Home / Rumah Tangga / Pernikahan Rahasia Suamiku / BAB 6 - ALASAN DAN PENASARAN

Share

BAB 6 - ALASAN DAN PENASARAN

Author: Memey Yin
last update Huling Na-update: 2021-08-16 13:00:00

Setelah panggilan terputus Bulan melempar asal ponselnya ke atas ranjang. Tangannya menyahut kertas gambar yang tadi dipakai untuk menuangkan ide menggambarnya kemudian meremasnya dengan pelan dan melemparnya dengan mata yang berkaca-kaca. 

“Mampukah aku bertahan sementara hatiku saja terasa sesak seperti ini? Tuhan, kenapa takdir yang kau berikan harus serumit ini? Astaghfirullah,” gumam Bulan seraya menekan dadanya dengan pelan.

Bulan memilih masuk ke kamar mandi dan berwudhu, lebih baik ia menyerahkan semuanya kepada sang pemberi kehidupan. Percuma saja mengeluh dan meratapi nasib, sekuat apa pun kita melawan takdir, jika Tuhan sudah menuliskan skenarionya, maka manusia hanya mampu menjalaninya. 

Setelah selesai melakukan salat, masih terlihat jelas jejak air mata di kedua pipinya yang masih basah. 

Perlahan Bulan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya berharap semuanya akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu.

Waktu, ya hanya menunggu waktu dan semuanya akan membaik.

Bulan sudah duduk di taman ditemani dengan secangkir teh hijau yang menenangkan. Ia hanya tidur beberapa jam saja karena bingung harus memberikan alasan apa kepada kedua orang tua Alfan. 

“Huft!” Bulan menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan pelan.

“Ayo berpikir Bulan.” 

Bulan berdiri dan mondar-mandir seperti setrika sambil memutar otak mencari alasan logis tentang kepergian Alfan. 

Tiba-tiba terlintas ide konyol di kepala Bulan. Alasan masuk akal dan yang pasti kedua orang tua maupun mertuanya tidak akan curiga sama sekali. 

Biarlah Alfan setuju atau tidak, hanya itu alasan yang terdengar masuk akal dan jelas orang tuanya atau mertuanya tidak akan mungkin banyak bertanya.

Bulan sedang memegang ponselnya dengan sedikit keraguan. Namun pada akhirnya ia menekan ponselnya beberapa saat dan menempelkannya di telinga.

“Halo. Apa kabar Ma?” 

“Baik-baik, kalian bagaimana? Jadi ke rumah hari ini?” 

“Begini Ma, ada yang mau aku sampaikan.” 

“Ada apa, Nak? Sepertinya kok serius sekali.” 

“Begini, Ma. Sepertinya Bulan dan Mas Alfan tidak bisa kesana soalnya kami mau pergi. Mama tidak keberatan, kan?” 

Di ujung panggilan Mama Silvi mengerutkan keningnya.

“Kalian mau pergi ke mana? Honeymoon?” 

“Iya, Ma. Kurang lebih mungkin seminggu. Mama dan papa tidak masalah bukan kalau kami ke sana sepulangnya saja?” 

Terdengar kekehan pelan sebelum menjawab, “Tidak. Kami tidak keberatan sama sekali. Kalian mau pergi ke mana biar mama yang mengurusnya.” 

“Kami sudah mengurus semuanya, Ma. Kami mau pergi ke Bali saja. Sore nanti kami berangkat," ujar Bulan memberitahu.

“Jaga diri baik-baik di sana. Jangan lupa buatkan mama cucu yang banyak.” 

Terdengar ledakan tawa dari Mama Silvi. Mendengar tawa ringan yang tanpa beban itu membuatnya juga ikut tertawa pelan. Tapi dalam hati ia memohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah membohongi mereka. 

“Ya sudah bersenang-senanglah kalian di sana. Hati-hati dan jangan lupa pesan mama.” 

“Sampaikan salam Bulan sama papa. Sekali lagi kami minta maaf ya, Ma.” 

Setelah panggilan terputus akhirnya Bulan dapat bernapas dengan lega. Untung saja mertuanya percaya, jika tidak? Entah apa yang akan terjadi. 

Setelahnya Bulan mencoba menghubungi Alfan. Dua kali panggilan namun tidak diangkat juga oleh pemilik ponselnya. 

Sekali lagi ia mencobanya berharap kali ini akan tersambung. Dan benar saja akhirnya panggilan itu dijawab juga.

“Halo.” 

“Pagi, Mas Alfan. Maaf jika aku mengganggu, aku cuma mau pamit kalau sore nanti aku akan pergi ke Bali selama seminggu,” jelas Bulan.

“Ada apa? Memangnya ada keperluan apa kamu ke Bali? Dengan siapa?” 

Cecaran pertanyaan dari Alfan membuat Bulan memutar bola matanya malas.

“Aku sudah mencari alasan dan alasannya adalah pergi ke Bali untuk honeymoon. Jadi aku akan pergi ke sana untuk menghindari mama dan papa.” Bulan menjawab setelah Alfan terdengar tenang.

“Kamu tidak perlu pergi jauh-jauh, Bulan. Daripada kamu ke Bali sendirian lebih baik kamu datang ke Bandung saja.” 

Ke Bandung, apakah aku harus datang ke sana dan bertemu dengan kalian? batin Bulan.

“Tidak apa-apa, Mas. Kamu tenang saja, aku sekalian mau liburan. Nanti kalau kamu kembali, aku juga akan kembali.” 

“Tapi —” 

“Sudah ya Mas, aku cuma mau menyampaikan itu. Terima kasih, Mas Alfan.” 

Dengan sepihak Bulan memotong ucapan Alfan dan langsung mematikannya begitu ia selesai mengucapkan kalimat terakhirnya. 

***

Ponsel Alfan yang ada di atas meja bergetar beberapa kali sementara yang empunya sedang mandi. Kebetulan ada Zahra yang saat itu sedang merapikan kamar, ia melihat ponsel suaminya namun tak berani mengangkatnya. 

Queen Bulan. Nama yang tertera di layar ponsel tersebut. 

Zahra hanya melirik sekilas sambil berpikir siapa itu. Ia memang tak terlalu mengenal sahabat ataupun rekan kerja Alfan. Statusnya yang tersembunyi membuat ia tak banyak tahu tentang suaminya diluar sana.

Ceklek! 

Pintu kamar terbuka dan Alfan masuk ke dalam kamar dengan handuk yang masih melingkar di lehernya. 

“Mas, ponselmu sedari tadi bunyi,” ujar Zahra pada Alfan yang dijawab anggukan. 

Alfan langsung mengambil ponselnya dan melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Bulan. 

“Aku mau telepon sebentar, kamu tunggu di luar ya, Ra.” Tidak biasanya Alfan meminta waktu untuk sekadar menelpon.

Zahra langsung mengangguk dan keluar dari kamar sambil menebak siapa gerangan yang akan dihubungi suaminya.

Alfan baru saja mau menghubungi Bulan saat ponselnya kembali berdering. Secepat kilat ia mengangkatnya sambil duduk di atas ranjang. 

“Tapi —” ucapannya terputus ketika Bulan mematikan panggilan sepihak tanpa menunggu jawabannya. 

Alfan mendesah pelan, ia jadi merasa sangat bersalah dengan Bulan karena dirinya wanita itu menjadi repot seperti saat ini. 

Alhasil Alfan hanya pasrah ketika Bulan memilih pergi ke Bali selama dirinya berada di Bandung. Ia kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya sebelum mengantongi ponsel tersebut ke dalam saku celananya. 

Ia memilih keluar dari kamar sambil menunggu pesannya dibalas. Langkahnya membawanya menuju sofa dan langsung mengambil tempat duduk di samping istrinya.

Diam-diam Zahra menatap Alfan dengan mata yang menyorotkan kecurigaan. Pasalnya selama ini jika menerima panggilan Alfan tak pernah memintanya untuk keluar walaupun itu keluarganya sekalipun.

“Mas Alfan, boleh aku tanya?” Zahra menyuarakan diri.

“Hm,” gumamnya tanpa menoleh ke arah Zahra yang sedang duduk di sofa. 

“Siapa Queen Bulan itu, Mas?” 

Deg! 

To Be Continue ….

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yen San
lanjutkan kak
goodnovel comment avatar
Sasha Sasha
Ini ending nya bulan meninggal ya?
goodnovel comment avatar
Langit
..................
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 140 - IDENTITAS TERBONGKAR

    Dewi menggenggam erat pintu kamar mandi, tubuhnya benar-benar tak terkendali. Wajahnya memerah, keringat bercucuran, napasnya terengah. Bayangan Alfan seolah mengepung dari segala sisi.“Kenapa bisa begini?!” desisnya panik. Ia tak menyangka obat itu justru berbalik melawan dirinya.Ketukan keras di pintu membuat jantungnya hampir meloncat.“Dewi, kamu ngapain di dalam?” suara Nena terdengar tegas.“Aku … aku cuma haus, Mbak,” sahut Dewi dengan suara gemetar, berusaha menormalkan nada suaranya.Tapi Nena tak langsung percaya. “Haus kok lama banget di kamar mandi? Buka pintunya.”Panik menyeruak. Dewi buru-buru membasuh wajahnya dengan air dingin, lalu membuka pintu sedikit. “Maaf, Mbak. Aku tadi sekalian cuci muka. Panas sekali rasanya.”Nena mengamati wajahnya yang basah, pipinya merah padam. “Kamu sakit?” tanyanya curiga.“Tidak … hanya kecapekan.” Dewi tersenyum kaku, berusaha menutup pintu lagi.Namun, tatapan tajam Nena menelisik hingga ke hatinya. “Kalau memang sakit, jangan dip

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 139 - SENJATA MAKAN TUAN

    “Mas, kamu baik-baik saja, kan?” Ayesha yang sejak pagi gelisah, menghubungi suaminya.“Ada apa?” tanya Alfan dengan nada heran.“Tidak apa-apa, hanya saja perasaanku tidak enak.”“Cepatlah pulang. Sepertinya kamu sangat merindukanku,” godanya sambil terkekeh.“Aku serius, Mas!” desis Ayesha.“Semuanya baik-baik saja, Sayang. Cepatlah pulang. Aku merindukanmu.”Ayesha singkirkan perasaan itu dari dalam dirinya. Namun, ketukan pintu di kamarnya membuat wanita itu berpaling.Di depan pintu, kliennya berdiri dengan senyum lebar. Seolah bisa menebak apa yang terjadi, Ayesha langsung menggeleng tegas.“Kali ini tidak ada tawar menawar lagi, Nona. Sudah cukup saya memaklumi permintaanmu.”“Hanya kali ini saja, Nyonya. Saya mohon.”“Saya tidak bisa.”“Saya akan membayar waktu Anda selama di sini.”Ayesha lemparkan senyum lebar, garis halus di sekitar matanya terlihat samar. “Ini bukan tentang nominal, Nona. Ini soal rasa profesional. Kesepakatan Anda sudah terlalu melenceng jauh. Demi bertah

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 138 - SEMAKIN BERANI

    Ayesha menghubungi Sarah, sahabatnya yang bekerja sebagai jurnalis investigasi. Sarah terkenal memiliki akses ke berbagai sumber informasi. “Sarah, aku butuh bantuanmu,” kata Ayesha saat mereka bertemu di sebuah kafe kecil di pusat kota. “Apa ini soal butikmu?” tanya Sarah sambil menyeruput cappuccino. “Bukan. Ini soal asisten rumah tanggaku, Dewi, dan juga pasangan aneh yang menemui Alfan beberapa waktu lalu.” Sarah mengangkat alis. “Apa yang mereka lakukan?” Ayesha menceritakan semuanya, mulai dari percakapan mencurigakan Dewi hingga tawaran absurd pasangan itu. Sarah mendengarkan dengan serius, lalu mengangguk. “Kurasa, ada gila-gilanya mereka melamar suamimu,” kekeh Sarah. “Aku penasaran seburuk apa wajah wanita itu sampai menggilai suami orang.” “Katanya sih masih muda.” “Umur bukan jaminan. Asal banyak hartanya.” “Sepertinya mereka juga bukan orang sembarangan. Buktinya mereka menawarkan jaminan atas bisnis Alfan di sini.” Sarah mengangguk. “Baiklah, aku akan menyelidi

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   Bab 137 - FIRASAT

    Melani memutar otak, mencoba mencari celah lain. “Bagaimana kalau kita cari tahu tentang istrinya? Siapa tahu kita bisa menemukan sesuatu yang bisa dijadikan senjata.” Pria itu mengangguk setuju. “Hubungi detektif pribadi kita. Minta dia menyelidiki semua tentang wanita itu dan keluarganya. Kalau ada rahasia yang bisa kita gunakan, kita tidak perlu memaksa pria itu secara langsung.” Melani mengeluarkan ponselnya, segera menghubungi seseorang. Sementara itu, putri mereka yang masih terobsesi dengan Alfan duduk di kamar, menatap foto pria itu di ponselnya dengan tatapan penuh hasrat. “Suatu hari nanti, kamu pasti akan menjadi milikku,” gumamnya pelan. “Aku tidak peduli berapa banyak rintangan yang harus aku hadapi. Bahkan jika itu berarti menghancurkan pernikahanmu.” ♡♡♡ Ayesha memandangi laporan bulanan butiknya dengan rasa puas. Angka penjualan meningkat tajam, bahkan beberapa klien baru mulai menunjukkan ketertarikan untuk bekerja sama dengannya. Namun, pikirannya kembali me

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   Bab 136 - Bukan ART biasa

    “Ternyata suamiku ini memiliki banyak pengagum. Bahkan ada yang melamar meski sudah tahu jika sudah memilki istri. Apakah aku harus bersyukur atau justru takut, ya. Bagaimana menurutmu, Mas?” sindir Ayesha.“Aku benar-benar tidak mengenal mereka. Tiba-tiba datang dan melamar begitu saja.” Meski sama-sama bergelut dalam dunia bisnis, sepertinya Alfan tak begitu mengenal pasangan suami istri tersebut. Mungkin karena ia baru melebarkan sayapnya di kota ini atau bagaimana, yang pasti wajah mereka tak terlalu populer hingga Alfan dengan mudah mengenalinya.“Mereka bahkan menawarimu sebuah perusahaan dan akan memastikan seluruh bisnismu akan maju. Tawaran yang menggiurkan. Apa wanita itu cantik?” kata Ayesha. Ia mendengus jengkel meski kedua orang tamu tidak tahu diri itu sudah meninggalkan ruangan.“Putri mereka yang mana saja aku pun juga tidak tahu. Benar-benar aneh,” bantah Alfan.“Jika putrinya menyukaimu sejak pandangan pertama artinya pernah ada interaksi di antara kalian, Mas. Kamu

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   BAB 135 - DILAMAR

    Setelah beberapa minggu berlalu, akhirnya berita tentangnya dan sang suami mereda dan tergantikan oleh berita panas lainnya.Butiknya telah kembali buka. Bahkan kini lebih banyak pengunjung yang datang dari kalangan pejabat dan beberapa istri-istri pengusaha.Tentu saja mereka bukan hanya datang karena sekadar tertarik dengan rancangan pakaiannya. Namun, beberapa dari mereka ada yang mencoba menjalin pertemanan.Entah itu benar-benar tulus atau menginginkan hal lain.Beberapa kali juga ia mendapatkan undangan untuk masuk ke dalam group sosialita.Ayesha hanya menanggapinya dengan senyum tipis seperti biasa.Setelah ujian selalu ada kebahagiaan. Tidak akan ada kehidupan yang akan berjalan lurus dan mulus. Selalu ada rintangan dan halangan.Begitulah kehidupan.Ayesha yang baru saja mengambil air dari dapur, tidak sengaja mendengar suara Dewi yang sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel. Ia menajamkan pendengaran untuk mengetahui isi obrolan tersebut. Namun, saat berjalan mende

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status