Share

part 6 kesepakatan

Author: Asnafa
last update Huling Na-update: 2024-11-03 20:26:02

Keesokan hari di ruang makan, seisi keluarga tengah menikmati sarapan sambil berbincang riang. Tentu setelah peristiwa kemarin, Ana menjadi santapan lezat sebagai topik pembicaraan.

"Hahaaa...anak kecil itu kamu? Aku tak habis pikir bocah itu akan tinggal disini sekarang hahaha," Ejek Aldi dengan terbahak-bahak.

"Sudah Aldi, kau membuat Ana malu."

Ana yang sudah bermuka merah, hanya bisa diam tertunduk sambil menyantap makanannya.

"Dia seberani itu menyatakan cinta padaku, mana mungkin dia bisa malu hahaha." Aldi memegang perutnya sambil sesekali memukul meja, tak kuat menahan tawa.

"Kakak bisa tidak jangan terus mengungkit itu, itu kan masa lalu."

Di lihat sekilas saja sudah terlihat pipi gadis berkacamata itu telah merah sempurna, dan begitu Aldi melihat kedua pipi merah itu seketika tawanya pecah kembali.

"Hahaha itu wajah atau tomat bisa merah begitu."

Mendengar ejekan sang putra yang mungkin menyakiti hati Ana, lantas Nias segera menyela.

"Aldi bisakah kau tidak mengejek Ana? dari kemarin mama tidak henti mendengar ejekanmu terus, mama pusing mendengarnya."

"Mama serius sekali, aku kan hanya..."

BAK!

"Kakak..." Seketika semua orang terdiam. Semua indra penglihatan yang ada langsung terfokus pada gadis yang baru saja membuat suara menggelegar pada meja. Tangan kecil itu terlihat mengepal seolah kesal dengan ejekan yang tiada henti pagi ini.

"Kakak juga kan pernah menyatakan cinta pada guruku, tapi aku tidak pernah mengejek Kakak karena itu."

Seketika raut Aldi berubah 180 derajat, "A-apa maksudmu, mana ada aku menyatakan cinta pada gurumu," elak Aldi lalu meminum air dari gelas yang terisi penuh dalam sekali teguk.

"Ana siapa nama gurumu?" Nias menghentikan makan, penasaran dengan sosok wanita yang pernah disukai putranya.

"Namanya itu..."

Seketika sebelum berhasil menyebutkan nama, Aldi membungkam mulut Ana secepat mungkin.

"Kalau kau berkata lagi, aku seret kau keluar," ancam Aldi sambil berbisik.

Melihat itu Nias menghentikan sarapannya. "Aldi lepaskan, kau menyakitinya," perintah Nias.

Disisi lain, ketika Ana mendengar ancaman itu tak lantas membuatnya sedikitpun takut. Dia langsung sigap mendorong tubuh sepupunya dan menjerit sekuat tenaga.

"HMMMPP!"

Tangannya yang kecil terus di kepak-kepak, namun sayang beribu sayang, sekuat apapun berusaha, tenaga Aldi jauh lebih besar, membuat gadis berkacamata itu hanya bisa terombang ambing terseret menuju luar.

"Aldi jangan lakukan itu, kau mau membawanya kemana Aldi!" bentak Nias histeris sambil berlari mengejar sang putra.

...

Di garasi...

Berdua, Ana dan Aldi berada dalam satu ruangan sepi yang sama. Raut kesal nampak jelas di wajah cantik Ana, membuat gadis itu sesekali melemparkan tatapan tak suka.

"Kau jangan bilang apa-apa tentang itu ya, kalau tidak..."

"Memangnya apa peduliku, Kakak saja mengejekku seharian kemarin dan juga hari ini, masa aku tidak bisa mengejek Kakak balik."

"Iya deh, aku salah," tegas Aldi tertunduk mengaku salah.

"Sekarang aku tak akan mengejek mu lagi, jadi jangan katakan apapun pada Mama mengerti?"

Semakin dilarang, api semangatnya untuk mengatakan peristiwa memalukan itu malah semakin berkobar-kobar.

"TANTE!" teriak Ana dari dalam garasi.

Secepat mungkin Aldi kembali membungkam mulut gadis itu.

"Kau ini bisa diam tidak? kalau Mama datang ke sini bagaimana, kau tahu kan mama ku selalu ingin aku menikah, bisa-bisa kau yang jadi pengantinnya kalau ketahuan kita disini bersama." Aldi celingukan memastikan tidak ada siapapun disekitar mereka.

Sementara itu Ana langsung terdiam dengan bola mata membulat sempurna. Gadis itu menampar tangan Aldi dengan kasar untuk segera berhenti menutup mulutnya.

"Gak akan, kalau kau teriak aku yang repot," balas Aldi.

Ana menggeleng meyakinkan bahwa dia tidak akan berteriak.

"Kau janji?" tanya Aldi dan dibalas dengan anggukan.

Tangannya yang besar perlahan di angkat hingga gadis itu dapat berbicara kembali dengan lebih nyaman.

"Kakak merusak wajahku," kesal Ana sambil meraba kedua pipinya yang chubby.

"Makannya patuh, disuruh diam malah ngeyel."

Mata cantik gadis itu tak bisa menutupi rasa kesalnya. Jauh di lubuk hati terdalam Ana masih mempertanyakan, mengapa dia dulu bisa jatuh cinta pada seseorang sepertinya?

Melihat pria dihadapannya bersikap angkuh, semakin mendorong Ana untuk memberi pukulan telak di hadapan wajah menyebalkan itu, namun dia tahu hasil dari pukulan itu justru akan berbalik buruk padanya. Jadi apa yang bisa dia lakukan saat ini?

"Kak, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan."

"Kau memangnya siapa berani membuat kesepakatan denganku?"

"Kalau tidak mau ya sudah, aku akan bilang pada Tante." Ana hendak berlari namun kerah bajunya seketika ditarik dari belakang.

"Eitsss... tunggu dulu, kau ingin membuat kesepakatan apa?"

"Sip, masuk perangkap" batin Ana senang.

"Ummm... bagiamana sebagai ganti aku menutup mulut, Kakak memberiku upah per hari, rincian biayanya adalah untuk menyenangkan hatiku soalnya kalau aku tidak bahagia mulutku susah diatur, jadi Kakak setuju dengan ideku kan?"

"Yang benar saja, mana ada biaya seperti itu."

"Tuh kan, hatiku jadi tidak senang sekarang, aduh TANTE..."

Sebelum benar-benar berteriak, Aldi lagi-lagi harus membungkam mulut gadis itu.

"Iya-iya, dasar bocah licik." Aldi mengeluarkan lembaran uang berwarna merah muda beberapa lembar lalu meletakkannya pada kedua tangan gadis berkacamata didepannya.

"Untuk sebulan, kau tidak boleh mengatakan apapun pada Mama oke."

warna merah muda dengan senyum gembira ternyata dapat membawa aura bahagia. Ana mengantongi uang tersebut dalam sakunya lalu membuat isyarat menutup mulut dengan kedua jarinya.

"Aman, biaya tutup mulut diterima."

Setelah melakukan kesepakatan singkat itu, Ana terbirit-birit keluar dan tanpa sengaja matanya dikejutkan dengan sosok wanita yang berdiri seolah menanti dirinya.

"Ana, kau darimana?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 20 Rayyan

    "Kak? Kak Aldi lihat kak Alif tadi?" tanya laki-laki itu kembali, saat Aldi terhenti dengan jawabannya. Dan disaat itu pula pria yang diduga adik Alif itu tak sengaja bertemu mata dengan gadis yang dirasa diketahuinya. "Eh Ana, kau disini juga," sapa Rayyan terheran melihat kehadiran teman barunya yang dia temui kemarin saat masa orientasi di universitas yang sama. "Umm, apa kalian sedang berkencan?" "ENGGAK!" Jawab Ana spontan dengan suara keras. Kedua pria itu tampak diam, terkejut dengan jawaban Ana "umm itu... Dia saudaraku," lanjut Ana malu-malu sembari meremas sepuluh jarinya. "Oh kalau begitu bolehkah aku ikut bergabung sebentar? Aku gak bertemu orang yang bisa ku ajak bicara dari tadi, kakakku benar-benar membuatku kelelahan setengah mati," kata Rayyan terlihat begitu lelah. "Boleh boleh, sini," dengan cepat Ana mendekatkan salah satu kursi kosong untuk sang teman. Sikap Ana yang malu-malu itu membuat Aldi melipat kedua tangannya di depan dada. "Dih, bisa malu-malu jug

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 19 crush

    Pertanyaan mendadak itu lantas membuat Ana mematung. Dia tatap pelan-pelan wajah Aldi dengan pandangan yang sulit diartikan. "Itu emm...," Ana menyimpan sendok dengan bola mata yang sesekali menghindari tatapan intens dari sang sepupu. "Kau punya pacar ya?" tebak Aldi. "Enggak kok, itu cuma...," "Cuma apa?" Ana lantas melirik pelan pelan mata Aldi yang tampak menusuk dengan getar nada suara yang menunjukan dia tidak bisa menerima jawaban menggantung lagi. "Kakak gak perlu tahu, ini rahasiaku." Telinga yang sudah siap mendengarkan itu kembali dibuat kecewa saat Ana membalas demikian. "Tck rahasia lagi," pekik Aldi sembari membuang muka, namun sialnya Ana seolah tak peduli dan tetap melanjutkan memakan eskrim. Tidak bisa dielakkan, Aldi sepertinya mengenal jaket pria di ponsel gadis itu, rasanya seperti jaket Aldi yang dulu, namun jika memang benar itu adalah dirinya, tak ada kemungkinan gadis itu bisa memotret Aldi secara diam-diam, bahkan jika itu terjadi 10 tahun yang lalu,

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 18 eskrim

    Mendengar bisikan tak mengenakan itu lantas membuat Aldi seketika terbakar emosi. Tangannya spontan mencubit pinggang Alif sekencang mungkin. "Aaaa!" Alif segera mengusap pinggangnya yang terasa sakit sekaligus panas akibat cubitan tanpa perasaan hadiah dari sang teman. "Lain kali, hati-hati kalau bicara, ku dengar kau mengoceh tak jelas lagi, giliran mulutmu yang ku habisi," bisik Aldi namun masih dapat terdengar oleh sang sepupu dari depan sana. "Iya deh, sensitif amat, kau seperti tidak tahu kelakuanku saja," balas Alif dengan tetap mengusap bekas cubitan yang masih terasa panas. Tanpa membalas, Aldi melayangkan tatapan tajam pada sang teman, pria itu hanya diam sembari melipat kedua tangannya, namun karena diamnya itu, Alif semakin tak ingin bertingkah lagi, seolah ada ancaman keras yang terus dikatakan oleh kedua sorot bola mata pria berkepala tiga tersebut. "Hehe, dia benar-benar marah, aku harus segera kabur sekarang," batin Alif takut. "Aduh, aku lupa beli sabun, kalau b

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 17 cek cok

    Dalam sekejap, raut Ben mengerucut, dia tatap wajah Ana lekat-lekat seolah ada rahasia yang sengaja gadis itu sembunyikan darinya. "Tak biasanya kau menjawab cepat begitu, ada yang disembunyikan ya?" tanya Ben dengan mata menyipit curiga. "Haha, mana ada aku berbohong, itu mustahil." Gadis itu tiba-tiba tertawa paksa sembari memukul Ben beberapa kali. "Beneran gak perlu ditunggu nih?" Ben memastikan lagi. "Tentu saja, jangan khawatirkan aku, kau pergi saja duluan, cepat pergi gih," usir Ana dengan bumbu canda. "Yasudah, aku duluan ya, dan kalau tantemu tidak datang, telepon saja aku." Ben memasang helm lalu memutar kunci berniat pergi. "Iya, nanti kalau tanteku tidak datang aku pasti menghubungimu," ucap Ana meyakinkan. "Baiklah aku duluan ya." "Ya, hati-hati." Pada akhirnya Ben pergi tanpa penumpang lagi, ada rasa penasaran yang tak bisa dia sembunyikan, namun apalah daya Ana sepertinya tak mau orang lain tahu tentang rahasianya. Sementara itu dibelahan tempat lain

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 16 tawaran pekerjaan

    Keesokan hari, setelah mengantar Ana pergi menuju kampus. Di ruang kamar pribadi, Aldi tengah mencoret coret tablet, membuat ukiran gambar kartun unik nan lucu disana. "Huh, akhirnya selesai." Begitu hasil desain yang dirancang menggunakan ilusi gambar hidup, Aldi lalu menyalakan laptopnya kembali untuk mengirimkan hasil pada sang klien. Sambil menunggu balasan, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan baru saja masuk. Dibukanya pesan tersebut dan terlihat salah satu temannya mengirim pesan berisi tawaran pekerjaan. 'Aldi, aku punya tawaran pekerjaan nih, lagi sibuk ga?' tulis Alif, teman satu pekerjaannya. 'Ga, pekerjaan apa?' balas Aldi sembari sesekali memainkan kursor pada laptopnya. 'Ada kenalan ku, dia butuh bantuan untuk membuat video penjelasan tentang anatomi tubuh manusia untuk pembelajaran. Kau kan pernah belajar yang seperti itu, jadi kau pasti lebih faham, aku sedang sibuk mengerjakan projek lain.' 'Baiklah, tapi tenggat waktu selesainya kapan?' 'Sep

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 15 setan?

    Dalam dekapan yang menakutkan, Ana terus melantunkan ayat kursi dalam hati, tangannya bahkan telah berubah begitu dingin saking ketakutannya dia saat ini. Sementara itu Aldi masih menelaah. Apa itu perasaan jernih? Dia sama sekali tidak merasakan perasaan itu sama sekali. "Perasaan jernih apa, wanita itu pasti berbohong," batin Aldi. Sebelum sadar sepenuhnya akan tindakan gegabah tersebut, Aldi perlahan meraih tangan sang sepupu, dan di saat itu pula dia baru sadar akan sesuatu. Brugh... Ana didorong secara spontan dan langsung tersungkur ke lantai. "Ugh," rintih gadis itu. Aldi yang hendak meraih sang sepupu yang mungkin kesakitan akibat ulahnya tiba-tiba terhenti dan langsung memegang kening akibat denyutan yang tiba-tiba datang. "Ugh... Kepalaku ini kenapa lagi?" Terlihat di depan sana Ana terjatuh ke lantai. Dan di sana Aldi samar-samar dapat melihat, dibalik kacamata khasnya, genangan air mata menggenang hampir terjatuh dari ujung pelupuk. "Akh Ana maaf, kau tidak apa-a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status