuankan?"

Mendengar jawaban Lia yang ini membuat Abe kembali terkaget

"Tentu saja perempuan, kenapa kau punya pikiran seperti itu"

"Ya jaman kan sudah berubah, kadang pria-pria tampan seperti papi juga ada kan yang tertarik pada....."

"Sayang" Potong Abe karena sudah tau Lia akan menjawab apa

"Teman papi perempuan, nanti papi kenalkan padamu ya"

"Dia cantik?" Tanya Lia lagi

Abe hanya menarik nafas, dia tak tau seperti apa menjawab pertanyaan putrinya itu. Dia ingin jujur tapi memang kadang kejujuran tak semua dapat diterima dengan akal.

"Nanti papi kenalkan"

"Ajak dia kepernikahan om Yudish sabtu ini pi"

"Kenapa pikiranmu sama dengan nenekmu?"

"Asikk berari papi setuju membawanya

Kepala Abe terasa sangat pusing, dia tak tau harus bagaimana mengajak Rain untuk datang sabtu ini.

Tapi dia tak punya pilihan lain selain Rain, hanya gadis polos itu yang bisa dia pilih.

Abe mengambil ponselnya dan memulai pesan singkatnya pada Rain.

"Hai Rain, sedang apa?"

Rain begitu girang ketika menerima pesan dari Abe, segera dia pun membalas pesan singkat itu.

"Hai, lagi dikos. Ada apa Abe?"

"Ini, sabtu besok kau bisa temani aku ya"

"Ow bisa... bisa kok" Jawab Rain yakin.

"Kalau bisa besok kita ketemuan ya, kita beli baju coples"

Betapa girangnya hati Rain mendengarnya, hayalannya makin melambung tak tentu arah. Maklumlah seumur hidup baru kali ini ada pria yang mengajaknya membeli baju coples.

====

Seperti apa kelanjutan cerita Rain dan Abe. Ikuti terus ya

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status