Share

part 4 pindah

Author: Asnafa
last update Huling Na-update: 2024-10-22 07:09:08

"Kau berpikir Aldi cocok menikahi pekerjaannya Ana?" tanya Nias menaikan sebelah alisnya.

"Tidak Tante, Ana hanya bercanda, hehe."

Mendengar balasan tersebut, wanita dengan rambut diikat itu pada akhirnya dapat mengelus dada dengan tenang.

"Untung saja hanya bercanda," batin Nias hampir tak siap menerima orang kedua dengan pemikiran yang sama seperti putranya.

"Kalau begitu, besok berangkatnya ya, dan hari ini Tante boleh menginap di sini dulu kan?"

"Boleh banget Tante, sebentar aku siapkan dulu kamarnya." Rangga langsung terbirit-birit membereskan kamar untuk sang Tante, sementara Ana sedang tersenyum, bergelut dengan isi pikirannya sendiri.

"Ana kau sedang memikirkan apa?" tanya Nias khawatir melihat ekspresi Ana menahan tawa sendirian.

"Enggak Tante, Tante mau kedalam dulu? Aku mau mengemasi barang-barangku dulu untuk besok."

"Oh yasudah, kau kemasi barang-barang mu saja, Tante ada urusan dulu sebentar disekitar sini."

"Baiklah Tante, Ana kedalam dulu ya."

Nias lalu mengangguk mengiyakan. "Syukurlah, dia mau ikut denganku," batin Nias merasa lega.

...

Keesokan hari...

"Ana kau sudah memasukan semua barangmu kedalam mobil?" Nias mendekati gadis berkacamata itu usai menyimpan satu tas besar di jok belakang

"Sudah Tante," jawab Ana ceria.

"Rangga, kau tidak apa-apa sendirian disini? Kalau ada apa-apa hubungi Tante ya," tanya Nias pada laki-laki 25 tahunan itu.

"Aman, jangan khawatirkan Rangga disini, Rangga bisa jaga diri kok."

"Baiklah."

Nias lantas menoleh pada Ana di sampingnya. "Pamitan dulu sama kakakmu," ucap Nias sambil mengelus pucuk kepala gadis berkacamata itu.

"Kakak, Ana berangkat dulu, jangan kangen ya, nanti lebaran juga pulang kok." Ana memeluk sang kakak dengan erat.

"Ya, cepatlah pergi, betah-betah disana ya."

"Iya, doakan Ana baik-baik disana ya kak. dan semoga Ana dapat jodoh yang tampan disana."

"Apalah kau ini, jangan cari jodoh dulu, belajar dulu yang benar baru boleh cari jodoh, dan yang terpenting jangan buat ulah disana oke."

"Memangnya Ana suka membuat ulah, Ana kan anak yang baik."

"Iya deh, anak yang baik."

Rangga lalu mencium pucuk kepala sang adik dan melepas pelukan dengan hati yang berat. "Tante, maaf ya harus merepotkan Tante." Rangga menghadap Nias, matanya berkaca-kaca namun tak sampai meneteskan air mata.

"Tentu, jangan sungkan, kita kan keluarga."

"Tante, tolong jaga Ana ya, dia adik ku satu-satunya, anaknya sering teledor dan mungkin akan banyak merepotkan tante nantinya."

"Sudah, jangan terlalu menghawatirkan Ana, sekarang kau fokus saja pada dirimu sendiri, Ana biar Tante yang urus."

"Terimakasih Tante."

"Ya, apapun jangan sungkan ya, hubungi Tante saja."

"Kalau begitu kita pergi dulu ya, ayo Ana."

Setelah memasuki mobil tangannya yang kecil membuka kaca mobil untuk memberikan lambaian tangan perpisahan.

"Kakak, Ana berangkat ya." Gadis berkacamata itu melambaikan tangan dengan cepat.

"Iya, hati-hati Ana," balas Rangga.

Begitu mobil telah hilang dari pandangan, Rangga menoleh, menatap pintu rumah yang masih terbuka lebar, terasa begitu sepi dan hening.

"Kurasa rumah ini akan sedikit sepi tanpanya."

....

Di Jakarta

Mobil terhenti tepat di pekarangan rumah putih megah dengan dua lantai. "Woah... Rumah Tante keren!" Ana memberikan kedua ibu jari usai menurunkan koper dan tas dari mobil.

"Biasa saja, kau yang keren bisa masuk universitas negri ternama, bahkan Aldi juga tidak bisa masuk kesana," jawab Nias dengan pandangan bangga lalu bergegas menarik koper menuju dalam rumah.

"Kak Aldi ya, kenapa Kakak tidak mencari istri normal saja ya?" Tanya Ana polos, tampak menerka mengingat wajah sepupunya yang telah lama tidak dia jumpai.

"Entahlah, padahal Tante sudah sangat menginginkan cucu, tapi anak itu, bukannya segera cari pasangan malah sibuk kerja dan kerja saja," kesal Nias sambil meletakan berbagai barang di ruang tengah.

Sementara gadis berkacamata itu bergumam pelan menerka-nerka dengan jari jemarinya. "Tujuh...dua puluh..." Gumam Ana berfikir keras.

Nias yang melihat gumaman Ana tanpak penasaran "Kau sedang memikirkan apa Ana?"

"Ehm... Berarti kak Aldi sekarang sudah sekitar tiga puluh satuan kan Tante?"

"Kau memikirkan itu dari tadi? Dia memang sudah tu..."

Cklek...

Sebelum menyelesaikan kalimatnya kedua wanita itu langsung fokus pada suara dari sebuah kamar didekat mereka. Dua pasang mata langsung mengarah pada pria diambang pintu sana.

Dapat terlihat setelan kaos oblong dan celana selutut tampak melekat pada sosok pria itu, berantakan dengan rambut acak-acakan. Matanya yang sayu dan hitam tampak menyeramkan, bahkan kelopak matanya hampir terlihat seperti ayunan.

Ana melohok terkejut. Bersamaan dengan itu tiba-tiba sebuah bantal melayang kepada pria tersebut.

"Baru bangun hah? kerja terus... Bukannya cari istri kau malah malas-malasan begini?" Amuk Nias saat melihat stylus pen berada di tangan sang anak. Tahu betul Aldi telah melakukan apa semalaman.

"Mama ada apa sih, baru bangun juga," jawab Aldi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kau yang ada apa, udah siang begini baru bangun, mau jadi apa kau nanti?" Nias menghujani Aldi dengan pukulan bantal terus menerus.

"Iya-iya nanti Aldi cari istri deh." Dengan ketus Aldi menjawab lalu mengambil bantal dari sang ibu untuk menghentikan pukulan.

"Awas ya kalau kau begadang lagi gara-gara proyek animasimu itu, Mama tak akan segan menikahkanmu dengan pelayan Mama."

Tanpa peduli Aldi membalikan bola matanya "Terserah."

Setelah percekcokan selesai mata Aldi langsung fokus pada gadis berkacamata yang tengah memandangnya.

"Kau siapa?"

Wajah manis yang dihalangi kacamata dengan besi emas itu tampak tersenyum ramah. Ana membenarkan kacamata lalu mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.

"Saya Ana, keponakan Tante dari desa," sapa Ana ramah, tangannya mengambang menanti balasan.

Aldi membungkukkan badan, tangan kanan gadis itu dibiarkan mengambang tanpa balasan. Mata Aldi memicing menatap wajah gadis itu dari jarak yang dekat. "Ana?" gumam Aldi tampak familiar dengan sebutan itu.

"Aldi! Jangan menakutinya!"

Aldi menutup telinga dengan semua ucapan sang ibu, lalu bertanya pada gadis kecil itu dengan pandangan fokus "Kau tidak takut kan?"

"Aldi!" Nias memperingati lagi.

Melihat reaksi sang ibu berpihak pada gadis kecil itu tiba-tiba menyadarkan Aldi. Sekilas ujung bibir pria dewasa itu menaik melukiskan senyum menghinakan dan penuh kecurigaan.

"Kau... Apa kau pelayan yang dikirim ibuku untuk menjadi istriku?"

Seketika saat mendengar itu, mata Ana membulat.

"Padahal aku sudah mengatakan aku keponakan Tante, dasar bodoh," batin Ana lalu menarik tangannya kembali karena tak mendapat balasan.

Kesal dengan pemikiran sepihak itu, dengan kesadaran penuh, Ana meletakan telapak tangannya di bahu Aldi sampai pria itu melihat bahunya terheran-heran. Dia menepuk bahu beberapa kali, senyum manis yang tampak ambigu seketika terlukis indah diwajah Ana.

"Kak Aldi, kotoran di mata kakak sepertinya harus dibersihkan dulu, aku akan menjawabnya setelah penampilan Kakak lebih baik." Ana memiringkan kepala lalu tersenyum. Dengan segera Aldi menegakan badan lalu mengorek kotoran di ujung matanya.

"Akh sial, memalukan saja," gerutu Aldi dalam hati.

Sementara itu Nias tak mampu menahan tawa. Wanita paruh baya itu menutup mulut menahan tawa terhadap ekspresi Aldi yang memalukan.

Melihat sang ibu dan Ana tertawa bersamaan. Emosi dan rasa malu Aldi tak tertahan lagi.

"Awas ya, siang nanti kau harus bertemu denganku lagi." Aldi bergegas lari menuju kamar mandi, meninggalkan dua wanita yang terkekeh menertawakannya dengan suka hati.

...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 20 Rayyan

    "Kak? Kak Aldi lihat kak Alif tadi?" tanya laki-laki itu kembali, saat Aldi terhenti dengan jawabannya. Dan disaat itu pula pria yang diduga adik Alif itu tak sengaja bertemu mata dengan gadis yang dirasa diketahuinya. "Eh Ana, kau disini juga," sapa Rayyan terheran melihat kehadiran teman barunya yang dia temui kemarin saat masa orientasi di universitas yang sama. "Umm, apa kalian sedang berkencan?" "ENGGAK!" Jawab Ana spontan dengan suara keras. Kedua pria itu tampak diam, terkejut dengan jawaban Ana "umm itu... Dia saudaraku," lanjut Ana malu-malu sembari meremas sepuluh jarinya. "Oh kalau begitu bolehkah aku ikut bergabung sebentar? Aku gak bertemu orang yang bisa ku ajak bicara dari tadi, kakakku benar-benar membuatku kelelahan setengah mati," kata Rayyan terlihat begitu lelah. "Boleh boleh, sini," dengan cepat Ana mendekatkan salah satu kursi kosong untuk sang teman. Sikap Ana yang malu-malu itu membuat Aldi melipat kedua tangannya di depan dada. "Dih, bisa malu-malu jug

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 19 crush

    Pertanyaan mendadak itu lantas membuat Ana mematung. Dia tatap pelan-pelan wajah Aldi dengan pandangan yang sulit diartikan. "Itu emm...," Ana menyimpan sendok dengan bola mata yang sesekali menghindari tatapan intens dari sang sepupu. "Kau punya pacar ya?" tebak Aldi. "Enggak kok, itu cuma...," "Cuma apa?" Ana lantas melirik pelan pelan mata Aldi yang tampak menusuk dengan getar nada suara yang menunjukan dia tidak bisa menerima jawaban menggantung lagi. "Kakak gak perlu tahu, ini rahasiaku." Telinga yang sudah siap mendengarkan itu kembali dibuat kecewa saat Ana membalas demikian. "Tck rahasia lagi," pekik Aldi sembari membuang muka, namun sialnya Ana seolah tak peduli dan tetap melanjutkan memakan eskrim. Tidak bisa dielakkan, Aldi sepertinya mengenal jaket pria di ponsel gadis itu, rasanya seperti jaket Aldi yang dulu, namun jika memang benar itu adalah dirinya, tak ada kemungkinan gadis itu bisa memotret Aldi secara diam-diam, bahkan jika itu terjadi 10 tahun yang lalu,

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 18 eskrim

    Mendengar bisikan tak mengenakan itu lantas membuat Aldi seketika terbakar emosi. Tangannya spontan mencubit pinggang Alif sekencang mungkin. "Aaaa!" Alif segera mengusap pinggangnya yang terasa sakit sekaligus panas akibat cubitan tanpa perasaan hadiah dari sang teman. "Lain kali, hati-hati kalau bicara, ku dengar kau mengoceh tak jelas lagi, giliran mulutmu yang ku habisi," bisik Aldi namun masih dapat terdengar oleh sang sepupu dari depan sana. "Iya deh, sensitif amat, kau seperti tidak tahu kelakuanku saja," balas Alif dengan tetap mengusap bekas cubitan yang masih terasa panas. Tanpa membalas, Aldi melayangkan tatapan tajam pada sang teman, pria itu hanya diam sembari melipat kedua tangannya, namun karena diamnya itu, Alif semakin tak ingin bertingkah lagi, seolah ada ancaman keras yang terus dikatakan oleh kedua sorot bola mata pria berkepala tiga tersebut. "Hehe, dia benar-benar marah, aku harus segera kabur sekarang," batin Alif takut. "Aduh, aku lupa beli sabun, kalau b

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 17 cek cok

    Dalam sekejap, raut Ben mengerucut, dia tatap wajah Ana lekat-lekat seolah ada rahasia yang sengaja gadis itu sembunyikan darinya. "Tak biasanya kau menjawab cepat begitu, ada yang disembunyikan ya?" tanya Ben dengan mata menyipit curiga. "Haha, mana ada aku berbohong, itu mustahil." Gadis itu tiba-tiba tertawa paksa sembari memukul Ben beberapa kali. "Beneran gak perlu ditunggu nih?" Ben memastikan lagi. "Tentu saja, jangan khawatirkan aku, kau pergi saja duluan, cepat pergi gih," usir Ana dengan bumbu canda. "Yasudah, aku duluan ya, dan kalau tantemu tidak datang, telepon saja aku." Ben memasang helm lalu memutar kunci berniat pergi. "Iya, nanti kalau tanteku tidak datang aku pasti menghubungimu," ucap Ana meyakinkan. "Baiklah aku duluan ya." "Ya, hati-hati." Pada akhirnya Ben pergi tanpa penumpang lagi, ada rasa penasaran yang tak bisa dia sembunyikan, namun apalah daya Ana sepertinya tak mau orang lain tahu tentang rahasianya. Sementara itu dibelahan tempat lain

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 16 tawaran pekerjaan

    Keesokan hari, setelah mengantar Ana pergi menuju kampus. Di ruang kamar pribadi, Aldi tengah mencoret coret tablet, membuat ukiran gambar kartun unik nan lucu disana. "Huh, akhirnya selesai." Begitu hasil desain yang dirancang menggunakan ilusi gambar hidup, Aldi lalu menyalakan laptopnya kembali untuk mengirimkan hasil pada sang klien. Sambil menunggu balasan, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan baru saja masuk. Dibukanya pesan tersebut dan terlihat salah satu temannya mengirim pesan berisi tawaran pekerjaan. 'Aldi, aku punya tawaran pekerjaan nih, lagi sibuk ga?' tulis Alif, teman satu pekerjaannya. 'Ga, pekerjaan apa?' balas Aldi sembari sesekali memainkan kursor pada laptopnya. 'Ada kenalan ku, dia butuh bantuan untuk membuat video penjelasan tentang anatomi tubuh manusia untuk pembelajaran. Kau kan pernah belajar yang seperti itu, jadi kau pasti lebih faham, aku sedang sibuk mengerjakan projek lain.' 'Baiklah, tapi tenggat waktu selesainya kapan?' 'Sep

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 15 setan?

    Dalam dekapan yang menakutkan, Ana terus melantunkan ayat kursi dalam hati, tangannya bahkan telah berubah begitu dingin saking ketakutannya dia saat ini. Sementara itu Aldi masih menelaah. Apa itu perasaan jernih? Dia sama sekali tidak merasakan perasaan itu sama sekali. "Perasaan jernih apa, wanita itu pasti berbohong," batin Aldi. Sebelum sadar sepenuhnya akan tindakan gegabah tersebut, Aldi perlahan meraih tangan sang sepupu, dan di saat itu pula dia baru sadar akan sesuatu. Brugh... Ana didorong secara spontan dan langsung tersungkur ke lantai. "Ugh," rintih gadis itu. Aldi yang hendak meraih sang sepupu yang mungkin kesakitan akibat ulahnya tiba-tiba terhenti dan langsung memegang kening akibat denyutan yang tiba-tiba datang. "Ugh... Kepalaku ini kenapa lagi?" Terlihat di depan sana Ana terjatuh ke lantai. Dan di sana Aldi samar-samar dapat melihat, dibalik kacamata khasnya, genangan air mata menggenang hampir terjatuh dari ujung pelupuk. "Akh Ana maaf, kau tidak apa-a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status