Share

Bab 3

Author: Sumira
Mata Johan memerah, jelas terlihat bahwa dia baru saja menangis tersedu-sedu.

Melihat aku terbangun, dia segera memelukku dengan penuh rasa sayang dan berkata dengan terbata-bata.

"Maafkan aku, Lina, aku nggak bisa melindungi anak kita."

"Dokter bilang, anak kita memiliki cacat bawaan, makanya terjadi keguguran mendadak."

Johan menepuk-nepuk punggungku dengan lembut.

"Lina, jangan terlalu sedih. Kita masih bisa memiliki anak lagi."

Setelah mengatakannya, aku merasakan bahuku menjadi basah, air mata Johan membasahi pakaianku.

Aku merasa linglung. Hanya dalam satu hari, aku mengalami kenyataan bahwa Johan adalah dalang di balik kecelakaan mobil yang kualami.

Johan pula yang membuatku tidak akan pernah bisa menari lagi seumur hidup. Kini, dia juga merenggut nyawa anakku dengan kejam.

Apakah dia benar-benar suamiku? Atau justru algojo yang perlahan membunuhku?

Rasa sakit itu hampir menenggelamkanku dan membuatku sulit bernapas.

"Lina, kamu kenapa?"

Johan buru-buru berlari keluar memanggil dokter.

Setelah memeriksaku, dokter hanya mengatakan bahwa tubuhku lemah setelah keguguran dan perlu banyak beristirahat.

Aku menutup mata untuk menahan air mataku. Johan di sampingku terus meminta maaf.

"Lina, ini semua salahku, membuatmu menderita seperti ini."

Aku mengabaikan permintaan maaf palsunya dan tetap diam.

Hatiku sudah mati sejak dia dengan sengaja membunuh anakku.

Ketika Johan hendak menghiburku lagi, ponselnya berdering.

Melihat nama penelepon, Johan segera keluar dari ruangan.

"Lina, ada urusan mendesak di perusahaan, aku pergi dulu."

Melihat punggungnya yang menjauh, aku membuka ponsel.

Saat Johan tertidur, aku telah menghubungkan ponselku dengan miliknya dan mengaktifkan pelacakan lokasi.

Sekarang, aku bisa melihat ke mana pun dia pergi.

Aku melihat kepergiannya, lokasi menunjukkan Johan berada di pintu masuk rumah sakit.

Awalnya, kukira dia akan pergi, tetapi kulihat Johan berhenti sejenak di pintu, lalu kembali masuk menuju bagian kebidanan dan kandungan.

Aku sedikit bingung, tetapi sedetik kemudian semuanya menjadi jelas.

Aku mendengar suara Shenina. Dia menggandeng lengan Johan dengan manja sambil berkata.

"Aku baru sampai di depan rumah sakit, tiba-tiba Alex bilang ada urusan mendadak di perusahaan dan nggak bisa menemaniku. Untung saja kamu datang menemaniku."

"Aku agak takut melakukan pemeriksaan sendirian."

Tidak kusangka, di depan mataku sendiri, Johan bisa bermesraan dengan Shenina.

Aku memang menempati kamar VIP tunggal yang letaknya jauh dari kamar pasien umum.

Kalau bukan karena pelacak yang kupasang, aku tidak akan pernah tahu semua ini.

"Shenina aku pernah bilang, anakmu juga anakku. Aku akan selalu menemanimu."

"Kak Johan, kamu memang yang terbaik."

"Kamu tunggu sebentar di sini, aku keluar untuk menjemput dokter kandungan terbaik di negeri ini. Aku sengaja memanggilnya untukmu."

Istrinya baru saja kehilangan anak, tetapi dia bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, lalu menemani wanita lain melakukan pemeriksaan kehamilan.

Shenina menjawab dengan nada manis, "Oke." Kemudian, dia menunggu hingga Johan pergi cukup jauh sebelum melangkah masuk ke kamarku.

"Kak Lina, sudah lama nggak bertemu, ya."

Shenina mengenakan pakaian rancangan khusus, wajahnya tanpa sentuhan riasan, tetapi terlihat sehat dan berseri, jelas terlihat bahwa dia dirawat dengan sangat baik.

"Apa maumu?"

Shenina memegangi perutnya sambil tersenyum.

"Nggak ada, hanya saja aku dengar Kakak keguguran, jadi aku datang untuk menjengukmu."

"Lagi pula, hari ini adalah hari peringatan kematian ibumu. Aku khawatir kamu akan bersedih."

"Aku nggak butuh perhatianmu. Cepat pergi!"

Mendengar aku memarahinya, ekspresi Shenina langsung berubah.

"Kamu belum tahu, 'kan? Anakmu itu digugurkan karena Johan takut aku sedih, jadi dia sengaja mencampurkan obat penggugur kandungan ke dalam makananmu."

"Dokter bilang anak itu sudah berbentuk manusia, sayang sekali dia punya ibu sepertimu, jadi nggak bisa lahir ke dunia."

Tanganku mencengkeram sprei hingga berkerut, mataku hampir saja memerah karena amarah.

"Aku juga sedang hamil. Anak ini nggak ada hubungannya dengan Kak Johan, tapi dia selalu sibuk mengurusku setiap hari."

Jika ini terjadi di masa lalu, aku pasti tidak akan percaya dan bahkan akan bertengkar hebat dengannya.

Namun, entah mengapa, kini aku merasa sudah tidak peduli lagi pada Johan seperti sebelumnya.

Jadi, aku tidak memberikan respons apa pun dan hanya menatap Shenina dengan wajah datar, lalu berkata.

"Sudah selesai bicaranya? Kalau sudah, silakan pergi."

Shenina awalnya mengira aku akan marah padanya, tetapi setelah melihatku tidak bereaksi, dia benar-benar panik.

Dia membuang sikap manisnya dan mulai memakiku.

"Lina, kamu pikir kamu ini siapa? Si pincang yang sok suci! Kalau bukan karena aku menahan diri, kamu pikir kamu masih bisa hidup sampai sekarang?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Penuh Dusta   Bab 11

    Johan menangis sambil berlutut di hadapanku."Lina, benarkah ini kamu?"Aku melangkah mundur selangkah, tidak ingin Johan menyentuhku. Dia tidak pantas.Johan berkata dengan mata berbinar penuh kegembiraan."Lina, kakimu sudah sembuh? Aku tahu pasti ada alasan mengapa kamu pergi. Apa kamu diam-diam pergi berobat?""Kamu ingin memberiku kejutan, 'kan?"Johan berusaha maju untuk memelukku, tetapi dihalangi oleh polisi."Pak Johan, Anda perlu ikut dengan kami."Johan meronta dan menolak naik ke mobil polisi."Aku nggak mau! Aku mau pulang bersama istriku!"Aku membuka mulut dan berkata."Johan, kita sudah nggak ada hubungan apa pun lagi.""Tapi nanti bakal ada."Wajah Johan berseri-seri penuh harapan."Kamu mau memaafkanku?"Aku terkekeh dingin."Hubungan antara penggugat dan tergugat.""Johan, aku telah menuntutmu."Kepalanya tertunduk lesu, lalu polisi memborgol dan membawanya pergi.Di kantor polisi, semua bukti terbukti kuat. Johan dijatuhi hukuman penjara karena percobaan pembunuhan.

  • Pernikahan Penuh Dusta   Bab 10

    Sang sekretaris menjaga Johan hampir setengah bulan.Setiap hari, Johan menyeret kakinya yang pincang akibat dipukuli dan bersikeras ingin keluar untuk mencariku.Sang sekretaris tidak mampu menahannya.Selain itu, karena terlalu lama tidak mengurus bisnisnya, karier Johan pun makin merosot.Segala yang terjadi padanya telah dilaporkan kepadaku oleh detektif swasta yang kusewa.Aku tahu, waktunya telah tiba. Semua bukti sudah terkumpul.Aku bergumam sambil membelai peninggalan ibuku."Ibu, putrimu akan membalaskan dendam untukmu."Aku memotong rambut panjang yang telah kurawat bertahun-tahun, lalu melangkah menuju kamar inap Shenina.Siapa pun yang telah menyakiti ibuku, tidak akan kuampuni.Kini, Shenina harus memakai selang oksigen untuk bernapas.Aku duduk di tepi tempat tidurnya, menatap wajahnya yang pucat seperti selembar kertas.Tidak ada lagi sisa kecantikannya yang dulu."Shenina, lama nggak jumpa."Shenina membuka mata saat mendengar suaraku dan menatapku."Lina?"Aku terseny

  • Pernikahan Penuh Dusta   Bab 9

    Shenina merasakan ada aliran hangat di bawah tubuhnya.Dia tahu, itu pertanda anaknya sedang sekarat."Kumohon, selamatkan anakku."Namun, Johan tidak menghiraukan permohonannya. Selama bertahun-tahun ini, Shenina selalu memanfaatkan perasaan Johan padanya.Shenina selalu meminta berbagai macam hal padanya. Namun, kali ini, Johan tidak mau lagi menuruti.Melihat Johan yang seolah menimpakan semua kesalahan padanya, sementara dirinya bertindak seakan tidak pernah bersalah.Shenina pun berkata dengan penuh kebencian."Kamu pikir kamu sangat setia dan semua salahku, begitu?""Katakan, apa aku yang menyuruhmu menabrak Lina dan ibunya sampai mati? Lina memang selamat, tapi dia cacat seumur hidup.""Kamu selalu berkata semuanya demi aku, tapi aku nggak pernah sekalipun memintamu membunuh orang demi diriku.""Kamu menimpakan semua kesalahan padaku, kamu pikir dirimu suci? Padahal, kamu punya banyak kesempatan untuk memperbaiki hubungan itu.""Tapi justru setelah Lina meninggalkanmu, kamu sepe

  • Pernikahan Penuh Dusta   Bab 8

    Sejak kepergianku, Johan menghubungi semua teman yang kukenal sejak kecil.Bahkan yang berada jauh di luar negeri pun dia datangi.Namun, setiap orang hanya menggelengkan kepala dan berkata dengan menyesal.Mereka tidak mengenal orang bernama Lina Dixon.Dalam semalam, Linanya lenyap bagai ditelan bumi.Semua orang mengatakan kepada Johan bahwa orang itu tidak pernah ada di dunia ini.Namun, bagaimana mungkin ingatan tentang Lina bisa terhapus? Johan telah melindungi dan merawatku selama bertahun-tahun.Kini, tiba-tiba Johan diberi tahu bahwa semua itu hanyalah kebohongan.Bagaimana bisa Johan menerimanya? Akhirnya, setelah mengunjungi teman terakhirku.Johan menatap orang itu dengan penuh harap, berharap orang itu memberinya jawaban yang diinginkan.Kini, setelah melewati pencarian panjang ini, dari yang awalnya Johan hanya berharap orang itu langsung memberitahunya di mana Lina berada.Sekarang, Johan hanya berharap orang itu mengkonfirmasi bahwa aku pernah ada.Namun, jawaban yang J

  • Pernikahan Penuh Dusta   Bab 7

    Sementara itu, aku turun dari pesawat dan datang ke sisi guru.Selain itu, nomor ponselku sudah lama dinonaktifkan, tentu saja aku tidak tahu bahwa Johan telah meneleponku berkali-kali.Guru tahu aku kesulitan untuk berjalan, jadi sejak pagi dia sudah menungguku di bandara.Namun, setelah bertemu denganku yang sudah lama tidak dia lihat, guruku tidak bisa menahan diri untuk menghela napas saat memandangi kedua kakiku.Aku melihat dengan jelas mata guru yang mulai berkaca-kaca, aku tahu itu karena dia merasa iba padaku.Aku menghirup dalam-dalam udara segar, menikmati perasaan dapat mengendalikan hidupku sendiri.Kali ini, tanpa campur tangan orang lain, akhirnya aku bisa melakukan apa yang kuinginkan.Aku memeluk guru dan dia menepuk pundakku dengan kuat."Lina, yang penting sekarang kamu sudah kembali. Jalani hidup dan pekerjaanmu dengan baik."Aku menatap mata guru, lalu mengangguk mantap.Guru membawaku kembali ke institut penelitian kami. Semua orang tahu bahwa tarian yang kupersem

  • Pernikahan Penuh Dusta   Bab 6

    "Cari tahu ke mana Nyonya pergi! Dia seorang difabel, kakinya nggak memungkinkan untuk pergi jauh!""Pak Johan, saya sudah memeriksa semuanya, tapi nggak ada jejak keberadaan Nyonya sama sekali."Johan dengan marah bertanya."Apa maksudmu? Bagaimana bisa nggak ada jejaknya?""Bagaimana mungkin seseorang yang baik-baik saja tiba-tiba menghilang begitu saja? Cari lagi!"Sekretaris berkata dengan hati-hati."Pak Johan, keberadaan Nyonya benar-benar sudah dihapus oleh seseorang."Mendengar itu, Johan mengambil vas bunga di atas meja dan melemparkannya ke lantai. Itu adalah hadiah yang akan dia berikan untuk Shenina hari ini.Shenina belum pernah melihat Johan marah sebesar ini. Dia bertanya dengan bingung."Johan, ada apa?"Johan mengusap pelipisnya dan menjawab dengan lelah."Lina menghilang."Sekilas, kegembiraan terpancar di mata Shenina. Dia tidak menyangka aku akan pergi begitu saja. Sebenarnya, Shenina sudah lama ingin aku lenyap dari dunia ini.Namun, dia tetap berpura-pura khawatir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status