Share

Bab. 8 Berbeda

Seminggu setelah meninggalnya ayah Rain, Merekapun kembali kerumah Abe di Malang. Rumah yang ini berada dibelakang mall dimana pertama kali bertemu. Rumah berlantai dua yang sangat mewah dengan cat putih dengan pilar yang membuat rumah ini terlihat sangat megah. Setibanya dirumah Abe mempersilahkan Rain masuk.

"Masuklah, kau tinggal disini sekarng, nanti ku bantu mengambil barang-barang dikosanmu"

"Bukannya dulu kau bilang ini rumah temanmu?"

"Saat itu aku hanya pura-pura saja"

"Pura-pura?" Ujar Rain dengan wajah datar

"Ayo masuk"

Rain nampak begitu takjub dengan dekorasi rumah itu, sangat berkelas tak seperti rumahnya yang dindingnya saja tak di aci.

"Kau tidur dikamar utama di lantai dua ya, aku sudah meminta asisten rumah tangga untuk membereskannya"

Hati Rain masih tak menentu, entah dia harus senang atau sedih menjalani pernikahan pura-pura ini, dia kemudian menuju kamarnya dengan kepala yang masih menunduk.

Melihat Rain begitu gontai Abe pun menghampiri

"Kenapa? Kau menyesal menikah denganku?"

Pertanyaan Abe ini terasa menusuk jantungnya, Rain hanya bisa terdiam sambil menatap mata suami sementaranya itu.

"Papiiiii..." Terdengar suara Gia keluar dari kamar

"Gia, kau disini? siapa yang mengantarmu kemari sayang" Sambut Abe sambil menggendong putrinya itu

"Aku kesini sama supir, tadi pak supir bilang papi mau pulang hari ini. Aku nangis biar diantar ketemu papi"

"Ah kau ini, sudah besar masa nagis"

"Biarin, aku kan kangen papi"

Rain tersenyum melihat putri kecil Abe itu,

"Hai Gia, kau masih ingat sama Rain"

"Eh kata nenek aku sekarang harus manggil mami" Jawab Gia sambil tersenyum

"Oh mami?" Rain nampak bingung

"Iya kan mami sudah nikah sama papi"

Rain dan Abe saling berpandang, gadis kecil itu kemudian mengajak mami barunya itu berkeliling rumah, ternyata tak cuma arsitektur rumah saja yang menawan.

Didalam rumah itu semua yang mereka butuhkan sudah tersedia, mulai kolam renang, dapur yang sangat luas dan lengkap serta tempat bermain untuk Gia dan kakak-kakaknya.

"Mami ini trampolin, Gia suka sekali main ini"

"Bagaimana mainnya?" Tanya Rain saat tiba dihalaman belakan rumah yang sangat luas itu

"Begini" Gia kemudian minta digendong naik keatas trampolin

"Hati-hati sayang"

"Mami liat ya" Gia kemudian mulai lompat diatas trampolin

"Wah kau senang sekali nampaknya"

"Wingg....wingg" Gia melompat makin tinggi

Rain terus mengawasi putri tirinya itu sambil terus tersenyum.

Abe yang sejak tadi berada didalam rumah nampak mulai sibuk dengan pekerjaannya, poselnya mulai berbunyi menandakan dia harus kembali ke aktifitas aslinya.

"Papi sibuk sekali tampaknya?" Tanya Rain sambil terus mengawasi Gia

"Papi tak pernah punya waktu untukku, dia selalu begitu setiap hari"

"Ow, papi orang penting nak, banyak pekerjaan yang harus dikerjakanya"

"Mami, apa papi menyayangiku?"

"Gia, kenapa kau bicara begitu?"

"Mami tidak tau sih, papi itu kalau lagi sibuk bisa sampai tidak pulang seminggu lo" Gia menjelaskan dengan wajah polos.

"Sayang, papi itu sangat sayannnnggg sekali sama Gia dan kakak-kakak"

"Kenapa mami bilang begitu, ketemu papi saja aku sulit, kalau tidak menangis dulu supir mana mau mengantarkan ku ketemu papi"

Rain lalu menatap wajah polos dia kemudian mencoba menjelaskan pada gadis mungil itu.

"Sayang, kalau papi tak bekerja keras mana bisa papi belikan Gia rumah bagus, baju bagus, mobil bagus. Mungkin papi jadi tak ada waktu untuk Gia. Tapi itulah cara papi menyayangi Gia"

"Apakah semua papi-papi seperti itu"

"Tidak semua nak, kau beruntung punya papi yang bisa membelikanmu segalanya, diluar sana banyak sekali keluarga yang bahkan tak mampu membelikan rumah sebagus punya Gia"

"Berarti selama ini Gia salah sangka donk ke papi"

"Iya nak, papi sayang sekali ke Gia"

"Mami mau ya temani Gia minta maaf sama papi"

"Boleh, kapan Gia mau minta maaf"

"Sekarang saja, mumpung papi dirumah. Nanti kalau papi kerja bisa lama lagi Gia nunggu papi pulangnya"

"Baiklah, ayo" Ajak Rain sambil menggandeng tangan Gia

Mereka pun tiba diruang tengah, nampak Abe sedang duduk selonjor sambil memperhatikan layar laptopnya.

"Papiiii" Panggil Gia manja

"Apa sayang" Jawab Abe sambil memperbaiki duduknya

Gia kemudian naik kepangkuan Abe

"Gia mau minta maaf sama papi"

"Gia nakal apa?"

"Gia salah ke papi" Gia mulai meminta maaf dengan wajah sedih

"Salah apa sayang?"

"Gia pikir papi ngak sayang sama Gia"

"Maksud Gia apa, papi ngak ngerti"

"Gia pikir papi ngak sayang sama aku dan kakak-kakak, tapi tadi mami bilang kalau papi ngak kerja papi ngak akan bisa belikan baju bagus, rumah bagus, dan semua-muanya"

Mendengar perkataan Gia, Abe kemudian menatap Rain.

"Bisa tinggalkan kami berdua" Ujar Abe kearah Rain

"Baik aku tinggalkan kalian berdua" Rain kemudian meniggalkan ruang tengah menuju dapur.

Dia kemudian membuka kulkas yang terisi penuh makanan

"Nyonya..." Terdengar seseorang memanggilnya

"Hai, kakak siapa?" Sapa Rain pada seorang wanita berusia tiga puluh tahunan itu

"Nyonya, perkenalkan saya Yani asisten rumah tangga dirumah ini"

"Oh, iya salam kenal ya, saya Rain"

Tak lama kemudian Abe datang menghampiri dengan wajah yang marah.

"Yani tinggalkan kami berdua"

"Baik tuan" Jawab Yani sambil pergi dengan wajah ketakutan

"Jangan dekat-dekat putriku" Teriak Abe membuat Rain ketakutan

"Ke..kenapa?"

"Sudah jangan banyak tanya, kenapa kau ini"

"A..aku salah apa?"

"Sudah ku bilang. pernikahan kita hanya pura-pura jadi janga berusaha membuatku kagum padamu dengan mendekati anak-anakku, kau dengar"

Betapa kagetnya Rain melihat sikap Suaminya hari ini, dia benar-benar bingung dan merasa semua kebaikan Abe selama ini hanya sebuah kepura-puraan semata.

Rain kemudian menuju kamar tidurnya, dia merebahkan badanya yang nampak bingung dengan keadaan hari ini, dia ingin sekali menangis tapi matanya serasa tak mengijikannya.

"Mami mana?" Terdengar Gia mencarinya

Rain hanya terdiam tak tau harus bagaimana, dia takut sekali Abe marah lagi padanya

"Gia main sama Ibu aja ya, maminya lagi istirahat." Yani mencoba menjelaskan pada Gia

"Tadi mami main sama Gia, mami baik kok ngak suka marah-marah kayak papi"

"Sudah sayang ayo main keluar lagi"

Rain kemudian keluar dari kamar, Sambil menempekkan telunjuk kehidungnya dia kemudain menghampiri Gia

"Jangn ribut, nanti papi marah"

"Iya" Jawab Gia sambil mengangguk

"Main sama mami dikamar aja, tapi jangan teriak ya janji"

"Tuh kan Ibu Yani, Mami baik" Gia meyakinkan Yani

Kemudian Gia masuk kamar Rain dan meninggalkan Yani

"Tak apa Ibu, nanti aku jelaskan ke Abe"

"Tapi tadi tuan bilang....."

"Paling dia marah ke aku, ibu jangan khawatir"

Yani kemudian menggangguk dan meninggalkan Gia dan Rain didalam kamar.

Di dalam kamar Gia melompat-lompat dikasur, Rain hanya menonton sambil terus mengawasi Abe yang sedang sibuk dihalaman belakang rumah yang tampak dari jendela kamarnya.

"Mami kaki Gia pegel, pijat-pijat mi" Pinta Gia manja

"Sebentar ya, mami ambil minyak kayu putih dulu di tas"

Rain kemudian segera mengambil sebotol minyak kayu putih dan mulai memijat kaki Gia yang sedari tadi tak berhenti melompat. Gia nampak senang melihat Rain begitu telaten merawatnya.

Setelah beberapa dipijat Rain, mata gadis kecil itu pun mulai mengantuk dan tak perlu menunggu dia pun tertidur pulas.

"Gia mana?" Tanya Abe pada Yani

"Gia...."

Melihat wajah Yani yang kebingungan Abe langsung tau dimana putrinya berada, dengan langkah setengah berlari dia menuju kamar Rain dan benar saja putrinya sedang tertidur manja disamping Rain.

Abe lalu menarik tangan Rain dengan kasar keluar kamar. Rain hanya bisa terdiam melihat suaminya itu begitu kasar padanya. Setelah menutup pintu kamar kemarahan Abe pun semakin menjadi.

"Berani sekali kau membangkangku"

"Dia tadi mau main"

"Kau tak dengar aku tadi sudah melarangmu"

"Iya Abe tapi mana tega aku menolaknya"

"Kau mau aku marah ya"

Jantung Rain terasa berhenti melihat Abe begitu marah padanya, pria yang selama ini dipujanya ternyata sangat berbeda dengan apa yang dia kira selama ini, sambil menahan tangisnya dia kemudian memilih pergi meninggalkan Abe yang nampak semakin marah saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status