Hari ini Keluarga Abe memilih pulang ke Malang untuk masa penyembuhan Abe, Mereka merasa jika tinggal di Surabaya, Abe ngak akan bisa istirahat secara total karena dia akan selalu menginggat akan pekerjaannya yang tak pernah berkurang.
Mobil pun disiapkan untuk keberangkatan mereka semua ke Malang, tak lupa mereka membawa sedikit perbekalan untuk cemilan selama diperjalanan.
Setelah semua siap merekapun berangkat. Perjalanan hari ini tanpa hambatan, cukup 2 jam saja mereka sudah tiba dirumah Malang.
"Selamat datang" Sambut Ibu Rain saat mereka membuka pintu
"Ibu apa kabar?" Rain menyapa dengan penuh kerinduan
"Alhamdulillah baik. Ibu dan Ibu Kara sudah memasak untuk kalian semua, ayo segera disantap. Kalian pasti kelaparan."
"Terima kasih, yuk kita makan" dan merekapun bergegas menuju ruang makan.
Obrolan ringanpun bersautan terdengar selama makan siang itu, ayam goreng buatan ibu laris disantap anak-anak sedang Abe lebih memilih maka
Pagi ini udara di Malang sangat sejuk, embut turun dengan begitu indah membuat suasana menjadi sangat lembut. Rain bersiap untuk pergi kuliah karena minggu lalu tak datang satu haripun karena mengurusi suaminya dirumah sakit.Tak mau menghabiskan waktu, diapun segera turun untuk sarapan pagi. Ibu Kara nampak sudah menyiapkan sepotong roti dengan selai anggur kesukaannya beserta segelas susu yang selalu harus diminum anggota keluarga Abe setiap hari.Setelah Rain menyelesaikan sarapannya Unapun menghampiri."Hari ini kau akan berangkat kuliah juga?" Tanya Una"Iya aku sudah ketinggalan jauh sekali" Ujar Rain sambil menghela nafas panjang.Una kemudian membuka tas yang dibawanya, dia kemudian terkaget ketika melihat didalam tasnya itu ada sebuah benda yang tak dikenalnya."Hei itukan..." Teriak Rain kaget melihat sapu tangan Abe ada didalam tas sahabatnya itu."Rain aku tidak tau bagaimana benda ini ada disini" Ujar Una terkaget
Setelah kejadian penuduhan terhadap Una, kini Rain semakin tau siapa Ibu Kara. Dia jadi lebih hati-hati pada asisten rumah tangganya itu. Tak banyak bicara dia kini pada Ibu Kara. Setiap wanita paruh baya itu mengajaknya berbicara dia kini memilih untuk banyak diam."Kenapa kau jadi seperti itu Rain?" Tanya ibunya"Kenapa bu?""Kau jadi tampak berbeda sekang.""Tidak ada yang terjadi, aku hanya berhati-hati pada asisten rumah tanggaku saja"====Hari ini Rain memberanikan diri untuk pergi kekampus, sudah banyak sekali ketertinggalannya distudinya ini. Setelah bersiap diapun kemudian berpamitan dengan Abe."Aku pegi kuliah dulu ya." Pamit Rain"Baiklah, hati-hati." Jawab Abe dingin.Rain membuka pintu dan pergi sambil melambaikan tangannya tanpa balasan dari suaminya.Saat sampai dikampur Rain sedikit heran, mengapa kampus tampak sepi berbeda dari hari-hari biasanya."Rain..." Seru seseorang dari belakang
Nampak tak ada yang istimewa dari gadis 21tahun ini, tubuhnya yang kurus dan rambutnya yang nampak tak terurus membuatnya semakin tampak tak menarik bagi siapapun yang memandangnya. Dia memang gadis cuek luar biasa yang selalu berharap bertemu pria kaya raya yang mau mempersuntingnya. Hari ini dia memutuskan berjalan-jalan sendirian ke mall tak jauh dari kosnya di Malang, dengan langkah yang gontai akhinya perjalanan 30 menit itu membawanya kepintu masuk mall. Matanya terus menatap ke lantai dua entah mencari apa, tiba-tiba dia menabrak sesuatu didepannya. "Waduh" teriak Rain KagetTubuhnya terjatuh dan terasa sangat sakit."Maaf, kau tak apa" Ujar pria yang ditabraknya sambil berusaha membantunya berdiri. Mata Rain langsung terbelalak melihat sosok yang begitu tampan didepannya, pria itu menggenakan hem putih dengan celana abu-abu dengan ikat pinggang yang membuatnya nampak semakin menarik matanya. "Ah maafkan aku" Rain berusaha
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan tak terasa sudah 3 bulan lamanya Rain putus kontak dengan Abe, sebenarnya dia ingin sekali memulai lebih dulu menghubungi Abe tapi entah rasanya ada sebuah larangan dari dasar hati yang membuatnya menunda untuk menghubungi pujaan hatinya itu lebih dulu. Setiap menatap nomer kontak Abe dia hanya bisa menarik nafas panjang kemudian bergumam. "Jangan Rain, jangan. Dia tak mungkin membuatmu menunggu jika dihatinya ada dirimu. Tunggu Rain jangan" Entah sudah berapa ratus kali tangannya ingin menghubungi pria yang sangat dikaguminya sejak awal mereka bertemu namun semakin Rain berharap, semakin keras hatinya melarangnya. "kenapa kamu?" Tanya Una yang tiba-tiba muncul dari balik pintuKehadiran Una membuat Rain terkaget-kaget hingga membuatnya membelalakkan matanya. "Ya ampun Una" "Ih kamu seperti melihat hantu saja" "Kamu membuatku kaget Una" "Ah, kamu ini kebanyakan mela
Rain sungguh sangat bahagia hari ini, dia akhirnya bisa menjawab semua pertanyaan yang berbulan-bulan ini membuatnya tak nyaman."Aku pamit pulang ya?" Rain mulain membereskan tasnya dan bersiap pulang."Tunggu dulu, biar aku antar pulang" Cegah Abe sambil memandang Rain penuh harap"Kalian masih ngobrol kan?" "Tidak, tunggu sebentar lagi ya"Melihat Abe yang begitu berharap, Rain kembali duduk ditempatnya tadi."Biar aku bayar dulu, setelah itu ku antar pulang ya" "Baik lah, aku tunggu, ngak enak kalau pulang terlalu larut""Larut? Ini masih jam 5 sore nona" Goda Abe pada Rain.Setelah membayar pesanan, mereka pun menuju tempat parkir."Nanti turun didepan gang kaya kemarin?" Tanya Abe sambil membukakan pintu depan mobilnya mempersilahkan sambil mempersilahkan Rain Naik."Iya" Jawab Rain singkatSetelah mereka masuk mobil, Abe pun menyalakan mesin mobil merahnya itu.Mobilpun mulai menuruni
Hari ini Rain bangun lebih pagi, dia kemudian bersiap dengan pakaian terbaiknya serta make up sebisanya.Melihat sahabatnya terlihat rapi Una pun tergelitik untuk mengetahui apa rancana Rain hari ini."Mau kemana, pagi-pagi udah rapi aja?""Abe mengajakku keluar" Jawab Rain dengan senyum genit."Ow, pantas saja sejak pagi kau sudah siap-siap. Memangnya mau kemana?""Mau ke Mall""Hah...mall, mmmmm Rain, mall itu bukanya jam 10. Ini jam 7 saja belum""Aku kan harus bersiap-siap biar maksimal""Maksimal? yang ada Abe datang make up mu dah luntur nona"Mendengar penjelasan temannya ini Rain pun tersipu malu."Baiknya kau sarapan dulu, jadi begitu Abe datang kau masih cantik dan bersemangat. Kalau kau tak sarapan, begitu Abe datang kamu malah lemes"Rain tertawa kencang, dia memang terlalu bersemangat untuk pertemuannya kali ini. "Ya dech aku mau sarapan d
Sesampainya dirumah sakit, Rain menuju UGD. Disana nampak ibunya sedang kebingungan"Ayah mana bu?" Tanya Rain"Masih dirawat nak, untung kau cepat datang nak""Ayah kenapa?""Gula darahnya naik, tadi dia tak sadarkan diri""Ya Allah, ayah""Ibu sedang bingung bayar rumah sakit, jika tidak bayar nanti ayahmu tak boleh pulang"Mendengar percakapan ibu dan anak itu Abe pun menghampiri."Ibu" Sapa Abe"Dia siapa nak?" Tanya Ibu pada Rain"Dia temanku" Rain memperkenalkan Abe"Oh teman Rain""Iya bu, Say Abe"Ibu kemudian menarik tangan Rain, dengan wajah tak percaya ibupun kembali bertanya."Kau nemu pria seperti ini dimana?""Dia temanku ibu""Kalia
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Rain pun tiba, hari dimana dia akan menemani Abe menghadiri acara pernikahan sepupunya. Semau kemungkinan ada didalam pikirannya, dia sangat cemas jika diacara itu dia akan bertemu keluarga dan teman-teman Abe.Baju yang dibelikan Abe sudah siap dipakainya, sepatu dan tas yang semua berharga mahal itu pun segera dikenakannya."Kau cantik sekali hari ini" Sapa Una saat melihat sahabatnya itu selesai bersiap"Iya aku tak menyangka Abe begitu baik""Baik, kaya, tampan, mmmmm... kau sangat beruntung bisa mengenalnya Rain""Seperti mimpi bisa bertemu dengannya"Una nampak sangat bahagia melihat sahabatnya itu hari ini, mereka kemudian berbincang panjang hingga akhirnya Abe mengirimkan pesan singkat yang memberitahukan kalau dia sudah tiba didepan gang."Ah itu Abe, aku pergi dulu ya, daaa" Pamit Rain pada Una sambil mengunci pintu kamar kosnya."Hati-hati Rain""Iya... kau baik-baik di kosan