Share

4. Malam Pertama

Hari yang telah berlalu membawa Aily ke dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia bayangkan. Dimana dengan gaun pernikahan yang telah dia gunakan, Aily telah ditetapkan sebagai istri dari seorang pria yang baru dia temui dua minggu lalu. Membuat mereka berdua pada akhrinya telah sah menjadi sepasang suami istri di tengah pesta pernikahan sederhana yang baru saja usai.

"Jadi, malam ini setidaknya kalian tidur di sini kan?" tanya Mama dari Leo yang kini sudah berdiri di hadapan Leo dan juga Aily.

Belum sempat Aily menjawab pertanyaan itu, Leo justru lebih cepat menganggukkan kepalanya sebagi sebuah jawaban untuk Ibunya sendiri.

"Ya, aku dan Aily akan tidur di sini malam ini sebelum akhirnya besok pindah ke apartemen baru kita," jawab Leo menjelaskan.

"Kalau begitu, masuklah ke kamar. Kalian pasti perlu beristirahat setelah melewati hari yang panjang," ucap Mama Leo lagi pada keduanya.

Dimana hal itu membuat Leo menyunggingkan senyumnya di sana. Senyuman yang mampu membuat Aily jadi bergidik ngeri sendiri saat melihatnya.

"Kalau begitu, aku dan Aily akan pergi ke kamar dulu, Ma. Mama juga beristirahatlah," ucap Leo pada Ibunya. Sementara Aily sendiri hanya bisa menunjukan senyuman kakunya pada wanita yang sekarang telah menjadi ibu mertuanya tersebut tanpa bisa mengatakan hal lain lagi. Ia terlalu ngeri saat harus menatap Leo yang tersenyum penuh arti di sana.

"Iya, have fun, Sayang!" seru Mama Leo dengan satu kedipan mata yang telah ia tunjukan.

Aily sampai harus menggelengkan kepalanya sendiri dengan keras begitu wanita itu pergi menjauh darinya. Gadis itu berusaha menyingkirkan segala pikiran yang ada di kepalanya soal malam ini.

"Ayo, Aily. Kita harus beristirahat," ucap Leo yang sudah menarik tangan Aily untuk menuju ke kamarnya. Aily mengangguk. Benar, beristirahat. Mereka harus beristirahat, bukan untuk—

"Apa kamu begitu gugup?" tanya Leo begitu mereka sudah berada di dalam kamar miliknya, dengan Leo yang sudah menutup pintu kamar itu dengan rapat.

Aily menelan ludahnya sendiri. Kepalanya menggeleng sebagai sebuah jawaban, dengan fakta bahwa Aily mencoba bersikap tenang di hadapan Leo. Ia tidak mau kegugupannya terlihat jelas, meski kenyataannya Leo sudah menyadari hal itu.

Melepaskan genggaman tangannya pada Aily, Leo kini berjalan sembari melepaskan jas yang ia kenakan dan menyimpannya sembarangan di atas single sofa yang ada di sana. "Kalau mau mandi, pergilah lebih dulu. Kecuali kalau kamu mau mandi bersamaku," ucap Leo yang sudah menatap ke arah Aily.

Aily salah tingkah dibuatnya. Gila, mendengar ucapan Leo saja sudah membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Menyandang status sebagai seorang istri membuat pikiran Aily menjadi lebih liar daripada biasanya.

"J–jangan macam-macam. Tidak ada kesepakatan untuk melakukan hal 'itu' selama pernikahan!" tegas Aily memperingatkan. Sementara Leo kini malah tertawa kecil mendengar penuturan Aily. "Kenapa, Aily? Tapi, tidak ada kesepakatan di antara kita juga untuk tidak melakukannya," ujar Leo menimpali Aily.

Sial! Aily sampai harus menelan ludahnya sendiri dengan susah payah. Apalagi, saat ia sudah melihat Leo yang sekarang telah melepaskan kemejanya. Menunjukan dada bidangnya di hadapan Aily dengan terang-terangan. Membuat pipi gadis itu lantas bersemu merah dibuatnya.

"Tuan Leo, kamu tidak seharusnya begitu di depanku!" tegas Aily yang sudah mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Melihat Leo yang bertelanjang dada seperti itu membuat Aily jadi malu sendiri dibuatnya. Tapi Leo kembali terkekeh pelan. Bukannya mendengar dan menuruti permintaan Aily di sana, ia justru malah melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Aily. Sebelum akhirnya ia berdiri tepat di hadapan Aily dengan jarak yang begitu dekat.

"Kenapa? kamu malu melihat aku?" tanya Leo yang dengan sengaja menggoda Aily di sana.

Aily tidak bergeming. Ia lebih memilih diam dan tidak menoleh sama sekali ke arah Leo. Walaupun ia pada akhirnya bisa menghirup aroma tubuh Leo yang begitu maskulin. Wangi yang membuat Aily nyaris terbuai dibuatnya.

Leo kini telah mendekatkan wajahnya pada sisi kepala Aily. Membuat bibirnya kini berada tepat di telinga gadis itu. "Kamu cantik malam ini, Aily," bisik Leo tepat di telinga gadis itu, membuat Aily meremang sendiri. Jantungnya berdebar dengan cepat. Bahkan, kedua tangannya kini sudah mengepal menahan dirinya agar tidak terbuai dengan pria itu.

Ini memang malam pertama mereka berdua, tapi Aily belum siap untuk kehilangan kegadisannya. Ia masih merasa takut, ia masih harus menyelesaikan pendidikannya beberapa tahun lagi. Bagaimana nantinya kalau ia hamil?

"J–jangan seperti ini," ucap Aily yang sudah mendorong tubuh Leo.

Sayangnya, apa yang ia lakukan malah membuat tangannya menyentuh langsung dada Leo. Membuat kulit mereka kini bersentuhan secara langsung satu sama lainnya, dan itu membuat Aily semakin tersipu dibuatnya.

"Oh, sial! Kamu membuatku menginginkannya, Aily!" tegas Leo pada akhrinya.

Dari awal, ia hanya berniat menggoda Aily. Sebab menurutnya, melihat Aily yang tersipu seperti itu benar-benar menggemaskan. Tapi, siapa sangka kalau dirinya yang malah terbuai permainannya sendiri? Sentuhan tangan Aily pada dada bidangnya membuat Leo merasakan desiran darah yang semakin memanas. Apalagi saat ia sudah menatap wajah Aily di depannya.

Sorot mata sayu, bibir merah yang setengah basah, pipi yang bersemu merah. Semua itu benar-benar membangkitkan gairah yang ada di dalam diri Leo. Gairah yang selama beberapa waktu ini tidak pernah ia rasakan lagi.

'Gila kamu, Leo. Apa kamu baru saja tergoda gadis kecil ini?!' batin Leo pada dirinya sendiri.

"Tuan Leo, aku tidak mau," ucap Aily dengan suara yang lirih. Kegugupan terlihat jelas pada raut wajah gadis itu. Membuat Leo kini malah mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Aily. Ia memberikan usapan lembut pada sisi wajah gadis itu.

"Apa yang kamu takutkan? Kamu istriku sekarang," ucap Leo dengan selembut mungkin.

Kewarasannya saat ini telah tertutup oleh gairahnya sendiri yang jelas lebih besar. Leo sudah begitu menginginkan Aily berada di bawah kungkungannya. Ia menginginkan gadis itu, ia menginginkan malam pertama yang berkesan dengan Aily malam ini juga.

Tidak menjawab, Aily hanya menundukkan kepalanya menghindari sorot mata Leo. Bersamaan dengan gelengan pelan pada kepalanya sebagai sebuah jawaban. "Jangan takut, Aily. Aku akan melakukannya dengan lembut. Aku berjanji tidak akan menyakiti kamu," ucap Leo dengan belaian tangannya yang terus menyentuh wajah Aily.

Terlihat jelas kalau Leo masih berusaha membujuk Aily. Dia berusaha membuat gadis itu tidak ketakutan pada dirinya. Dimana Leo berharap, gadis itu memang mau menyerahkan diri sepenuhnya pada dirinya malam ini juga. Membuat mereka berdua menjalani malam pertama yang benar-benar luar bisa dan tidak akan terlupakan.

Wajah cantik Aily terlihat saat Leo sudah menarik dagunya untuk mendongak. Membuat keduanya kini saling bersitatap satu sama lain. "Kamu percaya padaku 'kan?" tanya Leo yang masih berusaha membujuk gadis tersebut.

Aily menggeleng. "Aku takut," ucapnya dengan suara yang terdengar begitu lirih.

"Takut apa, Aily?" tanya Leo sekali lagi. Dia benar-benar penasaran akan alasan Aily menunjukan ketakutannya.

"Aku takut kalau aku hamil," jawab Aily kemudian.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status