Share

3. Masih Perawan?

Aily melangkahkan kakinya dengan cepat, demi menyamakan langkahnya dengan pria tinggi yang sudah berjalan di depannya. Sungguh, Aily benar-benar ingin menarik kerah kemeja pria itu saat ini juga dan membuat pria itu terjatuh. Sayangnya, Aily sadar diri kalau tenaganya tidak sebesar itu. Tubuh kecilnya tidak mungkin bisa menarik tubuh Leo yang cukup kekar.

"Hey! Tunggu, aku mau bicara!" seru Aily saat dia terus mengejar Leo saat langkah lebar lelaki itu tidak dapat ia capai. Membuat ia kini hanya bisa merasakan lelah. Sampai pada akhirnya, Leo telah berbalik dan menghentikan langkahnya, menatap Aily yang segera mengambil kesempatan untuk mendekat ke arahnya.

"Apa? Mau bicara apa memangnya?" tanya Leo dengan satu alis yang sudah terangkat.

Sementara Aily sudah melipat kedua tangannya di depan dada begitu ia sudah berhadapan dengan pria itu. "Maksudnya bagaimana? Kenapa jadi pernikahan? Bukannya kita sepakat untuk berpura-pura menjadi pacar saja? Kenapa malah jadi harus menikah?!" tanya Aily pada Leo di depannya.

Kembali menaikan satu alisnya, Leo menatap Aily dengan sorot mata yang cukup lekat. Ia memperhatikan gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kakinya. "Kamu butuh uang?" tanya Leo kemudian. Pertanyaan yang berhasil membuat Aily berdecak dan berseru, "Hey! Aku memang butuh uang, siapa di dunia ini yang tidak butuh uang! Tapi, bukan berarti kalau aku butuh uang kamu bisa seenaknya untuk—"

"Saya akan memberikan kamu uang senilai 500 juta kalau kamu mau menikah dengan saya. Hanya pernikahan sementara, dan saya akan jamin kalau pernikahan ini akan menjadi pernikahan yang dirahasiakan. Kamu tidak perlu mengumumkan pernikahan dan kamu masih bisa melanjutkan sekolah kamu. Bagaimana, Aily?" tanya Leo dengan penawarannya.

Aily terdiam di tempatnya. 500 juta bukanlah uang yang sedikit baginya. Ia bahkan menelan ludahnya sendiri saat mendengar nominal itu. Tapi, menikah? Walaupun dirahasiakan, tetap saja itu adalah pernikahan yang sah bukan? Ia akan menjadi istri Leo dengan status dia yang masih seorang mahasiswi.

Dengan gugup, Aily berkata, "T–tapi, aku tidak—"

"Apa masih kurang? Tenang saja, Saya bisa memberikan apa pun yang kamu inginkan selama menjadi istri saya. Saya akan memperlakukan kamu selayaknya istri saya dan kamu berhak meminta apa pun," ucap Leo sekali lagi memotong ucapan Aily.

Untuk yang ke sekian kalinya, pria itu berhasil membuat Aily terdiam di tempatnya. Dia menatap Leo tak percaya. "A–apa pun?" tanyanya dengan gugup. Jantungnya bergemuruh. Di antara senang, dan juga bimbang.

Oh ayolah, siapa yang tidak tergiur dengan penawaran seperti itu? Apalagi untuk anak gadis seperti Aily yang hanya terbiasa mendapatkan uang jajan yang hanya cukup untuk membeli camilan-camilan murah saja.

"Ya, kamu bisa meminta apa pun. Kamu juga bisa tinggal di rumah saya atau kamu bisa meminta Apartemen baru kalau memang ingin," tambah Leo sekali lagi demi membujuk Aily menerima tawarannya.

Aily menelan ludahnya sendiri. Ini semakin menggiurkan saja untuknya. "Lalu, bagaimana dengan orangtuaku?" tanya Aily yang mulai penasaran akan hal itu.

"Tinggal menemui mereka dan meminta restu. Bukankah memang seperti itu yang harus dilakukan sebelum menikah?" tanya Leo.

Kali ini Aily menganggukkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Leo di sana. Ia sama sekali tidak membantah karena yang ia tahu memanglah seperti itu.

"Kalau begitu, kamu setuju?" tanya Leo dengan kedua alis yang terangkat menatap Aily. Sementara gadis itu telah menggigit bibirnya sendiri. Ia nampak berpikir saat Leo bertanya demikian. Menimbang-nimbang tawaran menggiurkan yang diberikan oleh pria tersebut.

"Baiklah, hubungi nomor ini kalau kamu berubah pikiran. Besok kamu harus sudah memberikan jawaban, karena kamu dengar sendiri kalau Mommy ingin saya menikah dalam waktu dua minggu lagi," ucap Leo saat ia hanya melihat Aily yang terus berpikir di tempatnya tanpa mengatakan apapun.

Namun, Aily yang meraih kartu nama yang diberikan Leo lantas menggelengkan kepalanya. "Aku akan menjawabnya sekarang," ujar Aily sambil menatap Leo.

"Sungguh? Apa kamu sudah selesai mempertimbangkannya?" tanya Leo karena ia tidak menyangka kalau gadis di depannya akan menjawab dengan cepat.

Aily mengangguk. "Tapi, masih ada yang harus aku tanyakan dulu," ucap Aily kemudian.

"Apa?" tanya Leo yang menjadi penasaran.

Dengan perasaan gugup, Aily menatap Leo dengan cukup lekat. "Apa yang benar-benar membuat kamu percaya untuk menikahi aku?"

Leo tersenyum simpul saat menatap Aily di depannya. Entah apa yang membuatnya tersenyum seperti itu, tapi yang jelas Aily adalah alasannya.

"Karena kamu terlihat seperti gadis polos, dan gadis seperti kamu membuat saya percaya jika kamu bisa menjadi istri dan menantu yang penurut untuk Mama. Kamu juga cantik, Aily. Selain itu, melihat kamu juga mengingatkan saya pada seseorang yang saya kenali," jawab Leo pada akhirnya. Ia menjelaskan apa alasannya memilih gadis tersebut.

Aily terdiam mendengar jawaban Leo di sana. Jawaban yang benar-benar tidak terduga. "Kalau begitu, apa jawaban kamu?" tanya Leo saat Aily hanya terdiam di tempatnya.

"Aku mau," jawab Aily dengan suara yang cukup terdengar lirih. "Mau apa?" tanya Leo.

Membuat Aily mendecak kesal. Gadis itu juga sudah memutar bola matanya malas. "Memangnya kamu menawarkan apa lagi selain dengan pernikahan ini!" tegasnya dengan cukup kesal.

Hal tersebut membuat Leo menyunggingkan senyumannya dan lantas terkekeh pelan saat melihat Aily yang bersikap seperti itu. Kenyataannya, ia baru saja menggoda seorang gadis yang telah dia berikan tawaran yang sebenarnya tak masuk akal.

Tapi, Leo serius dengan tawarannya. Dia malas mencari gadis lain dan lebih memilih Aily yang menurutnya sudah bisa ia manfaatkan untuk dijadikan istri. Aily seperti seorang gadis yang akan menurut saja apa katanya dan tidak akan mengacaukan semuanya. Serta alasan lain, dimana Aily mengingatkannya pada seseorang yang tidak dia temui bertahun-tahun yang lalu.

"Apa kamu baru saja tertawa?!" kesal Aily sekali lagi saat ia melihat Leo yang baru saja menertawakannya. Tapi, bukannya menjawab, Leo kini malah mengulurkan tangannya untuk mengusak kepala Aily di sana. "Kamu menggemaskan. Ayo, aku antarkan kamu pulang malam ini sekalian bertemu dengan orangtua kamu."

"Tunggu, malam ini?" tanya Aily yang sudah mendongakkan kepalanya menatap Leo yang tingginya jelas jauh dengan dirinya. Aily juga cukup terkejut saat Leo sudah mulai menggunakan 'aku' daripada 'saya'.

Leo menganggukkan kepalanya. "Apa ada masalah?" tanyanya dengan bingung.

Aily menggeleng. "Hanya saja, bukankah ini terlalu mendadak?" kali ini giliran Aily yang bertanya.

"Lalu, apa menurut kamu menikah dalam waktu dua minggu lagi juga tidak mendadak?" tanya Leo dengan satu alis yang sudah terangkat.

Sampai akhirnya, Aily hanya bisa menghela nafasnya dalam. Semua yang terjadi sekarang juga memang terjadi secara mendadak tanpa rencana apapun. Siapa sangka Aily akan menyetujui tawaran untuk menikah bersama pria yang baru kali ini ia kenal malam ini?

"Ngomong-ngomong, aku juga akan sangat menantikan malam pertama dengan kamu. Kamu, masih perawan bukan?" tanya Leo secara tiba-tiba. Membuat Aily membulatkan matanya menatap Leo. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang baru saja pria itu katakan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status