Rain sungguh sangat bahagia hari ini, dia akhirnya bisa menjawab semua pertanyaan yang berbulan-bulan ini membuatnya tak nyaman.
"Aku pamit pulang ya?" Rain mulain membereskan tasnya dan bersiap pulang."Tunggu dulu, biar aku antar pulang" Cegah Abe sambil memandang Rain penuh harap"Kalian masih ngobrol kan?""Tidak, tunggu sebentar lagi ya"Melihat Abe yang begitu berharap, Rain kembali duduk ditempatnya tadi."Biar aku bayar dulu, setelah itu ku antar pulang ya""Baik lah, aku tunggu, ngak enak kalau pulang terlalu larut""Larut? Ini masih jam 5 sore nona" Goda Abe pada Rain.Setelah membayar pesanan, mereka pun menuju tempat parkir."Nanti turun didepan gang kaya kemarin?" Tanya Abe sambil membukakan pintu depan mobilnya mempersilahkan sambil mempersilahkan Rain Naik."Iya" Jawab Rain singkatSetelah mereka masuk mobil, Abe pun menyalakan mesin mobil merahnya itu.Mobilpun mulai menuruni gedung parkir dan segera melaju lambat hingga tikungan putar balik. Tak lama kemudian mobil Abe pun tiba didepan gang tempat Rain ngekos."Aku turun disini, terima kasih untuk hari ini" Rain pamit sambil membuka pintu mobil"Baik lah, kali ini aku pasti akan menghubungimu lagi" Janji Abe sambil tersenyumRain pun turun dari mobil dan melambaikan tangan, dia kemudian berjalan penuh semangat hingga sampai kedalam kamar kosnya.Tiba dikosnya ternyata temanya Una sedang nonton tv diruang tengah rumah kos."Sudah pulang?" Tanya Una saat melihat sahabatnya itu membuka pintu kamarnya"Hai Una, kau tau tadi aku bertemu siapa?""Siapa?""Tebak dulu""Pasti pria paruh baya yang kau gundahkan selama ini kan?""Ih kok kamu tau, kau bisa meramal ya""Aku tadi sempat melihatmu turun dari mobilnya""Dia tampan kan menurutmu?""Ah semua laki-laki kalau lagi baik akan terlihat tampan""Kenapa kau bicara begitu?""Rain, jika kau ingin mencintai seseorang kau harus mengenalnya mulai sisi paling baiknya hingga sisi terburuknya. Jika kau belum tau semua sisi hidupnya. Itu artinya kau belum benar-benar mengenalnya""Aku baru bertemu dengannya dua kali, tentu belum cukup untukku mengenalnya""Lalu siapa wanita yang bersamanya?""Adiknya" Jawab Rain mantap"Kau yakin?""Ih kau ini, yakin lah. Dia memperkenalkan diri padaku tadi""Rain, jangan terlalu polos, semua pria akan mengaku hanya teman atau saudara pada siapapun. Siapa yang tau setelah ini mereka malah menginap dihotel berdua""Una..." Teriak Rain tak terima"Kau ada nomer ponselnya kan? Coba tanya dia bersedia VC denganmu? Kalau dia sampai mau video call dengan mu dan menunjukkan dia tak sekamar dengan dengan wanita yang katanya adiknya berarti dia pria baik""Ok, mari kita buktikan"Rain kemudian mengambil ponselnya dan mengirim pesan WA pada Abe."Kalau sudah dirumah boleh kita video call?"Tak lama kemudian Abe menjawab" Oke""Tuh dia mau video call dengan ku""Tunggu saja, hey nona aku bicara begini agar kau hati-hati" Una merendahkan suaranya"Iya Una, terima kasih" Balas RainSetelah menunggu cukup lama, ponsel Rain pun berbunyi dan dia pun segera menjawab panggilan video call itu."Hai ada apa?" Tanya Abe"Kau dimana?""Aku sedang di Batu, tadi kan aku sudah bilang""Belum pulang ke Surabaya?""Aku masih disini sampai pernikahan sepupuku sabtu ini""Oh ada acara""Iya, nanti kalau aku ada waktu kita ketemu lagi ya. Disini lagi rame banget""Aku mengganggumu ya?""Tidak, hanya aku sedikit lelah. Nanti ku telepon lagi ya""Baiklah, nanti lagi saja"Rain nampak tenang melihat Abe tak seperti yang dikatakan Una, dia pun mengakhiri pembicaraan malam itu dengan senyum yang mengembang."Syukurlah, berarti dia pria baik" Ujar Una ikut bahagia"Iya, aku bisa tidur nyenyak sekarang"======Di Batu"Siapa yang kau telepon tadi Abe" Mama Abe yang sejak tadi memperhatikan putranya itu berusaha mencari tau"Teman ku ma""Ajaklah dia kepernikahan sepupumu sabtu ini""Iya kalau dia bisa nanti aku ajak""Mama rasa sudah waktunya kau mencari pendamping hidup yang baru""Aku pun merasakan itu""Mendiang istrimu sudah lama pergi, kau juga pantas memulai hidupmu yang baru"Mendengar perkataan mamanya yang terdengar begitu berharap, Abe pun terdiam. Lidya, mendiang istrinya memang sudah lama pergi. Tapi entah lah masih ada keengganan dihatinya untuk memiliki pendamping hidup yang baru.Kenangan akan Lidya begitu kental diingatannya. Dia bahkan masih ingat saat pertama kali bertemu mendiang istrinya itu. Senyum Lidya, tawa candanya hingga semua kesedihan yang pernah mereka lalu bersama selalu hadir dihari-harinya."Nak, kau juga butuh pendamping" Ujar mama membuyarkan lamunannya"Iya mama, iya. Aku akan berusaha melupakan LidyaMalam semakin larut dan Abe pun mulai mengantuk, dia kembali kekamarnya sambil terus membandingkan Lidya dan Rain.Baginya Rain sama seperti teman-teman wanitanya yang lain, tak sedikitpun istimewa, hanya gadis polos yang bahkan tak pernah tau sulitnya hidup.Jangankan untuk merawatnya dan anak-anaknya, Rain bahkan tak mampu merawat dirinya sendiri. Rambutnya berantakan dan penampilannyapun tak sedikitpun menarik hati siapapun. Abe menarik nafas panjang dan kemudian terlelap dalam tidur malamnya.====Keesokan harinya Abe terbangun saat putrinya Lia membangunkannya."Papi bangun sudah siang""Iya sayang papi sudah bangun dari tadi""Dari tadi? tadi papi masih ngorok"Lia lalu memeluk papinya yang masih terbaring lemas diatas kasur"Papi kemarin dari mana, kok aku ngak diajak?""Hanya jalan-jalan sama tante Isa, membosankan. Kau tak akan suka mangkanya papi ngak ajak""Kenapa begitu, bukannya papi ketemu teman papi""Tau dari mana kemarin papi ketemu teman""Tadi tante Isa cerita. Ayolah papi, cari pacar. Aku tuh malu kalau ketemu teman-teman ku""Malu kenapa?""Mereka bilang, papimu tuh tampan tapi kok ngak punya pacar. Jangan-jangan papimu udah ngak normal""Whaat??? Masa temanmu bilang begitu""Iya, mereka meragukan kejantanan papi"Mendengar perkataan putrinya gengsi Abe meluap-luap, bisa-bisanya anak jaman sekarang berkomentar atas statusnya. Dia mulai berfikir keras untuk mematahkan semua pikiran buruk putrinya kepadanya."Sebenarnya papi juga punya pacar, tapi kan....""Siapa namanya?" Potong Lia penasaran"Belum waktunya nak, nanti pasti papi kenalkan kepadamu""Tapi dia perempuankan?"Mendengar jawaban Lia yang ini membuat Abe kembali terkaget"Tentu saja perempuan, kenapa kau punya pikiran seperti itu""Ya jaman kan sudah berubah, kadang pria-pria tampan seperti papi juga ada kan yang tertarik pada.....""Sayang" Potong Abe karena sudah tau Lia akan menjawab apa"Teman papi perempuan, nanti papi kenalkan padamu ya""Dia cantik?" Tanya Lia lagiAbe hanya menarik nafas, dia tak tau seperti apa menjawab pertanyaan putrinya itu. Dia ingin jujur tapi memang kadang kejujuran tak semua dapat diterima dengan akal."Nanti papi kenalkan""Ajak dia kepernikahan om Yudish sabtu ini pi""Kenapa pikiranmu sama dengan nenekmu?""Asikk berari papi setuju membawanyaKepala Abe terasa sangat pusing, dia tak tau harus bagaimana mengajak Rain untuk datang sabtu ini.Tapi dia tak punya pilihan lain selain Rain, hanya gadis polos itu yang bisa dia pilih.Abe mengambil ponselnya dan memulai pesan singkatnya pada Rain."Hai Rain, sedang apa?"Rain begitu girang ketika menerima pesan dari Abe, segera dia pun membalas pesan singkat itu."Hai, lagi dikos. Ada apa Abe?""Ini, sabtu besok kau bisa temani aku ya""Ow bisa... bisa kok" Jawab Rain yakin."Kalau bisa besok kita ketemuan ya, kita beli baju coples"Betapa girangnya hati Rain mendengarnya, hayalannya makin melambung tak tentu arah. Maklumlah seumur hidup baru kali ini ada pria yang mengajaknya membeli baju coples.====Seperti apa kelanjutan cerita Rain dan Abe. Ikuti terus yaHari ini Rain bangun lebih pagi, dia kemudian bersiap dengan pakaian terbaiknya serta make up sebisanya.Melihat sahabatnya terlihat rapi Una pun tergelitik untuk mengetahui apa rancana Rain hari ini."Mau kemana, pagi-pagi udah rapi aja?""Abe mengajakku keluar" Jawab Rain dengan senyum genit."Ow, pantas saja sejak pagi kau sudah siap-siap. Memangnya mau kemana?""Mau ke Mall""Hah...mall, mmmmm Rain, mall itu bukanya jam 10. Ini jam 7 saja belum""Aku kan harus bersiap-siap biar maksimal""Maksimal? yang ada Abe datang make up mu dah luntur nona"Mendengar penjelasan temannya ini Rain pun tersipu malu."Baiknya kau sarapan dulu, jadi begitu Abe datang kau masih cantik dan bersemangat. Kalau kau tak sarapan, begitu Abe datang kamu malah lemes"Rain tertawa kencang, dia memang terlalu bersemangat untuk pertemuannya kali ini. "Ya dech aku mau sarapan d
Sesampainya dirumah sakit, Rain menuju UGD. Disana nampak ibunya sedang kebingungan"Ayah mana bu?" Tanya Rain"Masih dirawat nak, untung kau cepat datang nak""Ayah kenapa?""Gula darahnya naik, tadi dia tak sadarkan diri""Ya Allah, ayah""Ibu sedang bingung bayar rumah sakit, jika tidak bayar nanti ayahmu tak boleh pulang"Mendengar percakapan ibu dan anak itu Abe pun menghampiri."Ibu" Sapa Abe"Dia siapa nak?" Tanya Ibu pada Rain"Dia temanku" Rain memperkenalkan Abe"Oh teman Rain""Iya bu, Say Abe"Ibu kemudian menarik tangan Rain, dengan wajah tak percaya ibupun kembali bertanya."Kau nemu pria seperti ini dimana?""Dia temanku ibu""Kalia
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Rain pun tiba, hari dimana dia akan menemani Abe menghadiri acara pernikahan sepupunya. Semau kemungkinan ada didalam pikirannya, dia sangat cemas jika diacara itu dia akan bertemu keluarga dan teman-teman Abe.Baju yang dibelikan Abe sudah siap dipakainya, sepatu dan tas yang semua berharga mahal itu pun segera dikenakannya."Kau cantik sekali hari ini" Sapa Una saat melihat sahabatnya itu selesai bersiap"Iya aku tak menyangka Abe begitu baik""Baik, kaya, tampan, mmmmm... kau sangat beruntung bisa mengenalnya Rain""Seperti mimpi bisa bertemu dengannya"Una nampak sangat bahagia melihat sahabatnya itu hari ini, mereka kemudian berbincang panjang hingga akhirnya Abe mengirimkan pesan singkat yang memberitahukan kalau dia sudah tiba didepan gang."Ah itu Abe, aku pergi dulu ya, daaa" Pamit Rain pada Una sambil mengunci pintu kamar kosnya."Hati-hati Rain""Iya... kau baik-baik di kosan
Rain kembali kekamar kosnya dengan hati yang sangat kacau, Una yang melihatnya begitu sedih menghapiri"Kenapa Rain""Una, ternyata Abe itu laki-laki bajingan" Rain kemudian menagis sesegukan"Kau ini bicara apa?""Dia tadi mengajakku menikah kontrak dengannya""Apaaa....mungkin dia bercanda""Mana mungkin dia bercanda, dia bilang dia hanya akan menikahiku beberapa tahun saja" Tangis Rain semakin menjadi-jadi"Ah kenapa kau tak tanyakan maksudnya dulu, jangan langsung marah begini""Sudah... sudah jelas dia bajingan. Kalau dia laki-laki baik mana mungkin dia mengajakku nikah kontrak begini""Ya sudah, tinggalkan saja dia""Aku tak menyangka dia seperti itu""Rain, tenang lah. Sudah jangan kau ingat lagi"Rain kemudian menangis sejadi-jadinya dan Una hanya bisa terdiam melihatnya.Una kemudian meninggalkan Rain yang mulai mengantuk. Dia tak berani banyak bicara akan apa yang terjadi pada sahaba
Seminggu setelah meninggalnya ayah Rain, Merekapun kembali kerumah Abe di Malang. Rumah yang ini berada dibelakang mall dimana pertama kali bertemu. Rumah berlantai dua yang sangat mewah dengan cat putih dengan pilar yang membuat rumah ini terlihat sangat megah. Setibanya dirumah Abe mempersilahkan Rain masuk."Masuklah, kau tinggal disini sekarng, nanti ku bantu mengambil barang-barang dikosanmu""Bukannya dulu kau bilang ini rumah temanmu?""Saat itu aku hanya pura-pura saja""Pura-pura?" Ujar Rain dengan wajah datar"Ayo masuk"Rain nampak begitu takjub dengan dekorasi rumah itu, sangat berkelas tak seperti rumahnya yang dindingnya saja tak di aci."Kau tidur dikamar utama di lantai dua ya, aku sudah meminta asisten rumah tangga untuk membereskannya"Hati Rain masih tak menentu, entah dia harus senang atau sedih menjalani pernikahan pura-pura ini, dia kemudian menuju kamarnya dengan
Rain kemudian menuju dapur dan menenangkan diri disana, Yani yang tau betul suasana hatinya mencoba menuangkan air putih dalam gelas mewah yang ada dirak piring."Ini nyonya, minumlah""Terima kasih ibu""Tuan memang seperti itu semenjak mendiang istri tuan meninggal""Dia kenapa?""Dulu tuan tidak begitu, tapi sepertinya tuan jadi sangat cemburu jika ada yang dekat dengan anak-anaknya""Tapi dulu dia tidak begitu ibu, yang ku kenal Abe sangat manis""Entahlah, dia sangat takut ada perempuan lain yang bisa dekat dengan anak-anaknya, seakan tuan tak ingin posisi ibu kandung anak-anaknya terganti oleh siapapun""Ow begitu, bisa jadi sih. Tadi dia sangat marah saat aku berusaha dekat dengan Gia""Ya begitulah tuan" Yani kemudian menarik nafas panjang"Tak apa ibu, semua akan segera berakhir, aku akan membuatnya bersedia menerimaku sebagai ibu anak-anaknya kini""Apa nyonya yakin?""Kita lihat saja" Jawa
Sore itu Isa juga bercerita sedikit tentang Lidya, mendiang Istri Abe. Baginya Wanita itu adalah cinta pertama bagi kakaknya, tak ada yang dapat membuat Abe buta akan cinta selain Lidya. Namun sayang, selama pernikahan mereka Istri Abe ini terbilang sangat ringkih, mudah sakit.Pernah suatu ketika hanya karena kehujanan Lidya bisa sampai mimisan dan yang paling parah karena selimut lupa dicuci, tubuhnya bentol-bentol berhari-hari."Tapi ya begitulah, hidup ini adil Rain. Saat Lidya sangat lemah Abe lah yang menutupi semua kekurangan istrinya itu" Cerita Isa pada Rain."Aku rasa Abe memang pria yang baik, hanya saja dia masih enggan untuk melupakan mendiang istrinya itu""Karenanya kau harus sabar ya""Semoga, aku tak tau apa yang akan terjadi besok" Tutup Rain dengan wajah sedih.Isa yang melihat wajah sedih Rain tau betul bahwa gadis muda itu tak benar-benar berani menghadapi Abe yang tampaknya galak namun sebenarnya sangat pengertian. Saat
Setelah makan malam Gia nampak tak enak badan, dia kemudian meminta pengasuhnya mengantarkannya kekamar tidur."Ibu Yuyun aku pusing" Ujar Gia saat berjalan menuju kamar"Ibu pijat ya nak" Kata Yuyun sambil membaringkan Gia ketempat tidur dan mulai memijat punggung gadis kecil itu"uoooooookkk" Gia muntah banyak sekali"Gia...." Teriak Yuyun yang membuat Abe menghampiri"Gia kenapa?" Abe menghampiri putrinya"Pusing papi...pusing""Papi panggil Dokter ya"Gia mulai menangis, Lia pun menghampiri adiknya dengan wajah sangat cemas."Halo dokter, putriku sakit. Tolong segera kemari" Telepon Abe pada dokter pribadinyaTak lama kemudian dokter datang dan memeriksa Gia."Putriku kenapa dokter?" Abe penasaran"Ini masalah psikologi pak, sebaiknya jangan bertengkar didepan putri bapak""Ah iya, tadi sore ada pertengkaran memang""Anak seusian Gia memang sangat sensitif, bapak harus benar-benar m