Share

part 3 ajakan pindah

Author: Asnafa
last update Last Updated: 2024-09-26 21:57:42

Rangga menepuk bahu Nias dengan pandangan khawatir.

"Ini tidak apa-apa Tante? Mereka seperti tidak saling..." Rangga menggantungkan kalimat.

"Tidak apa-apa, mereka memang selalu seperti itu, mungkin bahasa cinta mereka memang seperti itu," jawab Nias tidak ambil pusing.

Segera akad pun dimulai, Rangga sebagai kakak mengulurkan tangan untuk melakukan ijab qobul.

Tangan Aldi dijabat, lantunan kalimat akad lalu terucap.

Momen sakral tersebut begitu terasa hidmat, dan begitu kata sah terlantun. "SAH!"

Disaat itu pula air mata Rangga menetes. Dia tertunduk lalu menyela cairan yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi.

"Ana..."

Begitu melihat sang kakak untuk pertama kali menangis, membuat Ana mendekat secara spontan. "Kakak, Kakak tidak apa-apa?" Mata Ana tampak polos bertanya.

"Kakak baik-baik saja," jawab Rangga mengusap kasar air mata sementara Ana masih menatapnya dengan khawatir.

Usapan pelan lantas mendarat di bahu sang adik. "Berbahagialah, tunjukan pada Kakak, agar Kakak bisa tenang membiarkanmu disini."

"Kakak jangan menangis dong, aku jadi ingin menangis juga kan."

"Dasar kamu, pergilah banyak sesi yang belum kamu selesaikan." Rangga tersenyum sembari mempersilahkan Ana untuk kembali duduk bersama suaminya.

"Haish...malas," dengus Ana merasa berat, memutar bola matanya secara jelas.

Para tamu yang melihat seketika dibuat terkejut mendengar jawaban itu.

Pernikahan yang hanya dihadiri lima orang dari pihak pria dan lima orang dari pihak wanita telah menjadi saksi resminya pernikahan tersebut. Dan kini adalah sesi paling ditunggu oleh setiap pengantin baru, Aldi telah memberikan tangannya untuk segera dicium.

"Cepatlah cium, jangan terus diam," bisik Aldi dengan senyum terang.

"Iya," jawab Ana kesal lalu mencium tangan suaminya secepat kilat.

Kini Aldi mengambil tindakan lagi, dia dengan hati-hati meletakan tangan di kedua bahu sang istri.

"Mau apa?" tanya Ana disertai pandangan curiga.

"Cium kening lah."

"Gak perlu."

"Kau ingin membatalkannya? Aku sudah siap begini."

"Lagian siapa suruh mau cium kening segala."

"Itu tradisi namanya. Tinggal tutup mata aja kenapa susah sekali si, aku yang gerak bukan kau."

"Kalau gak mau, jangan dipaksa dong."

"Cepat tutup mata, aku tak mau tahu," paksa Aldi dan dengan cepat mendaratkan ciuman di kening wanita yang telah sah menjadi istrinya.

Di samping itu Nias termenung bahagia, dia ingat jelas saat dimana Ana baru menginjakan kaki di rumahnya. Wajah lugu dengan kacamata khasnya itu tak pernah luput menjadi jati diri dari seorang Ana. Terlebih dengan lidah ceplas-ceplos yang dia miliki benar-benar tak pernah terpikir akan berakhir menjadi istri seorang gila kerja seperti Aldi.

Waktu itu terjadi dua hari setelah pengumuman kelulusan tes masuk perguruan tinggi.

kilas balik...

Di dapur Ana tengah membalikan telur untuk sarapan. Ditengah aktivitasnya tiba-tiba Rangga datang tergesa-gesa.

"Ana, kemarin kamu lulus tes kan ya, bagaimana kalau kamu ikut sama Tante saja dirumahnya, Tante kan di Jakarta, mereka sepertinya akan menyambut mu dengan baik, Kakak akan bilang pada Tante ya." Rangga menggenggam erat sebelah tangan Ana.

"Lepaskan tangan Ana kak, ini telurnya hampir gosong tuh kan." Ana seperti tak peduli dan fokus pada masakannya.

"Jawab dulu, iya Ana ya kamu mau kan?" desak Rangga.

"Iya-iya terserah Kakak saja." Begitu dijawab Rangga langsung terbirit-birit keluar rumah dengan girang. Meninggalkan sang adik yang bermuka masam akibat telur yang gosong disebelah sisi.

"Akh...padahal ku kira ini percobaan terbaikku," gumamnya lemas meratapi telur yang tak layak lagi untuk dimakan.

Ana tiba-tiba teringat permintaan Rangga tadi, tanpa sengaja dia mengiyakan tanpa berpikir. "Keuangan keluarga kita masih belum berubah ya, walaupun ada beasiswa, apakah itu cukup?" batin Ana berencana tak mengambil studi pendidikan lagi.

Gadis dengan setelan kaos oblong dan celana selutut itu lantas bergegas keluar rumah untuk mencari sang kakak.

Saat indranya menangkap sosok Rangga sedang duduk mengobrol di teras rumah, sontak kedua bola mata gadis itu membulat. "Tante! Benar-benar ada disini?" tanya Ana pada diri sendiri tak menyangka. Dia langsung bersembunyi dan segera melihat pakaian kusut yang melekat di tubuhnya.

"Akh... Aku harus segera ganti baju." Secepat kilat gadis berkacamata itu berlari menuju kamar, mengganti pakaian dengan setelan kemeja dan rok selutut.

"Haish, kenapa Tante datang ke sini lagi, apa jangan jangan..." Ana melirik sang kakak diam-diam dari balik pintu, tampak asyik mengobrol dengan sang tante.

"Sial, gak kedengaran lagi." Ana semakin menempelkan telinga pada pintu, sampai-sampai daun telinganya sedikit terlihat dari balik pintu.

Sang tante yang melihat ujung telinga keponakannya lantas tersenyum tipis. "Ana," panggil Nias.

Mendengar panggilan itu sontak Ana menoleh dengan cepat, kacamatanya langsung dibenarkan dan disana Nias telah duduk sambil tersenyum padanya.

"Haish, aku ketahuan lagi," pekik Ana malu.

"Ana kemarilah, ayo duduk di sini." Nias menepuk bangku di sampingnya mempersilahkan gadis berkacamata itu duduk di sampingnya.

Dengan langkah pelan, Ana mendekat lalu duduk dengan malu-malu.

"Bagaimana kalau hari ini Ana berkemas, dan besok kita berangkat?" Nias silih berganti melihat kedua keponakannya.

Sementara itu tanpa disadari gadis berkacamata itu tengah melemparkan tatapan tajam pada sang kakak. Sampai-sampai Rangga tak bisa berkata-kata dan hanya melemparkan senyum membingungkan.

"Ana bagaimana?" tanya Nias kembali.

"Hmm, Tante sebenarnya Ana tidak berniat mengambil..."

"Ana katanya sangat berterima kasih pada Tante, dia anaknya memang kadang pemalu kadang juga tidak tahu malu," Sela Rangga.

"Kakak!" Bentak Ana lalu berdiri dengan ekspresi kesal.

"Tuh kan, maaf ya Tante harus menitipkan anak spesial ini pada Tante."

"Dan sebenarnya kalau saja orang tua kami tidak meninggal waktu itu..."

"Haha, sudah lah jangan membahas yang sudah lalu, sekarang hanya tinggal melihat Ana saja menempuh cita-citanya, setidaknya orang tua kalian bisa melihat bahwa kalian tidak sendiri di dunia ini, masih ada banyak orang yang juga menyayangi kalian dan mengharapkan kalian bahagia."

"Jadi mau kapan berangkatnya?" Nias menoleh pada keponakan disampingnya.

"Katanya besok saja Tante," celetuk Rangga.

"Kakak, aku belum bilang iya lho."

"Tadi bilang iya."

"Tadi itu aku kan sedang..." Ana menggantungkan kalimat.

"Ana jangan malu-malu, lagi pula tidak ada siapapun dirumah Tante, paling hanya Aldi saja, itupun dia selalu di kamarnya."

"Kak Aldi? Kenapa dia ada di rumah? Dia belum menikah Tante?" tanya Ana heran, tiba-tiba tertarik masuk dalam pembicaraan.

"Huh, Asal tahu saja ya, Tante hampir setiap hari menyuruhnya menikah, tapi dengan santainya dia bilang 'Aldi sudah menikah dengan pekerjaan Aldi ma, jadi jangan menyuruh Aldi menikah lagi' dia bilang begitu coba," jawab Nias antusias dengan nada seolah menirukan putranya.

"Haha, kak Aldi emang cocok menikahi pekerjaannya si," jawab Ana sambil tertawa dan berhasil membuat Rangga dan Nias membulatkan matanya.

"Ana, memang lebih baik kau tutup mulut saja." batin Rangga merasa tak enak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 20 Rayyan

    "Kak? Kak Aldi lihat kak Alif tadi?" tanya laki-laki itu kembali, saat Aldi terhenti dengan jawabannya. Dan disaat itu pula pria yang diduga adik Alif itu tak sengaja bertemu mata dengan gadis yang dirasa diketahuinya. "Eh Ana, kau disini juga," sapa Rayyan terheran melihat kehadiran teman barunya yang dia temui kemarin saat masa orientasi di universitas yang sama. "Umm, apa kalian sedang berkencan?" "ENGGAK!" Jawab Ana spontan dengan suara keras. Kedua pria itu tampak diam, terkejut dengan jawaban Ana "umm itu... Dia saudaraku," lanjut Ana malu-malu sembari meremas sepuluh jarinya. "Oh kalau begitu bolehkah aku ikut bergabung sebentar? Aku gak bertemu orang yang bisa ku ajak bicara dari tadi, kakakku benar-benar membuatku kelelahan setengah mati," kata Rayyan terlihat begitu lelah. "Boleh boleh, sini," dengan cepat Ana mendekatkan salah satu kursi kosong untuk sang teman. Sikap Ana yang malu-malu itu membuat Aldi melipat kedua tangannya di depan dada. "Dih, bisa malu-malu jug

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 19 crush

    Pertanyaan mendadak itu lantas membuat Ana mematung. Dia tatap pelan-pelan wajah Aldi dengan pandangan yang sulit diartikan. "Itu emm...," Ana menyimpan sendok dengan bola mata yang sesekali menghindari tatapan intens dari sang sepupu. "Kau punya pacar ya?" tebak Aldi. "Enggak kok, itu cuma...," "Cuma apa?" Ana lantas melirik pelan pelan mata Aldi yang tampak menusuk dengan getar nada suara yang menunjukan dia tidak bisa menerima jawaban menggantung lagi. "Kakak gak perlu tahu, ini rahasiaku." Telinga yang sudah siap mendengarkan itu kembali dibuat kecewa saat Ana membalas demikian. "Tck rahasia lagi," pekik Aldi sembari membuang muka, namun sialnya Ana seolah tak peduli dan tetap melanjutkan memakan eskrim. Tidak bisa dielakkan, Aldi sepertinya mengenal jaket pria di ponsel gadis itu, rasanya seperti jaket Aldi yang dulu, namun jika memang benar itu adalah dirinya, tak ada kemungkinan gadis itu bisa memotret Aldi secara diam-diam, bahkan jika itu terjadi 10 tahun yang lalu,

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 18 eskrim

    Mendengar bisikan tak mengenakan itu lantas membuat Aldi seketika terbakar emosi. Tangannya spontan mencubit pinggang Alif sekencang mungkin. "Aaaa!" Alif segera mengusap pinggangnya yang terasa sakit sekaligus panas akibat cubitan tanpa perasaan hadiah dari sang teman. "Lain kali, hati-hati kalau bicara, ku dengar kau mengoceh tak jelas lagi, giliran mulutmu yang ku habisi," bisik Aldi namun masih dapat terdengar oleh sang sepupu dari depan sana. "Iya deh, sensitif amat, kau seperti tidak tahu kelakuanku saja," balas Alif dengan tetap mengusap bekas cubitan yang masih terasa panas. Tanpa membalas, Aldi melayangkan tatapan tajam pada sang teman, pria itu hanya diam sembari melipat kedua tangannya, namun karena diamnya itu, Alif semakin tak ingin bertingkah lagi, seolah ada ancaman keras yang terus dikatakan oleh kedua sorot bola mata pria berkepala tiga tersebut. "Hehe, dia benar-benar marah, aku harus segera kabur sekarang," batin Alif takut. "Aduh, aku lupa beli sabun, kalau b

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 17 cek cok

    Dalam sekejap, raut Ben mengerucut, dia tatap wajah Ana lekat-lekat seolah ada rahasia yang sengaja gadis itu sembunyikan darinya. "Tak biasanya kau menjawab cepat begitu, ada yang disembunyikan ya?" tanya Ben dengan mata menyipit curiga. "Haha, mana ada aku berbohong, itu mustahil." Gadis itu tiba-tiba tertawa paksa sembari memukul Ben beberapa kali. "Beneran gak perlu ditunggu nih?" Ben memastikan lagi. "Tentu saja, jangan khawatirkan aku, kau pergi saja duluan, cepat pergi gih," usir Ana dengan bumbu canda. "Yasudah, aku duluan ya, dan kalau tantemu tidak datang, telepon saja aku." Ben memasang helm lalu memutar kunci berniat pergi. "Iya, nanti kalau tanteku tidak datang aku pasti menghubungimu," ucap Ana meyakinkan. "Baiklah aku duluan ya." "Ya, hati-hati." Pada akhirnya Ben pergi tanpa penumpang lagi, ada rasa penasaran yang tak bisa dia sembunyikan, namun apalah daya Ana sepertinya tak mau orang lain tahu tentang rahasianya. Sementara itu dibelahan tempat lain

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 16 tawaran pekerjaan

    Keesokan hari, setelah mengantar Ana pergi menuju kampus. Di ruang kamar pribadi, Aldi tengah mencoret coret tablet, membuat ukiran gambar kartun unik nan lucu disana. "Huh, akhirnya selesai." Begitu hasil desain yang dirancang menggunakan ilusi gambar hidup, Aldi lalu menyalakan laptopnya kembali untuk mengirimkan hasil pada sang klien. Sambil menunggu balasan, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan baru saja masuk. Dibukanya pesan tersebut dan terlihat salah satu temannya mengirim pesan berisi tawaran pekerjaan. 'Aldi, aku punya tawaran pekerjaan nih, lagi sibuk ga?' tulis Alif, teman satu pekerjaannya. 'Ga, pekerjaan apa?' balas Aldi sembari sesekali memainkan kursor pada laptopnya. 'Ada kenalan ku, dia butuh bantuan untuk membuat video penjelasan tentang anatomi tubuh manusia untuk pembelajaran. Kau kan pernah belajar yang seperti itu, jadi kau pasti lebih faham, aku sedang sibuk mengerjakan projek lain.' 'Baiklah, tapi tenggat waktu selesainya kapan?' 'Sep

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 15 setan?

    Dalam dekapan yang menakutkan, Ana terus melantunkan ayat kursi dalam hati, tangannya bahkan telah berubah begitu dingin saking ketakutannya dia saat ini. Sementara itu Aldi masih menelaah. Apa itu perasaan jernih? Dia sama sekali tidak merasakan perasaan itu sama sekali. "Perasaan jernih apa, wanita itu pasti berbohong," batin Aldi. Sebelum sadar sepenuhnya akan tindakan gegabah tersebut, Aldi perlahan meraih tangan sang sepupu, dan di saat itu pula dia baru sadar akan sesuatu. Brugh... Ana didorong secara spontan dan langsung tersungkur ke lantai. "Ugh," rintih gadis itu. Aldi yang hendak meraih sang sepupu yang mungkin kesakitan akibat ulahnya tiba-tiba terhenti dan langsung memegang kening akibat denyutan yang tiba-tiba datang. "Ugh... Kepalaku ini kenapa lagi?" Terlihat di depan sana Ana terjatuh ke lantai. Dan di sana Aldi samar-samar dapat melihat, dibalik kacamata khasnya, genangan air mata menggenang hampir terjatuh dari ujung pelupuk. "Akh Ana maaf, kau tidak apa-a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status