Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan

Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan

last updateLast Updated : 2025-04-01
By:  AsnafaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
20Chapters
362views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Tak pernah disangka, pernyataan cinta sepihak 10 tahun akan diterima oleh sepupunya sendiri. "Baiklah, nikahkan saja aku dengannya." Pernyataan itu dilontarkan Aldi pada Ana- sepupu yang tinggal di rumahnya dengan alasan untuk menempuh pendidikan tinggi. Ana belum menyadari akibat sikapnya selama ini yang dia buat untuk menutupi sisi gelap dunia perkuliahan malah menjerumuskan gadis itu dalam pernikahan rahasia dengan sang sepupu. Sampai tiba saat dimana Aldi menemukan kebenaran tentang kekerasan dan penyalah gunaan kekuasaan yang terjadi di universitas tersebut, pada akhirnya dia memilih menjadi asisten dosen demi mengawasi kehidupan perkuliahan sang istri. "Kenapa kakak tidak bilang padaku dulu, kalau kakak bekerja disana! Itu akan merepotkan ku tahu." "Lagi pula tak ada yang tahu kita sudah menikah, mengapa kau begitu khawatir?"

View More

Chapter 1

part 1 mendadak direstui

Bak!

"Baiklah, nikahkan saja aku dengannya." Sudah kesal diperintah untuk menikah, Aldi melayangkan lamaran singkat pada sepupu disampingnya.

"Uhuk, kakak bercanda kan?" Ana tampak terkejut namun langsung tertawa sambil memukul bahu pria 32 tahunan disampingnya.

"Aku serius, kau juga menginginkannya bukan?" Wajah Aldi mendekat dengan tiba-tiba sampai Ana tak mampu tertawa lagi.

"Haha, becanda kakak menyeramkan hari ini, jangan begitulah." Ana mulai takut, berusaha bersikap biasa dalam suasana yang tak tenang.

"Dari pada kau melakukan hal aneh terus padaku, lebih baik kita menikah saja bukan?" goda Aldi.

"Kapan aku melakukan hal aneh pada kakak, aku tak pernah melakukannya tuh."

Aldi mendekatkan wajah. Dia liat setiap ekspresi bocah kecil yang terus menggodanya, tampak lucu ketakutan bagai hamster yang hampir mati karena terkejut.

"Memeluk tiba-tiba, memegang tubuhku tanpa izin, dan memegang perutku setiap pagi, kau pikir semua itu apa menurutmu?"

"Kita kan seperti saudara, ya kan tante? Hal yang biasa saling memukul antar saudara kan?" Ana mencoba mencari dukungan.

Nias menutup mulutnya terkejut "Kau memegang perut Aldi, Ana?"

"Iya ma, dia melakukannya padaku, dia melakukan itu setiap hari padaku."

"Enggak tante, gak seperti itu kok!" elak Ana secepat mungkin.

Disamping itu diam-diam Ana mencubit paha Aldi sekeras mungkin lalu membisikan ancaman keras padanya. "Jangan melebih-lebihkannya dong, kita kan tidak seperti itu," ucap Ana disembunyikan dalam tawa pura-pura.

Tanpa mendengar ancaman itu, Aldi semakin gencar berulah. "Ma, ini bahaya si, takutnya dia macam-macam padaku, bagaimana kalau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan?"

"Enggak tante, mana mungkin aku melakukan itu!"

Dalam situasi itu, menang telah berada di tangan Aldi, dengan percaya diri dia membisikan kemenangannya "Kau kalah."

Takut sekaligus kesal, Ana serentak membalikan otak, berpikir mencari alasan yang tepat untuk menolak. "Baiklah Tante, Ana minta maaf, sekarang Ana tidak akan becanda lagi."

Sambil menahan emosi gadis berkacamata itu membalas dengan bisikan lagi "Puas kan?"

"Terlambat, kau akan menikah denganku," jawab Aldi lantang.

"Enggak!"

Sementara itu Nias menatap meja, tampak berpikir keras. Cara bicara dan interaksi kedua manusia yang sudah Nias anggap sebagai keluarga, memang terlalu berlebihan dimatanya. Apalagi setelah melihat Aldi merengek yang tak pernah dilakukannya sekalipun, namun saat ini putranya itu sedang bertingkah bagai bocah kecil, sungguh benar-benar diluar dugaan.

"Tante, lagi pula Ana sedang kuliah kan? Jadi tak mungkin Ana bisa menikah."

Nias mengusap hidungnya sambil terus berpikir. "Benar juga, Ana tidak bisa menikah sekarang."

Mendengar jawaban Nias, Ana mengusap dadanya lega. Dengan status mahasiswa yang menyandang beasiswa, Ana cukup percaya diri dijadikan alasan untuk menolak pernikahan.

"Kau pikir aku tak bisa membiayai mu? lagi pula makanan kucingku lebih mahal dari biaya kuliahmu."

Ana tersenyum miring lalu berbisik pelan "Aku anak kuliah lho, ANAK KULIAH. Tante gak akan mengizinkan aku menikah semudah itu," jawab Ana merasa menang.

Balasan menyebalkan itu benar-benar membuat Aldi memanas, setiap hari merasa kalah bukan perasaan yang menyenangkan, dan untuk hari ini Aldi tidak mau merasakan kekalahan itu kembali. Maka dari itu dengan terpaksa Aldi melepaskan kartu terakhirnya kepada sang ibu, walaupun ini bisa membuat Nias habis memarahinya seharian ini.

"Mama, jika aku tak menikah dengannya, sampai kapanpun jangan pernah menginginkan aku menikah."

Mendengar itu Nias sontak terkejut, pikiran untuk mempertimbangkan seketika hilang dalam sekejap.

Bak!

Gebrakan meja membuat semua orang serentak mematung. "Aldi! Kau bicara apa?"

Dibalik meja makan, tangan Ana sudah mengeras, dia mencubit paha Aldi lagi untuk tidak memancing kemarahan sang tante. "Jangan mengada-ada, mustahil aku menikah dengan kakak tahu, kakak terlalu tua untukku yang manis ini. Terimalah jangan memaksa Tante lagi."

"Terlalu tua katamu? Bukankah kau yang pernah menyatakan cinta padaku? Kau yang duluan mengatakannya ingat."

"Kakak menganggap ucapan bocah adalah sesuatu hal yang serius? Itu sepuluh tahun yang lalu lho."

"Ya terus? Apa masalahnya?"

"Masalahnya sudah jelas, aku tidak menyukai kakak, masih kurang jelas kah ucapan ku barusan?"

Sudah malas berdebat, Aldi kali ini berbalik membenarkan posisi lalu menghadap sepupu yang ingin dia pinang.

"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau aku buat kau menyukaiku? Aku telah belajar banyak caranya darimu, bagaimana cara memelukmu tiba-tiba, menyentuh ..."

"Cukup! Kalian sedang berbicara apa sih, itu percakapan yang bahaya Aldi!" Nias tampak geram. Mengamati dan mengambil keputusan dengan kepala dingin sudah tidak bisa di lakukan lagi. Ada satu kalimat yang terus berulang dalam kepala Nias terus-menerus "ini bahaya, ini bahaya."

"Baiklah, mama merestui kalian, menikahlah secepatnya. Dan kau Aldi, jangan macam-macam pada Ana sebelum kalian menikah ingat itu."

"Tante, tapi aku... bagaimana dengan kuliahku."

"Ana kau bisa terus berkuliah, hanya saja beasiswa yang kau dapat mungkin akan diputus, hanya ini satu-satunya jalan keluar."

Tanpa bisa menolak lagi, Ana termenung, dia menunduk sendu karena kesal. Melihat itu Nias segera mendekati Ana, lalu memberitahu alasannya dengan lembut.

"Daripada kalian terus berhubungan tak jelas dan melakukan hal yang tak diinginkan diluar pernikahan, lebih baik kalian menikah saja. Untuk urusan anak, Tante tak akan memaksa terserah kalian saja."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Anfh Mrr
semangat terus kak
2025-01-05 19:56:15
1
20 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status