Perlahan-lahan bintang dan bulan pergi meninggalkan malam. Waktu telah menjelang pagi buta. Diriku tidak kunjung pergi tidur, pikiranku terus memikirkan tindakan laki-laki itu dan membuat terus emosi. Hingga matahari terbit dan memancarkan cahayanya memasuki kamar ini. Aku merasa enggan untuk bangun, tetapi aku harus bangun dari tempat tidur ini. Aku segera mendekati cermin dan melihat wajahku yang sebam. Aku tidak terima dan menangis sepanjang malam.“Huh, gara-gara malam itu mataku jadi kek gini?!” keluhku yang kemudian pergi ke kamar mandi.Tidak lama kemudian, aku telah siap memulai aktivitas pagi ini. Aku segera menemui ibu dan sister yang berada di ruang makan. Ibu dan sister tampak senang hari ini. Aku segera duduk di kursi berdekatan dengan sister.“Pagi, ada yang senang hari ini. Ada apa?” ucapku yang kemudian meminum segelas susu yang telah ada di depanku.“Ya tentu saja, dan ada sesuatu juga yang ingin kami bicarakan denganmu” jawab sister.“Apa itu?”“Saya akan menikah dal
Sopir pribadi tuan muda Akira mendengar apa yang telah dibicarakan hingga he berucap, “Tuan muda....!.”Tuan muda Akira mengangkat satu tangannya dan berucap “Tidak apa, she adalah gadis yang menarik. Memang yang telah kulakukan tidak bisa dimaafkan begitu saja. Ibuku memilih seorang gadis cantik, dan menarik. Aku rasa ibuku memilih gadis yang tepat kali ini. Tolong cari tahu siapa gadis itu, dapatkan sebelum kencan buta di mulai. Aku tidak mau kalah dalam perbincangan.”“Baik, tuan muda!”“Kita pergi ke kantor sekarang” pinta tuan muda Akira.“Baik, tuan muda!” jawab sopir yang mulai mengemudikan mobil.Mobil ini melaju menuju kantor perusahaan, tempat dirinya bekerja.Berjalan dengan kekesalan, ya itulah aku. Aku sangat ingin memukul pria itu, mengesalkan sekali. Aku perlu minuman dingin sekarang karena emosiku membuatku panas dan gerah. Aku pun berhenti di pedagang kaki lima yang menjual berbagai minuman. Pedagang adalah seorang perempuan yang disebut sebagai bibi.“Bibi, kamu puny
Aku memutuskan pergi meninggalkan cafe ini, aku tidak menyangka pria itu keras kepala. He sama sekali tidak mengerti apa yang aku katakan.“Hah, kenapa ada pria seperti he di dunia ini?” gumanku.Tiba-tiba seseorang menjawab perkataanku dari samping, “Karena he mencintaimu!” yang membuatku segera menoleh ke samping dan aku terkejut melihat Akira telah ada di sampingku.“Aaaaa...sejak kapan kamu mengikutiku?”“Sejak kamu pergi dari cafe!”“Hah, kenapa aku tidak tahu ya? Aneh! Kenapa kamu malah mengikutiku?”“Ya aku pikir ibumu dan ibuku akan cemas jika aku tidak mengikutiku. Seharusnya kamu senang ada yang mengikutimu!”“Hah, untuk apa senang? Sebaiknya kamu berhenti mengikutiku, aku sudah katakan padamu kan jika aku menolak perjodohan.”“Ya, aku akan tetap mengikutimu!”Aku merenggutkan wajahku, lalu kembali berjalan tanpa memperdulikan pria ini. Hingga gadis-gadis yang melintas melihat pria ini dan mendekatinya hingga semakin lama semakin banyak yang datang dan membuat peluang untukk
“Hah, benarkah? Aku belum tahu soal anak perempuanku bisa menulis novel. Sungguh! Hah, kemana saja aku selama ini? Ya ampun, sekarang kamu tahukan kalau aku ini jauh dari putriku!”“Ya, aku mengerti. Sekarang tetaplah pada rencana, saya yakin mereka dulu pernah saling mencintai”“Baiklah jika begitu.”Perlahan-lahan bulan berjalan sesuai porosnya, bintang yang bersinar terang, angin berhembus dan malam semakin larut. Dalam tidur nyenyakku, aku bermimpi kembali bertemu dengan seorang pria tampan di hamparan bunga dan satu pohon yang menjadi saksi bisu. Ini adalah mimpi yang sama, mimpi ini pernah datang saat diriku berada di dunia yang berbeda. Aku tidak mengerti apa maksud dari mimpi ini hingga membuatku terbangun dari tidur.Aku membuka mataku perlahan-lahan, aku merasakan kecupan itu seperti nyata namun nyatanya itu hanyalah sebuah mimpi.Hari telah menjelang pagi, matahari telah bersinar terang di luar. Aku pun bergegas bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.Tidak lama
Berjalan sendirian di area kuil harapan ini, tempat ini tampak seperti desa dan untuk mengunjungi kuil harapan harus berjalan kaki. Aku menyadari jika berjalan sendirian, maka seseorang akan mencariku. Ya seperti yang kamu duga, orang itu adalah Akira. Sebelum he datang aku pun bergegas mencari pohon yang rindang dan cukup tinggi. Aku segera naik ke atas pohon, memanjat pohon dengan semangat lalu duduk di batang pohon yang besar dan kuat.“Sekarang tidak akan ada yang mengganggu aku, bahkan pria keras kepala dan ibuku yang mengoceh!” gumanku yang bersantai di atas pohon.Di atas pohon, angin berhembus sejuk dan aku merasa tidak akan ada yang datang mengganggu. Aku pun memainkan ponselku di atas pohon. Di atas pohon ini jaringan seluler sangat lancar sehingga aku merasa leluasa membuka media sosial. Aku melihat komentar mengenai pembaca mengenai novelku. Ada banyak beragam komentar, ada yang suka dan ada yang membenci. Setiap komentar ada saja yang lucu bahkan ada pembaca yang greget d
Sementara itu di bawah bintang dan bulan yang bersinar terang, di penginapan. Keberadaan An.Aku tidak sengaja tertidur hingga malam tiba, aku pun bergegas bangun dan membersihkan tubuhku dan membuatku terasa segar kembali. Aku pun merias wajahku secantik mungkin. Ya bagaimanapun keadaanku, aku harus tetap terlihat cantik. Setelah itu aku segera keluar penginapan. Penginapan ini tampak sepi namun seorang perempuan berdiri dengan banyak lampion di sampingnya tidak jauh dariku. Aku pun segera mendekatinya.“Permisi nona, bisakah saya mendapatkan satu lampion?”“Ya tentu saja, ini ambilah. Lampion ini disediakan gratis untuk pengunjung yang menginap di penginapan ini” jawabnya sembari memberikan lampion padaku.Aku segera mengambil lampion dari tangan wanita ini, “Terima kasih banyak. Nona, dimana pengunjung lainnya?.”“Mereka semua sepertinya berada di halaman kuil, acara penyambutan kedatangan wisatawan dilaksanakan di sana”“Ya, terima kasih banyak nona. Saya permisi dulu, sampai jump
“Hanya kebetulan. Tapi aku tidak menyangka akan menyukai tempat ini, tempat ini bagus seperti berkeliling dunia saja. Ada banyak bangunan kuno yang bentuknya persis seperti yang ada di tempat wisata lainnya hanya saja sejarahnya berbeda” “Ya kamu benar, aku juga kebetulan. ibuku yang memintaku untuk menemaninya, sekarang she malah asik bersama teman-teman.” Sontak diriku tertawa kecil, apa yang dialami oleh Kim sama seperti diriku tetapi mungkin dirinya lebih beruntung dari pada diriku. Orang tuanya tidak berniat menjodohkannya dengan gadis lain. Hingga pertunjukan bela diri dimulai, sebuah dentuman pertama menandakan acara telah dimulai. Semua orang menjadi terdiam, dan menyaksikan pertunjukan itu. Aku dan Kim merekam pertunjukan itu sesaat, lalu kami berfoto bersama. Menghabiskan waktu malam ini bersama. Bersenang-senang bersama. Hingga larut malam, aku dan Kim berpisah. Aku berjalan memasuki penginapan dan dikejutkan dengan ibuku yang masih belum tidur. “Hah, An. Kamu kemana sa
Aku berada di atas pohon dan tiba-tiba pohon ini berguncang. “Bruk!!” Aku terjatuh dan menimpa seseorang. “Awww! Sakit...!!” ucapku segera bangkit. Seketika itu diriku menimpa seorang pria yang tidak lain adalah Kim. Aku terkejut, Kim ada di bawahku. He segera bangun dari jatuhnya membersihkan pakaiannya yang kotor. “Hah, ya ampun! Kim, ada apa denganmu? Kamu memukul pohon ini ya? Kamu tidak melihatku ada di atas ya?” ucapku kesal. “Ya maaf, soalnya aku sedang kesal. Aku tidak tahu kamu diatas, kamu kenapa pagi-pagi ada di atas pohon?” “Hah, jaringan telepon di atas pohon lebih bagus.” “Oh, maaf-maaf. Kamu baik-baik saja kan?” “Ya aku baik, pagi-pagi kesan sama bibi Mei ya? Apakah bibi Mei memukulmu lagi?” tanyaku sembari tersenyum. “Tidak, bibi Mei tidak mengizinkan aku ikut dengannya.” “Oh begitu, mau jalan-jalan? Aku rasa aku juga ditinggal sendirian” “Ya tentu!” Aku dan Kim pergi meninggalkan tempat ini. Kami berdua jalan-jalan mengelilingi kuil harapan dengan kabut teb