Share

4. Kau Mengincarku?

Penulis: Butiran_Debu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-17 19:32:25

Pria itu Rich Damian Cullen, pria 39 tahun yang kemarin menuduh Jovanka mengutuknya di toko kue, pria yang juga sedang tertekan oleh keinginan istrinya. Alisnya sampai mengerut, tak menyangka mereka akan memakai jasa gadis penjual kue itu.

"Tak ada yang lain?" Rich refleks mengatakannya sebab tak suka melihat Jovanka di pertemuan pertama mereka. 

"Maaf, Tuan Cullen, saat ini kami hanya memiliki dua gadis yang belum berpengalaman. Yang lain sudah pernah melakukannya bahkan ada yang sudah lima kali," sahut ketua yayasan penyalur jasa.

"Kalau begitu kita pakai yang pertama."

"Kenapa, Rich? Dia terlihat bagus. Gadis yang tadi aku tidak suka, dia terlalu banyak bicara." Cataline menyela ucapan suaminya.

"Kalau begitu, kita tunggu gadis lainnya." Rich menolak lagi dan berkata pada ketua yayasan. "Hubungi kami saat ada gadis lainnya yang memenuhi syarat. 

Sangat angkuh. Entah apa masalahnya sampai menolak Jovanka seperti itu, seakan Jova adalah gadis yang tak benar. Hanya karena kesalahpahaman kemarin?

"Baik, Tuan. Tapi kami tidak bisa berjanji itu cepat, karena untuk mencari gadis yang belum berpengalaman, itu tidak mudah."

"Aku mau dia!" Cataline berkata tegas. "Rich, aku tak mau menunggu lebih lama. Jika kau ingin kita memiliki anak, aku mau itu segera!"

"Tapi, Cataline...."

"Kenapa? Kau tidak menyukai gadis ini karena sesuatu Rich? Aku jadi curiga mungkin kalian pernah memiliki hubungan?" cecar Cataline penuh selidik.

Cataline selain keras kepala, dia juga orang yang penuh rasa curiga. Rich sering dipaksa mengakui sesuatu yang tak pernah dia lakukan dan menuduh suaminya berselingkuh dengan gadis mana pun. Jika Rich berkata mereka pernah berselisih paham di toko kue, Cataline akan terus menuduh dan membuat masalah dengannya. 

"Aku tak mengenalnya, Cataline... ini pertama aku melihatnya."

"Kalau begitu, kita pakai dia." Cataline sudah menegaskan dan Rich harus mengalah. Cataline menadatangani beberapa lembar formulir yang sudah disiapkan pihak yayasan dan menyerahkannya pada Rich. Pria itu melirik Jovanka tidak senang sebelum turut membubuhkan tanda tangannya.

"Kirimkan test kesehatannya dan pengacara kami akan menghubungi Anda untuk urusan hukum, terima kasih." Rich menyerahkan lembaran kertas itu pada ketua yayasan.

Jovanka masih mematung di tempatnya berdiri. Benarkah dia baru saja mendapatkan klien? Terlalu singkat sehingga dia tidak bisa percaya bahwa dirinya akan menjadi seorang ibu pengganti.

"Selamat, Nona Jovanka, kau mendapatkan job ini." Ketua yayasan mengulurkan tangannya memberi selamat, menyadarkan Jovanka yang sejak tadi mematung.

"Oh, i-iya." Jova bingung apakah ini suatu yang pantas untuk dirayakan. Kenapa ada kata selamat? 

"Siapkan dirimu, jaga kesehatan dan tetaplah berpikir positif, jangan membuat tubuhmu tidak sehat. Ingat, kau harus melakukan beberapa test lagi agar benar-benar bisa mengandung anak mereka. Aku akan menghubungimu segera."

Dia akan mengandung anak dari pasangan suami istri itu. Jika fisik Jovanka kuat dan tes kesehatannya dinyatakan lolos, dia tak bisa mundur lagi! Apakah ini sudah benar? Bagaimana jika keluarga mendengarnya? Apakah dia akan kuat mendapat cecaran juga hinaan dari semua anggota keluarga? Jovanka tidak percaya dirinya sudah melangkah sejauh ini.

Malam sudah larut setelah pertemua dengan  klien. Ketua yayasan dan asistennya sudah pergi, sementara Jovanka masih berdiri di depan restoran mewah tempat pertemuan tadi. Dia bingung akan ke mana, tak ada tujuan sama sekali. Malam ini ulang tahun Queena dan dia sudah diingatkan untuk tidak pulang ke rumah. Jovanka bahkan tak memiliki teman untuk menumpang barang satu malam. 

Dia menghitung beberapa lembar di dalam dompet, mungkin cukup menyewa hotel murahan untuk tidur. Tapi jika dia melakukannya, Jovanka tidak memiliki uang lagi, dia harus menahan perutnya dan berjalan kaki ke kampus selama berhari-hari. Menghela napas panjang, Jovanka berpikir keras akan keputusannya.

"Mungkin aku bisa meminta gajiku lebih awal pada Nyonya Green," ucapnya menghibur. "Berapa harga hotel yang paling murah?" Sembari menduga-duga, Jovanka mulai beranjak dari tempatnya mencari hotel kecil. Dia belum pernah menyewa hotel sebelumnya, takut uangnya tak cukup jadi dia memilih tidak menghentikan taksi.

Astaga... bahkan cacingnya ikut berdemo di dalam sana sebab Jovanka belum sempat memakan sesuatu. Hanya ketua yayasan dan calon klien yang boleh menikmati hidangan  di resto. Sambil menahan perut yang kelaparan, Jovanka singgah membeli dua keping roti dan air mineral di mini market, setidaknya dia bisa bertahan sampai besok.

Jovanka duduk di teras mini market mengamati jalanan yang mulai sepi. Di rumahnya pastilah terhidang banyak makanan dan minuman enak disuguhkan untuk para tamu ulang tahun Queen, sementara Jovanka hanya mengunyah roti murahan yang sudah mengeras. Matanya berkaca-kaca menelan rotinya dengan dorongan air.

"Tidak apa-apa, kau sudah merasakannya sejak kecil." Jova mengalihkan pikirannya dari rumah. Kembali mengunyah rotinya, Jovanka bergumam, "Kenapa kau bersedih hanya kerena ini? Bahkan makanan basi pun sudah sering kau makan."

Dia terbatuk oleh rotinya dan hal itu membuat sesak. Jovanka memukul kecil dadanya agar roti itu bisa lolos tanpa bantuan air. Dia menghukum diri yang iri akan kebahagiaan Queen, sementara masih banyak rintangan berat yang harus dia lalui jika ingin terus hidup. 

Selesai dengan rotinya, Jova menyeka air mata dari sudut bibirnya. Menenggak seluruh air di dalam botol, dia pun berdiri untuk melanjutkan langkah.

"Kau sudah mengincarku?"

Suara seorang pria memaksa Jova memutar kepala ke kiri. Pria dengan setelan jas mahal berdiri di samping mobil mewah menatapnya tajam. 

'Bukankah dia Tuan Cullen?' Jova mengamati wajah itu di bawah cahaya lampu mini market.

"Berapa banyak yang kau lakukan untuk mencari tahu tentangku?" Pria itu sudah berdiri di depan Jovanka.

Tenggorokannya bergerak menelan ludah. 'Apa maksud pria ini?' Jova bingung. 

"Katakan apa tujuanmu selain uang!" bentaknya keras membuat Jovanka terkejut bukan main. "Kau dendam padaku dan berniat merusak rumah tanggaku? Memangnya, kau anggap siapa dirimu?"

Apa yang dia katakan? Bukankah tadi semua baik-baik saja? Meski Jova akui pria itu sempat menolaknya, tetap saja membingungkan melihat pria itu marah dan menuduhnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   86. Curiga Kehamilan Cataline.

    Rich turun terburu-buru dari mobilnya dan meraih tangan Cataline. Istri yang bertengkar dengannya tempo hari segera ditarik masuk ke dalam mobil. "Apa yang kau lakukan di sini, Kate? Kau memata-matai aku?" tanya Rich, menatap inti mata istrinya menjadi penjelasan. Namun, mata itu menunduk sendu, sebelum akhirnya menitikkan buliran hangat yang kemudian mengalir di kedua pipi. Cataline menangis? Sebuah pemandangan yang sangat jarang terjadi! Bingung. Begitulah isi kepala Rich sekarang. Mengingat yang terjadi di dalam rumah tangga mereka, seharusnya Cataline datang dengan amarah seperti yang sudah-sudah. Tapi kenapa kali ini dia menangis? "Kate, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Rich sekali lagi. Bukannya menjawab, tangis Cataline semakin besar bahkan dia sesenggukan sekarang. Apakah istrinya sudah memikirkan kembali kenapa Rich menikahi Jovanka? Bagus jika itu benar. Setidaknya Cataline tahu kenapa Rich harus menikahi gadis itu. Tapi... bagaimana jika sesuatu yang buruk

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   85. Mengelus Perut Jovanka.

    "Halo, Sayangku." "Kau di mana, Brengsek! Kau sengaja menjauhiku?" Sejak tadi malam Cataline mencoba menghubungi pria itu, tetapi hanya layanan operator yang terdengar mengatakan nomornya tidak bisa dihubungi. Dia langsung mengumpat begitu Liam Nelson mengangkat panggilannya. "Hei, kenapa kau sangat marah? Aku baru kembali dari perjalanan bisnis," terang Liam, masih dengan suaranya yang tenang. Cataline semakin kesal oleh jawaban Liam, dia sudah menunggu di rumahnya sejak pagi tapi pria itu belum juga pulang. "Aku di rumahmu, Brengsek. Kau pulang ke mana? Ke hotel menemui gadis-gadismu?" "Benarkah? Aku baru saja memasuki gerbang, kau akan melihatku jika benar kau di rumahku," kata Liam.Cataline langsung berdiri melihat ke jendela, benar saja mobil Liam sedang memasuki garasi terbuka yang ada di sudut kanan. Gadis itu menutup telepon dan menunggu Liam masuk. Kemarahan atas perlakuan Rich masih terus membuatnya tak tenang. Cataline menenggak beer kaleng yang dibelinya saat di pe

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   84. Jovanka Jatuh Cinta

    [Tuan Rich, Anda marah padaku? Aku sangat menyesal sudah membuatmu tersinggung.]Jovanka membaca ulang pesan yang diketiknya, dan kembali ragu untuk menekan tombol pengirim. Dia menghapus lagi pesan itu dan mengganti dengan yang lain.[Aku hanya bercanda, Tuan Rich, tolong jangan marah padaku.]Sekali lagi, dia hapus pesan itu dan berpikir keras kalimat yang benar untuk meminta maaf."Tapi kenapa aku harus meminta maaf? Dia memang melakukannya," kata gadis itu menggeleng, egonya ikut bermain.Rich sendiri yang lebih dulu menyinggung Jovanka. Pria itu patut mendapat balasan karena sudah menyebut Jovanka sebagai gadis yang tidak menarik."Tapi dia tidak berkata demikian, Jova... dia hanya berkata mempertimbangkan."Kembali Jovanka berkata sendiri.Bisa saja maksud Rich mempertimbangkan bukan karena menganggap Jovanka tidak menarik. Mungkin dia mempertimbangkan karena pria itu adalah suami orang lain sehingga tak seharusnya tidur dengan Jovanka. Apalagi dengan perjanjian pra nikah merek

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   83. Rich Tersinggung?

    Jovanka mengganti bajunya untuk ke sekian kali, dan melemparkan baju terakhir ke atas ranjang. Dia menatap tubuhnya yang hanya mengenakan dalaman, di pantulan cermin."Astaga... semua terasa tidak cocok," keluhnya kecewa.Baru berapa hari yang lalu dia berbelanja pakaian yang sangat banyak, tapi karena tidak teliti, Jovanka melakukan kesalahan. Semua pakaian itu dia beli dengan ukuran dirinya yang belum mengandung, tanpa mencoba terlebih dulu. Bagaimana bisa sesuai? Memang tidak menjadi sempit, hanya saja... perutnya yang mulai membuncit menjadi sedikit terlihat. "Ayolah, Jovanka... kenapa kau pikirkan itu? Ini belum seberapa, bobotmu akan bertambah berkali lipat lagi."Dia akhirnya mengenakan kembali pakaian itu, membuang rasa tak nyaman di kepalanya. Bagaimana pun semua orang di kampus juga akan tahu dirinya sedang mengandung. Hanya menunggu waktu saja.Tak lupa Jovanka memoles wajahnya dengan sedikit riasan, yang ikut dibeli tempo hari. Hanya bedak dan lipgloss tentu saja, sebab

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   82. Kau Cemburu.

    Lihat lah pria itu berdiri dari duduknya. Tentu saja Cataline yang selalu menjadi pemenang. Mendengar istrinya bunuh diri, Rich pasti membujuk dan memohon agar Cataline tidak melompat dari jendela. Kesempatan itu tidak akan Cataline sia-siakan untuk lepas dari semua kejahatannya. Ya, Cataline sudah sering membalikkan kesalahan menjadi kemenangan untuknya, dan Rich selalu mengalah. Tak ubahnya hari ini, Cataline tahu suaminya akan kembali mengalah. Rich pasti memohon, bersujud demi bayi yang sudah lama diidamkan."Jangan mencegahku! Jika kau tidak meninggalkan gadis itu dan menggugurkan bayinya, maka kau akan kehilangan aku dan bayi kita!" Sekali lagi dia mengancam, menatap Rich yang berdiri di sana.Rich tidak bergeming, tetap diam di tempatnya berdiri. Cataline tidak sabar melihat Rich berjalan ke arahnya dan memohon. Tapi sialnya, kenyataan tidak sesuai dengan yang Cataline harapkan."Aku tahu kau hanya mengancam, Kate, sudahlah, kau sudah terlalu sering melakukannya padaku," kata

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   81. Mengancam Bunuh Diri

    "Astaga, sudah berapa aku tertidur di sini?"Dia mengenakan pakaian buru-buru untuk mengusir rasa dingin di sekujur tubuh. Jovanka tidak ingat sejak kapan dia tertidur di dalam bath up itu, sehingga telapak tangan dan kakinya sudah mengeriput. Ketika keluar dari kamar mandi, semakin terkejut dia melihat jam digital yang menunjukkan hari sudah sore."Kenapa dia tak membangunkanku?" kata Jovanka menggerutu, mengingat meninggalkan Rich di balkon kamarnya. Mengatahui Jovanka tidak juga keluar, bukankah seharusnya Rich menggedor pintu? Dia keluar untuk mencari Rich di kamar sebelah, tapi pintunya sudah terkunci.Apa Rich sedang tidur? Jovanka mencoba mengintip dari lubang kunci, hanya gelap yang terlihat mata."Apa yang Anda cari, Nona?"Suara Kenrick memaksa Jovanka kembali berdiri, wajahnya sangat terkejut bercampur malu."Eh, itu... Anda melihat Rich, Tuan Ken?" tanya Jovanka, kemudian mengetuk kepala pelan.Sudahlah ketahuan mengintip, sekarang juga dia berkata jujur tengah mencari Ric

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   80. Bawaan Bayi

    "Istriku, kau sudah mandi?""Kau akan ke mana, Istriku?""Kau menginginkan sesuatu, Istriku?""Istriku, hati-hati ketika berjalan.""Hei, Istriku, jangan banyak termenung, itu tidak baik untuk orang hamil."Gila, ini benar-benar gila. Jovanka takut dirinya akan terbawa suasan jika Rich terus melakukannya. Dia menatap pria itu tajam, menunjukkan bibir sinisnya."Jangan memanggilku seperti itu, Tuan, aku tidak suka!""Kenapa? Bukankah kau memang istriku? Terlepas aku tak boleh menyentuhmu, kau tetaplah istriku yang sah."Ya Tuhan... bisa kah Jovanka menutup mulut Rich dengan sepatunya? Bayangkan saja, sejak pagi tadi di dalam kamar, Rich terus memanggil Jovanka dengan sebutan itu, sampai rasanya Jovanka muak mendengarnya. Ke mana pun Jovanka pergi, Rich mengikuti dari belakang memperhatikan gerak-geriknya. Saat Jovanka melakukan apa pun, Rich akan memanggil dengan sebutan istri seperti yang baru saja dia lakukan.Pernikahan ini hanya sebuah status, bukan pernikahan pada umumnya. Jika Ri

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   79. Pelan-pelan, Istriku...

    Cemas, sedih, bahkan takut sudah menyergap Jovanka sejak dia menandatangi akta pernikahannya di catatan sipil. Ditambah kunjungan ke rumah orang tua Rich, berhadapan dengan wanita yang terlihat tenang tapi juga sinis dan menakutkan, sungguh membuat Jovanka tak bisa tenang.Dia hanya berpura menikmati dua mangkuk es krim untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, dan banyak bertanya membuat wajah ceria agar Rich merasa senang. Tapi sesungguhnya, hanya Jovanka lah yang tahu semua isi kepalanya.Menikah? Sejak kapan Jovanka berpikir akan menikah? Bahkan dia pernah bersumpah tidak akan menikah sampai mati, mengingat begitu malang nasib yang dijalani. Tapi tiba-tiba saja dia menerima tawaran Rich menjadi istri kedua, dan harus berhadapan dengan keluarga kaya raya. Hanya demi seorang bayi yang bahkan bukan miliknya sendiri.Bagaimana jika Nyonya Ruth Cullen tidak menerima Jovanka dan bayinya? Apa yang akan dia lakukan jika wanita itu berwatak sama dengan Cataline, berniat menggugurkan k

  • Pernikahan Rahasiaku dengan CEO   78. Aku Takut, Bu...

    "Maaf tidak bisa memberi kesan baik di hari pernikahan kita.""Apa?" Jovanka tertawa kecil. "Kita tidak seperti pasangan pada umumnya, Tuan, kenapa harus meminta maaf? Aku bisa melakukannya kelak jika urusan kita sudah selesai," kata Jovanka enteng, tapi tangannya yang gemetar mengangkat sendok itu cukup bisa menunjukkan getir di dalam dada. Rich bisa melihatnya. Jovanka tengah membohongi diri sendiri untuk terlihat biasa saja, tapi tentu saja gadis itu hanya berpura kuat.Siapa gadis yang tak memiliki pernikahan impian? Semua wanita di dunia ini pasti pernah bermimpi menjadi ratu di hari pernikahannya, yang menjadi pusat perhatian semua orang. Tapi Jovanka tidak bisa meraskan itu, justru Rich membawanya pada keluarga yang kemudian merusak hari pertama mereka. Jika ditanya, tentu saja Rich menyesal datang terlalu awal. Seharusnya dia menuruti Jovanka untuk memberi jeda dan sedikit waktu. "Tapi bagaimana pun, aku tetap meminta maaf untuk semua yang terjadi hari ini, Jovanka.""Kenap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status