Share

5. Kamu milikku

Menatap wajah Aily dengan lekat, Leo merasakan deru nafasnya sendiri telah memburu. Ia benar-benar menginginkan Aily sekarang. Apalagi, saat bibir tipis Aily yang terbuka itu terlihat begitu menggodanya.

"Aku bisa memakai kontrasepsi atau mengeluarkannya di luar kalau kamu memang takut hamil. Ada cara agar kamu tidak hamil, Aily," ucap Leo berusaha meyakinkan Aily dengan segala cara yang mungkin bisa mereka gunakan saat melakukannya.

Namun, Aily masih tetap menggelengkan kepalanya. Dengan kepala yang kembali tertunduk, ia masih tidak ingin kalau hal seperti ini dilanjutkan. Ia masih benar-benar tidak siap dengan hal seperti ini.

Pun begitu, Leo juga tidak mungkin memaksanya. Pria itu kini lebih memilih untuk mundur dan menjauh dari Aily. Lelaki itu memilih untuk melepaskan gadis tersebut. "Maaf membuat kamu takut," ucap Leo pada akhirnya.

Ya, dia masih memiliki rasa bersalah saat dia sadar kalau apa yang dia lakukan sempat membuat Aily takut. Sementara Aily kini lebih memilih menganggukkan kepalanya pada Leo. "Tidak apa-apa. Lupakan yang terjadi, aku memaafkan kamu," ucap Aily.

Leo menunjukan senyuman tipisnya pada Aily yang sudah berani menatapnya. "Mandilah. Aku akan menunggu di balkon. Panggil aku kalau kamu sudah selesai," ujar Leo. Aily mengangguk. "Iya. Kalau begitu, aku akan pergi mandi dulu," jawab Aily kemudian.

Baru beberapa langkah Aily pergi dari sana. Langkahnya harus terhenti saat satu panggilan itu telah kembali terdengar di telinganya. "Aily?"

"K–kenapa?" tanya Aily dengan gugup dan menoleh pada Leo.

"Aku mau mengatakan satu hal padamu," ucap Leo dengan raut wajah yang terlihat begitu serius. "Apa itu?" tanya Aily penasaran.

"Ingatlah kalau kamu sudah menjadi milikku. Bagaimana pun, aku yang akan memiliki kamu sepenuhnya. Malam ini akan aku biarkan kamu lepas, tapi tidak dengan malam yang lain. Sekali lagi, kamu milikku, Aily," ujar Leo dengan senyuman tipis yang sudah ia tunjukan.

***

Aily ingin sekali membolos hari ini. Akan tetapi, ia sadar kalau ia membolos dan diam di apartemen yang baru ia tempati bersama Leo hanya akan membuatnya kembali merasa gugup, saat ia harus terus berhadapan dengan pria itu. Bukan tanpa alasan, sebab Leo memang seringkali menggoda Aily. Tidak jarang Leo juga membuat Aily salah tingkah dibuatnya, dan wajah tampan yang dimiliki Leo selalu berhasil membuat Aily merasakan debaran jantung yang benar-benar tidak normal.

"Aku akan antar kamu ke kampus hari ini," ucap Leo yang sudah ikut bangkit dari duduknya. Ia bisa melihat Aily yang kini tengah membawa tas berwarna pink pastelnya dan pakaian rapi yang melekat di tubuhnya. Oh, jangan lupakan fakta bahwa rok yang dikenakan Aily memiliki panjang di atas lutut. Menunjukan setengah pahanya hingga membuat Leo menggaruk pelipisnya sendiri saat melihat hal itu di hadapannya.

"Apa pakaian anak sekolah jaman sekarang memang seperti ini?" tanya Leo menatap Aily dengan kening yang mengernyit.

"Jangan berlebihan. Ini masih terbilang normal kalau dibandingkan dengan seragam gadis yang lain," ucap Aily dengan helaan nafas dalamnya.

Leo hanya bisa memiringkan kepalanya sendiri di sana. Apa yang dikenakan Aily terbilang normal katanya? Ia tidak bisa membayangkan pakaian seperti apa yang tidak normal. "Mau sarapan dulu?" tanya Leo.

Aily menggelengkan kepalanya. "Aku sarapan di kampus saja, Tuan—"

"Panggil aku Leo saja," ucap Leo memotong ucapan Aily.

"Leo? Namamu sendiri? Tapi—"

"Lalu, apa kamu mau memanggil aku dengan sebutan Mas? Sayang? Honey? Hubby?Suamiku?" potong Leo sekali lagi.

Aily dengan cepat menggelengkan kepalanya. Gila saja kalau ia memanggil Leo dengan sebutan itu. Seolah memperjelas kalau memang ia sudah menjadi seorang istri. Saat Aily sendiri masih berusaha membiasakan diri dengan fakta bahwa ia sudah menikah.

"Aku panggil Leo saja!" ucap Aily dengan cepat. Hal tersebut membuat Leo menyunggingkan senyuman tipisnya pada gadisnya. "Ayo, aku juga ada meeting hari ini. Kita harus segera berangkat!" ajak Leo kemudian.

"Aku bisa naik taksi saja," ujar Aily dengan cepat. Dia menolak ajakan Leo padanya.

"Sungguh? Ini pertama kalinya kamu pergi ke kampus setelah menikah denganku dan kamu lebih memilih naik taksi?" tanya Leo dengan satu alis yang sudah terangkat.

"Apa masalahnya? Bukannya lebih bagus seperti itu? Ingat, pernikahan kita itu rahasia. Memangnya kamu mau kalau seisi kampus tahu kalau aku sudah menikah?!" tegas Aily.

Leo dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak juga. Aku juga tidak mau pernikahanku dipublish. Tapi tetap saja, aku akan mengantar kamu ke kampus," ujar Leo yang masih bersikukuh.

"Leo—"

"Tidak ada bantahan!" tegas Leo sebelum Aily menyelesaikan kalimatnya. Sampai pada akhirnya, Aily benar-benar tidak bisa menolak Leo. Pria itu tetap bersikeras untuk mengantarkannya ke kampus. Membuat Aily sibuk berpikir alasan seperti apa yang harus ia katakan saat seseorang bertanya siapa Leo, apalagi kalau sampai teman-temannya juga melihatnya.

Tapi, tentu saja bukan teman yang sebelumnya menjebak Aily di kamar hotel. Mereka sudah Aily hempaskan dan ia tidak akan pernah berbicara dengan mereka lagi!

"Hubungi aku kalau kamu sudah pulang," ucap Leo begitu dia juga telah turun bersama Aily dari mobilnya. Ia mengantar Aily sampai parkiran kampus. Membuat Aily kini menekuk bibirnya sendiri karena kesal pada Leo yang benar-benar keras kepala sekali.

"Cepat pergi sebelum orang-orang curiga!" tegas Aily yang sudah memutar bola matanya malas.

Namun, bukannya segera pergi, Leo kini malah melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar pada mobil hitam miliknya. Ia menatap Aily dengan lekat. "Mereka satu kampus dengan kamu?" tanya Leo kemudian.

"Siapa?" tanya Aily penasaran dengan maksud pertanyaan Leo. "Teman-teman yang menjebak kamu di kamar hotel," jawab Leo.

Aily diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Iya. Kita di fakultas yang sama," jawab Aily untuk pertanyaan Leo.

"Biarkan aku menemui mereka sekarang dan—"

"Kamu gila?! Apa yang mau kamu lakukan?! Tidak perlu aneh-aneh. Aku bisa mengurusnya sendiri, mereka juga sudah aku marahi!" tegas Aily dengan gelengan di kepalanya.

Namun, yang tidak terduga adalah Leo yang selanjutnya malah berkata, "Aku mau berterima kasih pada mereka karena apa yang mereka lakukan telah membuat aku bertemu dengan kamu. Sampai akhirnya kamu menikah dengan aku."

"Gila!" hanya itu yang bisa dikatakan Aily. Membuat Leo hanya tertawa kecil saat mendengarnya. Sudah dikatakan sebelumnya, kalau Leo suka menggoda Aily. Raut wajahnya itu benar-benar menggemaskan saat sedang kesal.

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku harus—"

"Aily!"

Leo menggantung kalimatnya saat satu panggilan telah terdengar di telinga mereka berdua. Membuat keduanya menoleh ke arah yang sama. Dimana seorang pria yang seusia dengan Aily terlihat berlari kecil mendekat ke tempat mereka berada.

"Yuga?" gumam Aily saat melihat pria itu.

"Siapa dia?" tanya Leo saat memperhatikan pria itu yang menunjukan senyuman lebarnya pada Aily.

Aily terdiam sejenak. Terlihat seolah dia tengah berpikir jawaban seperti apa yang harus dia katakan pada Leo di sana. Sebelum pada akhirnya, Aily menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.

"Yuga Yudhistira. Teman dekatku. Mantan kekasihku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status