Share

Bab. 9 Kelemahan Abe

Rain kemudian menuju dapur dan menenangkan diri disana, Yani yang tau betul suasana hatinya mencoba menuangkan air putih dalam gelas mewah yang ada dirak piring.

"Ini nyonya, minumlah"

"Terima kasih ibu"

"Tuan memang seperti itu semenjak mendiang istri tuan meninggal"

"Dia kenapa?"

"Dulu tuan tidak begitu, tapi sepertinya tuan jadi sangat cemburu jika ada yang dekat dengan anak-anaknya"

"Tapi dulu dia tidak begitu ibu, yang ku kenal Abe sangat manis"

"Entahlah, dia sangat takut ada perempuan lain yang bisa dekat dengan anak-anaknya, seakan tuan tak ingin posisi ibu kandung anak-anaknya terganti oleh siapapun"

"Ow begitu, bisa jadi sih. Tadi dia sangat marah saat aku berusaha dekat dengan Gia"

"Ya begitulah tuan" Yani kemudian menarik nafas panjang

"Tak apa ibu, semua akan segera berakhir, aku akan membuatnya bersedia menerimaku sebagai ibu anak-anaknya kini"

"Apa nyonya yakin?"

"Kita lihat saja" Jawab Rain sambil tersenyum

"Kalau tuan marah, cobalah menangis. Itu senjata Mama Isa kalau tuan sudah mulai marah-marah padanya"

"Ow kak Isa suka begitu?"

"Hihihi... iya coba saja, siapa tau kan namanya juga usaha"

Rain menjawab dengan senyum penuh keyakinan, dalam hatinya dia semakin yakin sebenarnya Abe tak semenakutkan yang dia tampakkan.

"Rain..." Terdengar teriakan Abe menghampiri mereka

"Iya, jangan teriak-teriak putrimu sedang tidur" Jawab Rain sambil menempelkan telunjukkan kehidung

"Mana kedengaran, kamar itu kan kedap suara"

Yani kemudian meninggalkan Rain dan Abe didapur menuju kamarnya.

"Kapan kau ambil barangmu dikosan"

"Besok saja ya, tak apa kan?"

"Terserah, kalau jadi biarku minta supir dan yani menemanimu"

"Iya besok saja"

"Nanti sore aku harus ke Surabaya karena besok pagi aku harus menghadiri rapat"

"Mau ku siapkan bajumu?" Tanya Rain

"Semua ada dirumah Surabaya kok, aku berangkat jam 4 sore ini"

"Iya, hati-hati ya"

"Nanti Isa kesini untuk nyusul Gia"

"Oh Isa kesini, sama anak-anak"

"Kenapa, kau mau coba dekati anak-anakku lagi?"

"Aku hanya bertanya, apa salah?"

"Jangan kau dekati anak-anakku, kau ingat" Ujar Abe sambil setengah melotot

Rain yang ingat saran Ibu Yani kemudian memasang wajah nangis,

"Kenapa kau jadi galak sih, aku kan cuma nanya"

"Aaaaah sudah lah, kenapa kau ini" Abe nampak tak suka melihat ekspresi wajah Rain, dia kemudian kembali kemeja ruang tengah dan kembali bekerja.

Rain nampak senang, ternyata saran Yani bisa sekali dia terapkan. Dengan wajah senang diapun menuju kamarnya. Gia terlihat masih tidur pulas dengan selimut berwarna pink yang membuatnya semakin nyaman tidur dikamar itu.

"Mami..." Gia memanggil Rain dengan mata yang masih tertutup

"Iya sayang, ayo bobo lagi"

"Aku mau diusap-usap"

"Sini mami usap-usap tapi bobo ya"

Rain kemudian mengusap-usap punggung Gia yang membuat putri mungil itu kembali tertidur nyenyak.

===

Dilantai bawah 

"Selamat siang pengantin baru" Terdengar Isa baru tiba dengan wajah sumringah

"Ah pengacau datang" Jawab Abe sambil bangit dari tempat duduknya

"Mana nyonya barumu, akhirnya ada wanita yang memaksamu menikah"

"Sudahlah jangan goda aku terus, kau datang cuma buatku makin kesal saja"

"Eh jangan galak-galak kau sama istri barumu ya, inget kau punya anak perempuan. Jangan sampai anak-anakmu yang dapat karma ya"

"Ih siapa yang galak?"

"Kalau kau sampai buat menangis awas aja kau yang akan menjewermu"

"Sudah jangan begitu, bagaimana kalau Rain liat. Kau ini"

"Selamat Siang Mama Isa" Sapa Yani sambil membawakan secangkir teh mint kesukaan Isa

"Yani disini, mmmm... baguslah. Jangan biarkan Abe teriak-teriak pada istri barunya ya. Kalau Abe aneh-aneh hubungi aku Yani"

"Baik mama"

"Kenapa kalian jadi seperti menghadapi penjahat saja" Ujar Abe sambil melotot

"Hahaha... Kita semua tau kau akan seperti apa pada istrimu, biar nanti Rain ku tatar biar dia ngak kabur" Isa menggoda kakaknya

"Haduuuh, sudah lah aku mau pulang ke Surabaya saja, makin lama kalian makin menyebalkan saja" Abe kemudian memberekan kertas kerja yang tertata rapi di atas meja dan beranjak pergi.

"Kenapa buru-buru Abe sayang" Goda Isa lagi

"Supir mana supir... kita pergi sekarang" Panggil Abe sambil berlalu

"Eh kak Isa sudah datang" Sapa Rain sambil menuruni tangga

"Ah nyonya turun juga"

"Abe mana?" Tanya Rain sambil menoleh kearah Yani

"Dia sudah pulang ke Surabaya" Jawab Isa

"Kok ngak pamit"

"Hahahah... Abe kesal aku goda dari tadi, jadi dia langsung main pergi aja"

"Oh,,,,"

"Tenang nanti juga dia telepon bilang minta maaf Rain aku tadi buru-buru, sibuk, banyak kerjaan, ngak ada waktu." Isa mencoba menirukan kata-kata Abe

"Kakak paham betul nampaknya"

"Dia sejak di dalam kandungan sudah hidup denganku, bagaimana aku tak mengenalnya"

"Ah iya kaliankan anak kembar ya kan?"

"Mmmm,,, pokoknya apapun tentang Abe tanyakan saja padaku"

Krriiiing.... Ponsel Rain berbunyi

"Nah kan dia telepon" Isa mencoba meyakinkan Rain akan ucapannya

"Halo Abe ada apa?"

"Hai maaf aku tadi buru-buru, sibuk, banyak kerjaan jadi ngak ada waktu pamit" Jawab Abe dari balik telepon

"Oh iya tadi Kak Isa sudah bilang kok, hati-hati dijalan ya"

Abe langsung menutup sambungan teleponnya, Rain yang mendengar perkataan Abe pun tertawa geli.

"Kok bisa persis gitu ngomongnya" Ujar Rain pada Isa

"Setiap dia tiba-tiba menghilang selalu dan pasti dia mengucapkan kata-kata itu, sepertinya dia kurang pandai mencari alasan"

Merekapun menertawakan tingkah Abe siang itu.

===

Tak terasa sore menjelang dan Gia pun terbangun dari tidurnya. Dia pun turun kelantai satu dan menghampiri Rain.

"Mami..."

"Eh anak cantik sudah bangun" Sambut Rain

"Mama Isa disini"

"Iya sayang, kata papi Gia pulang ke Batu ya sama mama"

"Aku mau disini saja sama mami. Mami itu sayang-sayang Gia, usap-usap Gia, Pijit-pijit kaki Gia. Mami sayannng sekali sama GIa" Ujar Gia manja

"Mmmm, nanti kalau papi marah bagaimana?"

"Kalau papi marah Gia nangis"

"Pinter...." Isa menimpali

"Wah jadi Gia nangis diajarin mama" Rain mulai mengerti

"Iya lah, jangan mau disakitin sama papi sendiri nak, kalau sampai papi marah-marah kita nangis bareng-bareng, ya kan" Ujar Isa meyakinkan ponakannya itu

"Hadeeh, ternyata oh ternyata" Rain menggelengkan kepalanya

"Jadi Gia mau bobo disini saja?" Tanya Isa lagi

"Iya aku mau bobo sama mami, enak kalau bobo sama mami aku bobonya cepet"

"Biasalah kalau baru bikin nyaman ya kan" Isa mencubit manja pipi Gia

Yani kemudian mempersilahkan mereka semua untuk makan, hari ini menu yang disiapkannya adalah ayam bumbu saus kesukaan Gia. Isa dan Rain pun mulai menyantap makan siang sambil terus bercanda gurau tentang kelakuan Abe selama ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status