Rain kemudian menuju dapur dan menenangkan diri disana, Yani yang tau betul suasana hatinya mencoba menuangkan air putih dalam gelas mewah yang ada dirak piring.
"Ini nyonya, minumlah"
"Terima kasih ibu"
"Tuan memang seperti itu semenjak mendiang istri tuan meninggal"
"Dia kenapa?"
"Dulu tuan tidak begitu, tapi sepertinya tuan jadi sangat cemburu jika ada yang dekat dengan anak-anaknya"
"Tapi dulu dia tidak begitu ibu, yang ku kenal Abe sangat manis"
"Entahlah, dia sangat takut ada perempuan lain yang bisa dekat dengan anak-anaknya, seakan tuan tak ingin posisi ibu kandung anak-anaknya terganti oleh siapapun"
"Ow begitu, bisa jadi sih. Tadi dia sangat marah saat aku berusaha dekat dengan Gia"
"Ya begitulah tuan" Yani kemudian menarik nafas panjang
"Tak apa ibu, semua akan segera berakhir, aku akan membuatnya bersedia menerimaku sebagai ibu anak-anaknya kini"
"Apa nyonya yakin?"
"Kita lihat saja" Jawab Rain sambil tersenyum
"Kalau tuan marah, cobalah menangis. Itu senjata Mama Isa kalau tuan sudah mulai marah-marah padanya"
"Ow kak Isa suka begitu?"
"Hihihi... iya coba saja, siapa tau kan namanya juga usaha"
Rain menjawab dengan senyum penuh keyakinan, dalam hatinya dia semakin yakin sebenarnya Abe tak semenakutkan yang dia tampakkan.
"Rain..." Terdengar teriakan Abe menghampiri mereka
"Iya, jangan teriak-teriak putrimu sedang tidur" Jawab Rain sambil menempelkan telunjukkan kehidung
"Mana kedengaran, kamar itu kan kedap suara"
Yani kemudian meninggalkan Rain dan Abe didapur menuju kamarnya.
"Kapan kau ambil barangmu dikosan"
"Besok saja ya, tak apa kan?"
"Terserah, kalau jadi biarku minta supir dan yani menemanimu"
"Iya besok saja"
"Nanti sore aku harus ke Surabaya karena besok pagi aku harus menghadiri rapat"
"Mau ku siapkan bajumu?" Tanya Rain
"Semua ada dirumah Surabaya kok, aku berangkat jam 4 sore ini"
"Iya, hati-hati ya"
"Nanti Isa kesini untuk nyusul Gia"
"Oh Isa kesini, sama anak-anak"
"Kenapa, kau mau coba dekati anak-anakku lagi?"
"Aku hanya bertanya, apa salah?"
"Jangan kau dekati anak-anakku, kau ingat" Ujar Abe sambil setengah melotot
Rain yang ingat saran Ibu Yani kemudian memasang wajah nangis,
"Kenapa kau jadi galak sih, aku kan cuma nanya"
"Aaaaah sudah lah, kenapa kau ini" Abe nampak tak suka melihat ekspresi wajah Rain, dia kemudian kembali kemeja ruang tengah dan kembali bekerja.
Rain nampak senang, ternyata saran Yani bisa sekali dia terapkan. Dengan wajah senang diapun menuju kamarnya. Gia terlihat masih tidur pulas dengan selimut berwarna pink yang membuatnya semakin nyaman tidur dikamar itu.
"Mami..." Gia memanggil Rain dengan mata yang masih tertutup
"Iya sayang, ayo bobo lagi"
"Aku mau diusap-usap"
"Sini mami usap-usap tapi bobo ya"
Rain kemudian mengusap-usap punggung Gia yang membuat putri mungil itu kembali tertidur nyenyak.
===
Dilantai bawah
"Selamat siang pengantin baru" Terdengar Isa baru tiba dengan wajah sumringah
"Ah pengacau datang" Jawab Abe sambil bangit dari tempat duduknya
"Mana nyonya barumu, akhirnya ada wanita yang memaksamu menikah"
"Sudahlah jangan goda aku terus, kau datang cuma buatku makin kesal saja"
"Eh jangan galak-galak kau sama istri barumu ya, inget kau punya anak perempuan. Jangan sampai anak-anakmu yang dapat karma ya"
"Ih siapa yang galak?"
"Kalau kau sampai buat menangis awas aja kau yang akan menjewermu"
"Sudah jangan begitu, bagaimana kalau Rain liat. Kau ini"
"Selamat Siang Mama Isa" Sapa Yani sambil membawakan secangkir teh mint kesukaan Isa
"Yani disini, mmmm... baguslah. Jangan biarkan Abe teriak-teriak pada istri barunya ya. Kalau Abe aneh-aneh hubungi aku Yani"
"Baik mama"
"Kenapa kalian jadi seperti menghadapi penjahat saja" Ujar Abe sambil melotot
"Hahaha... Kita semua tau kau akan seperti apa pada istrimu, biar nanti Rain ku tatar biar dia ngak kabur" Isa menggoda kakaknya
"Haduuuh, sudah lah aku mau pulang ke Surabaya saja, makin lama kalian makin menyebalkan saja" Abe kemudian memberekan kertas kerja yang tertata rapi di atas meja dan beranjak pergi.
"Kenapa buru-buru Abe sayang" Goda Isa lagi
"Supir mana supir... kita pergi sekarang" Panggil Abe sambil berlalu
"Eh kak Isa sudah datang" Sapa Rain sambil menuruni tangga"Ah nyonya turun juga"
"Abe mana?" Tanya Rain sambil menoleh kearah Yani
"Dia sudah pulang ke Surabaya" Jawab Isa
"Kok ngak pamit"
"Hahahah... Abe kesal aku goda dari tadi, jadi dia langsung main pergi aja"
"Oh,,,,"
"Tenang nanti juga dia telepon bilang minta maaf Rain aku tadi buru-buru, sibuk, banyak kerjaan, ngak ada waktu." Isa mencoba menirukan kata-kata Abe
"Kakak paham betul nampaknya"
"Dia sejak di dalam kandungan sudah hidup denganku, bagaimana aku tak mengenalnya"
"Ah iya kaliankan anak kembar ya kan?"
"Mmmm,,, pokoknya apapun tentang Abe tanyakan saja padaku"
Krriiiing.... Ponsel Rain berbunyi
"Nah kan dia telepon" Isa mencoba meyakinkan Rain akan ucapannya
"Halo Abe ada apa?"
"Hai maaf aku tadi buru-buru, sibuk, banyak kerjaan jadi ngak ada waktu pamit" Jawab Abe dari balik telepon
"Oh iya tadi Kak Isa sudah bilang kok, hati-hati dijalan ya"
Abe langsung menutup sambungan teleponnya, Rain yang mendengar perkataan Abe pun tertawa geli.
"Kok bisa persis gitu ngomongnya" Ujar Rain pada Isa
"Setiap dia tiba-tiba menghilang selalu dan pasti dia mengucapkan kata-kata itu, sepertinya dia kurang pandai mencari alasan"
Merekapun menertawakan tingkah Abe siang itu.
===
Tak terasa sore menjelang dan Gia pun terbangun dari tidurnya. Dia pun turun kelantai satu dan menghampiri Rain.
"Mami..."
"Eh anak cantik sudah bangun" Sambut Rain
"Mama Isa disini"
"Iya sayang, kata papi Gia pulang ke Batu ya sama mama"
"Aku mau disini saja sama mami. Mami itu sayang-sayang Gia, usap-usap Gia, Pijit-pijit kaki Gia. Mami sayannng sekali sama GIa" Ujar Gia manja
"Mmmm, nanti kalau papi marah bagaimana?"
"Kalau papi marah Gia nangis"
"Pinter...." Isa menimpali
"Wah jadi Gia nangis diajarin mama" Rain mulai mengerti
"Iya lah, jangan mau disakitin sama papi sendiri nak, kalau sampai papi marah-marah kita nangis bareng-bareng, ya kan" Ujar Isa meyakinkan ponakannya itu
"Hadeeh, ternyata oh ternyata" Rain menggelengkan kepalanya
"Jadi Gia mau bobo disini saja?" Tanya Isa lagi
"Iya aku mau bobo sama mami, enak kalau bobo sama mami aku bobonya cepet"
"Biasalah kalau baru bikin nyaman ya kan" Isa mencubit manja pipi Gia
Yani kemudian mempersilahkan mereka semua untuk makan, hari ini menu yang disiapkannya adalah ayam bumbu saus kesukaan Gia. Isa dan Rain pun mulai menyantap makan siang sambil terus bercanda gurau tentang kelakuan Abe selama ini.
Sore itu Isa juga bercerita sedikit tentang Lidya, mendiang Istri Abe. Baginya Wanita itu adalah cinta pertama bagi kakaknya, tak ada yang dapat membuat Abe buta akan cinta selain Lidya. Namun sayang, selama pernikahan mereka Istri Abe ini terbilang sangat ringkih, mudah sakit.Pernah suatu ketika hanya karena kehujanan Lidya bisa sampai mimisan dan yang paling parah karena selimut lupa dicuci, tubuhnya bentol-bentol berhari-hari."Tapi ya begitulah, hidup ini adil Rain. Saat Lidya sangat lemah Abe lah yang menutupi semua kekurangan istrinya itu" Cerita Isa pada Rain."Aku rasa Abe memang pria yang baik, hanya saja dia masih enggan untuk melupakan mendiang istrinya itu""Karenanya kau harus sabar ya""Semoga, aku tak tau apa yang akan terjadi besok" Tutup Rain dengan wajah sedih.Isa yang melihat wajah sedih Rain tau betul bahwa gadis muda itu tak benar-benar berani menghadapi Abe yang tampaknya galak namun sebenarnya sangat pengertian. Saat
Setelah makan malam Gia nampak tak enak badan, dia kemudian meminta pengasuhnya mengantarkannya kekamar tidur."Ibu Yuyun aku pusing" Ujar Gia saat berjalan menuju kamar"Ibu pijat ya nak" Kata Yuyun sambil membaringkan Gia ketempat tidur dan mulai memijat punggung gadis kecil itu"uoooooookkk" Gia muntah banyak sekali"Gia...." Teriak Yuyun yang membuat Abe menghampiri"Gia kenapa?" Abe menghampiri putrinya"Pusing papi...pusing""Papi panggil Dokter ya"Gia mulai menangis, Lia pun menghampiri adiknya dengan wajah sangat cemas."Halo dokter, putriku sakit. Tolong segera kemari" Telepon Abe pada dokter pribadinyaTak lama kemudian dokter datang dan memeriksa Gia."Putriku kenapa dokter?" Abe penasaran"Ini masalah psikologi pak, sebaiknya jangan bertengkar didepan putri bapak""Ah iya, tadi sore ada pertengkaran memang""Anak seusian Gia memang sangat sensitif, bapak harus benar-benar m
Setelah kejadian kemarin yang cukup menegangkan, hari ini terasa lebih menyenangkan. Abe bangun tidur dengan senyum yang mengembang begitu pun anak-anak. Setelah menyelesaikan sarapan bersama dengan roti bakar dan susu murni mereka telah siap memulai hari ini dengan setumpuk aktifitas masing-masing.Tak lama setelah siap, anak-anakpun naik mobil dan diantar supir menuju sekolah. Sedangkan Abe memilih berangkat kekantor dengan menyetir sendiri mobilnya."Aku berangkat ya" Pamit Abe pada Rain."Iya, hati-hati dijalan ya""Jangan lupa makan siang, aku pulang agak telat"Merasa jenuh terus berada didalam rumah, Rain mulai berjalan-jalan diteras belakang rumah. Nampak banyak sekali tanaman yang kurang terawat, dia kemudian mulai membersihkan beberapa tanaman. Tak berapa lama kemudian ponselnya berbunyi, Rain bergegas menjawab panggilan telepon itu."Halo...""Rain, ini Abe""Ada apa?""Kertas kerjaku ketinggalan dimeja kerjak
Hari menjelang siang, Abe pun pamit kepada rekan-rekan kerjanya. Dia kemudian mengajak Rain menuju salah satu mall yang tak jauh dari kantornya sembari makan siang. Rain nampak sangat bersemangat berjalan disamping Suaminya itu."Mumpung Abe ngak galak" PikirnyaSetelah menuruni lift, Abe mulai melajukan mobilnya. Rain duduk disampingnya sambil mengingat-ingat jalan yang mereka lalui.Setiba di mall, Abe kemudian memarkirkan mobil tak jauh dari pintu masuk mall."Ayo turun""Asiiik""Seneng banget kayaknya""Iya lah, ah besok aku mau kekantormu lagi biar pulangnya ke mall lagi""Ih ya ngak tiap hari juga lah" Jawab Abe sambil melotot.Mereka pun memasuki mall, Rain melihat-lihat snack yang dipajang begitu menggiurkan sepanjang jalan masuk. Abe hanya mengikuti langkahnya dari belakang."Kamu mau makan apa?" Tanya Abe"Apa ya? aku belum pernah kesini""Nasi atau pizza" Abe memberikan pilihan"Na
Pagi ini semua bangun lebih pagi, Rain kemudian membantu asisten rumah tangga untk menyiapkan sarapan seluruh anggota keluarga.Roti bakar, selai coklat dan susu murni tertata rapi dimeja beberapa saat sebelum anak-anak turun untuk sarapan. Abe yang nampak sudah siap dengan pakaian kerjanya, mengecek kembali semua keperluan kerjanya hari ini dengan lebih santai.Setelah semua siap, sarapan pagipun segera dimulai"Hari ini mami Rain pulang ke Malang ya""Yaaa... Gia ditinggalin" Gia nampak kecewa"Nanti sabtu mami balik lagi kok sayang" Rain mencoba menjelaskan"Jangan lama-lama mami, Gia kangen mami" Jawab gadis kecil itu lagiRain hanya tersenyum dan melanjutkan sarapannya. Anak-anak yang lain tampak tak terpengaruh dengan pengumuman dari Abe dan hanya melanjutkan sarapan mereka.Setelah selesai sarapan mereka pun pergi dengan mobil masing-masing, Rain pun menuju mobil yang sudah disiapkan sopir."Aku berangkat ya" Pami
Setelah Una pulang, Rainpun mengirimkan pesan WA kepada Abe, dia berharap suaminya itu mau mengijinkan ibunya tingga bersamanya walau beberapa hari bagus lagi jika boleh berlama-lama dari pada rumah itu sepi."Abe, kau sibuk?" Pesan Rain pada Abe memulai pembicaraan.Membaca pesan Rain, Abe kemudian menelepon istrinya itu"Ada apa? aku malas ngetik""Abe aku sudah di Malang, Urusan kos sudah beres""Uang sewa kos bulan ini sudah kau bayarkan?""Iya sudah beres pokoknya""Ok terus ada apa?""Abe, bolehkan ibuku tinggal dirumah ini dengan ku?""Tentu saja, lakukan yang kau suka" Jawab Abe lagi"Boleh lama?""Tak apa, itu kan rumahmu sekarang. Lagi pula kan yang kau ajak ibumu. Jadi tak usah lah kau ijin dulu padaku""Aku takut kau marah""Hmmmmm.... semenakutkan itukah aku?""Iya... lupa kalau kau marah seremnya seperti apa?""Ahhh biasa aja, lagi pula kapan aku marah?""Ya
Kehadiran Ibu sungguh membuat hati Rain sangat senang, dia tau betul hanya ibunya tempatnya menceritaikan semua isi hatinya saat ini, Ibu pun mendengarkan cerita putrinya.Sambil berbaring dipangkuan ibunya, Rain terus bercerita,"Sebenarnya Abe punya putri yang sangat lucu bu, tapi ya karena masih sekolah di Surabaya jadinya aku ngak bisa bertemu dia setiap hari" Rain mulai bercerita"Tak apa nak, nanti kapan-kapan kita main kerumah Abe di Surabaya ya" Ibu menjawab sambil tersenyum"Oiya, ibu suka baju pemberian Abe?" Rain bangkit dari pembaringannya kemudian menatap wajah ibunya"Belum ibu coba, nanti lah" jawab ibu sambil membelai rambut putrinya itu"Abe beli dimall besar bu, aku ingin sekali ibu kesana, tempatnya sangat bagus" Rain bercerita begitu bersemangat"Iya, nanti ajak ibu liat-liat ya, pasti seru sekali" Ibu membalas sambil tersenyumRain bangkit lagi dari pangkuan ibunya, kemudian berjalan menuju da
Saat ibu mulai bercerita tentang sinetron kesukaannya itu, Abe menelpon "Halo..." Jawab Rain begitu menganggkat ponselnya "Rain, mama ngak apa-apa, cuma ada benturan dikepalanya. Kau tak usah cemas ya" "Alhamdulillah kalau mama baik-baik saja" "Iya aku dan anak-anak menginap di Jogja mungkin dua atau tiga hari ya" "Oooo... Iya tak apa, tunggu sampai mama cukup sehat saja" "Setelah itu sepertinya mama tinggal dengan aku saja dulu di Surabaya" "Iya tak apa, lebih baik begitu. Kasihan kalau mama tinggal terpisah dari Abe" "Terima kasih kau begitu pengertian" Jawaban Abe ini membuat jantung Rain berdegub sangat kencang. Wajah Rain kemudian memerah dan membuat ibu tersenyum simpul. "Baiklah kalau begitu, aku tutup telponnya ya" Ujar Rain salah tingkah "Oh iya, kau istirahat saja, ibu ada disitu kan?" "Iya ada, kenapa?" "Tidak, rumahku itu sepi sekali kalau malam, mangkanya mending kau tidur de