Share

Bab 6

Author: Cintya
"Penjelasan ini bisa kuterima untuk sementara," ucap Michelle. Dia menatap Kezia dalam-dalam sekilas sebelum bertanya, "Kalau begitu, kamu jelaskan padaku. Kenapa kamu tahu jelas semua informasi rahasia tentang Landon?"

Kezia membelalakkan mata dan membalas, "Dewiku, kamu menguping pembicaraanku dan Leona?"

Michelle menunjukkan ekspresi sebal. Dia menimpali, "Aku sedang berjemur. Kalian berlari ke belakangku dan mulai melakukan transaksi nggak benar. Kamu malah menyalahkanku menguping?"

Kezia terdiam. Dia mengeluh dalam hati, 'Transaksi nggak benar? Dewiku, kamu benar-benar pandai memilih kata.'

"Jangan alihkan pembicaraan. Jujur padaku. Kenapa kamu bisa tahu hal yang bahkan majalah gosip saja nggak tahu?" tanya Michelle.

Daripada mengatakan para paparazi itu tidak bisa dapat berita tentang Landon, lebih baik mengatakan bahwa Landon pernah menekan semua pekerja media. Jadi, orang-orang sama sekali tidak berani menyebarkan berita tentangnya.

Pilihan lainnya, Kezia juga bisa mengatakan bahwa pekerja media takut pada Landon dan Keluarga Mizwar. Itu sebabnya, semua berita tentang Landon sengaja dianggap tidak pernah ada.

Michelle mengangkat wajah mungil Kezia dan menatapnya dengan tajam. Dia bertanya, "Jangan bilang kamu juga seperti Leona yang suka pada putra keluarga kaya?"

"Apa?" balas Kezia.

"Maksudku, apa kamu juga suka sama Landon? Itu sebabnya kamu ikuti info gosip tentangnya, bahkan tahu jelas apa selera makanannya."

Uhuk! Uhuk! Kezia tersedak.

"Jawab!" desak Michelle.

"Aku bersumpah demi hati nuraniku. Sama sekali nggak," tutur Kezia.

"Yang kamu pegang itu dada kanan!" seru Michelle.

Kezia tidak bisa berkata-kata.

Di jalan besar di luar kampus. Di dalam mobil Hummer, Calvin melirik sekilas pria yang mengurus berkas di kursi belakang dari pantulan kaca spion dalam mobil. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya memanggil, "Bos."

"Katakan," ucap Landon tanpa menengadah.

Calvin menunjuk ke arah luar, lalu berujar, "Gadis itu sepertinya ... istrimu."

Jari-jari tangan yang putih mulus berhenti sejenak. Pena hitam yang digunakan untuk menandatangani juga langsung berhenti. Landon menengadah untuk melihat ke arah yang Calvin tunjukkan.

Di seberang jalan, Kezia sedang menunduk dan berjalan di belakang teman perempuannya yang bertubuh tinggi.

Kezia membuka mulutnya seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya ditahan. Wajah mungilnya yang putih bersih tampak bimbang. Kedua matanya yang besar berputar dengan lincah dan jeli.

Landon mengalihkan pandangannya, menutup berkas, lalu bertanya, "Berita semalam sudah diselidiki siapa yang diam-diam memotretnya? Kenapa stasiun televisi itu berani menayangkannya?"

Calvin mengangguk seraya menyahut, "Sudah diselidiki."

Landon memerintahkan, "Singkirkan paparazi itu. Ke depannya, aku nggak mau lihat dia ada di Kota Badaga lagi. Mengenai stasiun televisi itu, hubungi pemimpin Lembaga Penyiaran. Minta mereka untuk tekan stasiun televisi itu. Selama aku belum bilang berhenti, terus tekan saja."

"Baik," balas Calvin.

Calvin duduk tegak. Dia memperhatikan ekspresi dingin Landon dengan hati-hati sebelum menyampaikan, "Pak Landon, berita semalam itu karena ada campur tangan seseorang. Itu sebabnya, stasiun televisi berani menayangkannya."

Landon menaikkan alis sembari bertanya, "Siapa?"

Calvin menyebutkan sebuah nama. Katanya, "Anders Kusman."

Ekspresi Landon seketika menjadi dingin. Sorot matanya memancarkan kilatan dingin dan tajam. Dia bertanya lagi, "Dia orangnya?"

Lantaran tahu Landon sangat marah saat ini, Calvin langsung bercucuran keringat dingin. Dia tidak berani membalas.

Wajahnya tampak seakan-akan diselimuti awan gelap. Landon tertawa dingin sejenak, tetapi tidak meluapkan kemarahannya. Jakunnya bergerak naik turun dan mengeluarkan suara tawa dingin. Sorot matanya dingin dan menyeramkan.

Lampu hijau menyala. Calvin melajukan mobilnya dengan perlahan dan berusaha memecah keheningan di dalam mobil. Dia bertanya, "Bos, mau telepon istrimu biar sekalian jemput dia pulang?"

Landon langsung menengadah dan melirik Calvin dengan tajam, lalu menimpali, "Kamu merasa cerewet nggak?"

Calvin ingin menampar mulutnya sendiri. Dia mengangguk seraya membalas, "Iya, cerewet."

"Kalau cerewet, kurangi bicara!" sergah Landon.

"Baik," sahut Calvin.

"Hubungi dia. Suruh dia keluar," perintah Landon.

"Apa?" tanya Calvin.

"Selain cerewet, pendengaranmu juga bermasalah?" komentar Landon.

Calvin terdiam. Dia merasa sangat tertekan.

Calvin heran kenapa bosnya tidak bertindak seperti biasanya. Bukannya saat ini Landon seharusnya langsung pergi dengan dingin dan tidak berperasaan? Kenapa setelah mengatai Calvin terlalu ikut campur dan cerewet, Landon malah menyuruhnya menghubungi Kezia? Tidak seharusnya seperti ini.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 100

    Landon kembali ke Kota Badaga. Tempat pertama yang dia tuju adalah rumah sakit. Yukio terluka. Kalau dia tidak datang menjenguk, rasanya tidak pantas.Saat pintu kamar rumah sakit terbuka, Yukio belum tidur. Dia sedang memejamkan mata sambil beristirahat. Mendengar suara langkah kaki dan aroma maskulin yang familier, dia tak perlu membuka mata untuk tahu siapa yang datang."Aduh ...." Yukio mengerang pelan. Matanya tertutup rapat, wajahnya tampak lemah dan penuh penderitaan.Landon menarik kursi dan duduk di sisi ranjang. Yukio perlahan membuka mata, menampilkan tatapan lemah dan bingung."Landon? Kamu ... kapan kamu masuk?" tanya Yukio dengan lirih, lalu berusaha bangkit.Landon menahan bahunya. "Jangan bergerak, istirahat saja."Yukio kembali berbaring, wajahnya pucat pasi. "Dari mana kamu tahu aku dirawat?""Dengar dari siaran radio.""Aku sudah duga. Pasti paparazi memotretku waktu aku diantar ke rumah sakit. Aku sudah minta manajerku atur semuanya, semoga berita itu nggak terlalu

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 99

    'Tsk, tsk.' Calvin berdecak dalam hati, lalu berdeham. "Bos lagi nunggu telepon dari istri ya?"Landon meliriknya dengan dingin. "Kamu ini makin berani saja sekarang."Calvin mencebik. Masa tanya begitu saja salah?Tiba-tiba, ponsel berbunyi. Calvin belum sempat bereaksi, Landon sudah langsung meraih dan mengangkatnya. "Halo?""Tuan Landon, ini aku."Nada suara Landon langsung turun. "Bi Wanda."Wanda yang berada di seberang telepon agak heran, mendengar nada tak senang dari Landon. "Kenapa? Tuan kira ini siapa?"Ya ... dia pikir itu Kezia. Namun, ternyata ....Landon menggigit bibir, tak menjawab langsung. "Ada apa, Bi Wanda?""Nggak ada apa-apa. Cuma mau kasih kabar, dua hari lagi aku sudah bisa pulang. Untuk dua hari ini, Tuan dan Nyonya urus diri sendiri dulu ya ....""Kamu nggak di rumah?" Landon langsung menyela."Ya, dua hari ini aku di luar. Anak keluargaku sakit, jadi aku bantuin jaga. Aku sudah telepon Tuan, tapi nggak diangkat, jadi aku kasih tahu Nyonya saja. Nyonya nggak b

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 98

    Sekalipun Kezia bodoh, dia tetap bisa menyadari bahwa mereka berniat mencelakainya."Kamu mau apa? Jangan sentuh aku!" Kezia menepis tangan pria berbaju hitam yang mencoba menariknya turun.Pria itu tetap memaksa. "Silakan turun, Nona."Mereka ingin membunuhnya! Itulah yang terlintas cepat di benaknya. Apabila sesuatu terjadi padanya di sini, Yukio bisa lepas tangan. Tanpa bukti, dia bahkan bisa menyalahkan Kezia karena menuduhnya tanpa dasar.Apa pun yang terjadi, dia tidak boleh keluar dari mobil ini!Namun, pengawal Yukio bukan orang biasa. Tenaganya terlalu besar. Karena panik, Kezia refleks memeluk lengan Yukio. "Yukio, kamu ini artis. Percaya nggak, besok aku bakal sebar berita bahwa kamu menindasku, membawa orang biasa sepertiku ke tempat sepi di tengah malam begini. Apa niatmu, hah?"Ekspresi Yukio langsung berubah dingin. Dia juga malas berpura-pura lagi. "Lepaskan! Ini baju rancangan desainer luar negeri! Kamu bisa ganti kalau rusak?""Aku suruh kamu lepas! Dengar nggak?" Kar

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 97

    Kezia tidak ingin bertele-tele dengan wanita itu, jadi dia langsung masuk ke pokok pembicaraan.Yukio mengangkat tangannya, memeriksa kuku yang baru saja dia buat siang tadi, lalu mengangkat ekor matanya dengan angkuh. "Aku bisa kasih kamu 20 miliar, tapi apa balasannya?"Kezia menatapnya. "Bukankah kamu ingin aku meninggalkan Landon?""Kamu ingin meninggalkannya?" Yukio balik bertanya.Kezia tertawa ringan, tubuhnya bersandar dengan santai ke kursi, ekspresinya tidak acuh. "Dua puluh miliar itu jumlah yang besar. Kalau aku hemat, mungkin seumur hidup nggak akan habis. Kalau aku pintar dan investasikan dalam usaha, mungkin bisa untung 20 miliar lagi.""Kalau kamu benar-benar mau melakukan transaksi seuntung ini, kenapa nggak? Terima kasih, uang ini akan kugunakan sebaik mungkin."Dalam hati, Yukio mengejek Kezia yang menurutnya sangat bodoh. Harta Landon jauh lebih banyak dari 20 miliar. Kalau Kezia bisa menyenangkan hatinya, dia bisa menikmati seluruh kekayaan itu. Namun, pemikiran Ke

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 96

    Pintu mobil terbuka. Seorang pria berpakaian serba hitam keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arah Kezia. "Nona Kezia."Kezia mengangkat kepala dan menatapnya dengan dahi berkerut. "Siapa kamu?"Pria berbaju hitam itu menunjuk ke arah mobil di samping. "Nona Kezia, Nona Yukio ingin bertemu denganmu."Yukio? Kezia langsung mengenalinya. Pria ini adalah pengawal Yukio yang pernah dia lihat di kafe waktu itu."Ada urusan apa?" tanya Kezia dengan suara datar.Pengawal itu menunjuk pintu belakang mobil dan menurunkan suaranya. "Nona Yukio ingin bicara langsung. Silakan naik ke mobil."Ternyata benar Yukio."Maaf, tolong sampaikan pada nonamu, aku sedang nggak ada waktu." Kezia menolak dengan tegas. Dia benar-benar tidak ingin terlalu banyak berurusan dengan wanita simpanan Landon itu.Seolah-olah sudah memprediksi penolakan itu, pengawal itu langsung membalas, "Nona Yukio bilang dia datang untuk menyetujui permintaan yang pernah kamu ajukan."Kezia tampak bingung. "Permintaan apa?"Penga

  • Pernikahan Rahasia: Dimanja CEO Dingin   Bab 95

    Saat itu, sekelompok pejalan kaki lewat di antara mereka, memaksa Sevyn melepaskan tangan Kezia, dan hanya bisa menyaksikan Kezia terdorong oleh kerumunan dan menjauh."Kez!" teriak Sevyn dengan keras.Kezia tertegun, pikirannya penuh dengan dengungan kacau. Dunia seolah-olah menjadi sunyi senyap, dia tak bisa mendengar apa-apa.Begitu dia tersadar, Kezia bahkan tak tahu sedang berada di mana. Dia merasa linglung, tak yakin apa yang baru saja terjadi.Mungkinkah itu mimpi? Mungkinkah hanya ilusi? Ini tidak mungkin. Sevyn sudah menghilang selama bertahun-tahun, mana mungkin tiba-tiba muncul begitu saja?Pasti dia salah lihat. Pasti hanya ilusi! Lagi pula, dua malam ini dia kurang tidur. Jelas-jelas pikirannya sedang bermasalah.Namun ... sentuhan hangat di pergelangan tangannya tadi masih begitu nyata. Jelas sekali ada yang menggenggamnya barusan.Kezia berjalan seperti zombi di tengah keramaian, entah sudah sejauh apa dia melangkah, sampai akhirnya tubuhnya terasa begitu berat dan dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status