Beranda / Romansa / Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya / 1. Dianggap Sebagai Seorang Pemb*nuh

Share

Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya
Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya
Penulis: Queenazalea

1. Dianggap Sebagai Seorang Pemb*nuh

Penulis: Queenazalea
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 11:31:25

“Mau sampai kapan papa bakalan biarin anak itu ada di sini?”

“Cukup membahas tentang dia tinggal di sini. Maudy tetap anak kita.”

“Anakmu, bukan anakku. Ingat itu baik-baik!”

Perlahan Maudy membuka matanya mendengar teriakan demi teriakan yang dilontarkan oleh Ana pagi ini.

Tidur larut malam, bangun di pagi hari dengan suasana hati yang selalu sama. Rumah adalah neraka bagi Maudy sepanjang hidupnya.

Di usia 20 tahun, kehidupan hangat dalam keluarga seolah mustahil baginya. Tidak ada ketenangan. Tidak ada hal-hal indah di dalam hidupnya yang pernah dia rasakan. Masa kecil, mungkin terbilang suram baginya.

Maudy mendaratkan kakinya ke lantai ketika turun dari ranjang. Melangkah menuju kamar mandi dan berencan untuk pergi ke rumah neneknya.

Setidaknya, hari Minggu yang seharusnya dia bisa tidur dengan tenang. Teriakan Ana tidak akan pernah lepas sehari saja di telinganya.

Rumah seperti neraka, tatapan penuh kebencian dari raut seorang ibu yang seharusnya memberikan cinta untuk anak perempuan mereka. Sayangnya, itu tidak didapatkan oleh Maudy.

Keluar dari kamar. Dia membawa pakaian ganti dan juga akan berangkat kuliah dari rumah neneknya besok.

Suasana di ruang makan seketika hening ketika Maudy turun.

Tidak pernah melanjutkan pertengkaran itu di depan Maudy. Namun semuanya selalu dia dengar. Kata-kata kasar, hinaan demi hinaan yang dilontarkan kepadanya sangat penuh di kepalanya. Cacian yang dilontarkan Ana juga selalu membekas di dalam hatinya.

Sesekali, dia ingin memanggil wanita itu dengan sebutan ‘mama’ tapi ternyata sulit untuk dia lontarkan.

“Aku akan menginap di rumah nenek. Besok berangkat ke kampus juga dari sana. Aku menginap mungkin dua hari.”

“Papa hari ini lumayan senggang. Papa akan antar kamu ke rumah nenek.”

Maudy hanya mengangguk dan tidak menjawab apa pun dari papanya.

Awalnya Maudy ingin tinggal bersama dengan neneknya. Namun tidak mendapatkan restu dari papanya untuk meninggalkan rumah. Setiap hari, dia harus berusaha keras untuk pura-pura tersenyum dan tidak mendengarkan pertengkaran itu.

Maudy adalah anak pembawa sial bagi Ana.

Bertahun-tahun, cinta seorang ibu tidak didapatkan oleh Maudy.

Di dalam perjalanan menuju rumah neneknya. Maudy hanya menatap lalu lintas yang lalu lalang.

“Maudy.”

“Ya?” dia menoleh dengan tenaga yang dipaksa untuk melihat papanya yang sedang menyetir.

Ekspresi William begitu dingin untuk kali ini. Semoga ada harapan untuk diberikan izin tinggal di rumah neneknya Maudy. “Kamu akan menikah sebentar lagi.”

“Menikah?” tanya Maudy dengan raut wajah yang terkejut mendengar itu.

“Ya, kamu akan menikah dengan Leon. Setelah Papa pikir panjang. Ini adalah pilihan terbaik untuk keluarga kita.”

Maudy menolak untuk dijodohkan. Dia juga tidak siap untuk menikah di usia yang sekarang ini. Dia masih ingin mengejar masa depannya. “Tapi, Pa. Aku belum selesai kuliah.”

“Keluarga Leon tidak permasalahkan itu Maudy. Asalkan kamu bersedia menikah. Mereka akan tetap menerima kamu.”

“Pa ....”

“Jangan bahas ini di depan nenek. Kamu tahu usia nenekmu bukan muda lagi. Kamu tidak boleh memberikan beban pikiran. Papa menuruti semua kemauan kamu. Jadi, untuk kali ini tolong untuk kerjasama biar kamu nggak usah bahas. Nenek selalu ingin kamu baik-baik saja.”

Setelah Ana yang memberikan beban pikiran. Kali ini giliran William yang seolah tidak berpihak lagi padanya. Dari semua orang yang membencinya di dunia ini. Orang yang paling dia harapkan untuk ada di sisinya adalah papanya. Kali ini sudah tidak bisa membelanya lagi.

Tiba di kediaman Jena. Keluar dari mobil, Maudy melihat sang nenek yang ada di teras bersama dengan asisten yang disiapkan oleh sang papa. Neneknya memang sudah sangat tua sekali. Bahkan selalu duduk di kursi roda. Meski kadang bisa berdiri, namun agak sedikit kesulitan untuk berjalan.

Maudy langsung memeluk sang nenek.

Rasanya benci sekali dengan pilihan yang diucapkan oleh sang papa tadi ketika mereka diperjalanan menuju rumah sang nenek.

“Bagaimana kabar, Mama?” tanya William ke Jena.

“Mama selalu baik.”

“Aku mau pulang, Ma. Aku ada janji dengan Ana.”

William benar-benar pulang meninggalkan kediamannya Jena. Kali ini giliran Maudy bersama dengan neneknya di teras. Meminta tolong kepada asisten untuk membawakan tasnya. Sementara di mendorong kursi roda sang nenek untuk masuk.

“Bagaimana kuliahmu, Maudy?”

Pertanyaan itu seolah sedang memberikan isyarat agar Maudy cerita bagaimana perlakuan orang tuanya terhadap dirinya selama ini. Teruatma ketika mendengar bahwa dirinya akan menikah. Usia di mana dia seharusnya produktif. Dipaksa menikah oleh keluarganya. Terutama papanya yang menginginkan pernikahan. Terdengar sangat aneh sekali kalau semisal dirinya benar-benar menikah di usia muda seperti ini. “Kuliahku berjalan seperti biasa. Tidak ada yang spesial.”

“Kamu harus punya banyak teman, Maudy. Usiamu sekarang sudah 20 tahun. Setidaknya kamu harus punya banyak koneksi. Itu akan bermanfaat suatu saat nanti untuk mengembangkan bisnis ketika kamu ingin membangun bisnis sendiri.”

Maudy duduk di sofa dan bersandar dengan santai. “Aku justru kepikiran untuk menikah muda.”

“Jangan ngawur. Nenek nggak bakalan biarin kamu untuk menikah muda.”

“Bagaimana kalau aku punya calon?”

Tatapan neneknya curiga, tidak ingin mengatakan secara langsung kalau sebenarnya dia dijodohkan oleh papanya tentang ini. Namun, papanya berpesan agar dia tidak cerita apa pun ke neneknya tentang perjodohan itu.

“Tergantung dia mencintai kamu atau tidak.”

Ini adalah hal paling parah kalau nanti terjadi sesuatu. Pasti Maudy akan ditanya jodohnya mencintai dia atau tidak. Padahal, yang merencanakan pernikahan adalah William sendiri.

Menghela napas panjang lalu kemudian dirinya dihidangkan minuman dan makanan oleh asisten rumah tangga neneknya. “Nenek tidak tahu apa yang bikin kamu pengen nikah muda?”

“Nggak ada. Cuman pengen nikah aja.”

Sementara dia masih memikirkan cara untuk menggagalkan itu. Tapi, dia juga ingin keluar dari neraka yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalnya. Siksaan demi siksaan telah dia dapatkan. Bukan hanya luka fisik, batinnya juga sudah tidak bisa diselamatkan lagi bagaimana dirinya terluka sejak kecil.

Tidak ada orang tua yang membenci anaknya. Tapi berbeda halnya dengan orang tuanya Maudy, justru sejak kecil dirinya telah dibenci. Berbeda halnya dengan sang kakak yang selalu dibanggakan apa saja yang dilakukan oleh kakaknya itu.

Sedari kecil, dia tidak pernah mendapatkan pujian dari Ana. Anak laki-laki yang di keluarga mereka, meski kadang kelakuannya merugikan. Pasti akan tetap dibela oleh kedua orang tuanya.

“Aku menginap di sini dua hari, Nek.”

“Kamu jangan terlalu sering keluyuran. Nggak baik kalau nginap terus di sini. Orang tua kamu pasti juga pengen ada waktu bareng sama kamu.”

Tidak, neneknya tidak pernah tahu bagaimana Maudy dibenci dari kecil oleh Ana. Semua yang diperlihatkan oleh Ana di depan Jena adalah kepalsuan.

Kalimat yang paling melukai Maudy keluar dari mulutnya Ana yang menyebut bahwa “Maudy adalah pemb*n*h.”

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
lahhh ada apa dengan ana kenapa menganggap c naudy p3mbunuhh ??? kasian Maudy. harus nikah muda dan d jodohkan pula .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   34. William Sakit.

    Ketika memasuki halaman rumah papanya. Maudy yang pulang karena dihubungi lagi oleh Marcel mengenai William yang sakit. Sampai di sana, dia melihat papanya terbaring lemah di atas ranjang. Menyaksikan pria tua itu tidak berdaya untuk sekarang. Infus dipasang di tangan kirinya. Maudy duduk di sebelah dan memegang tangan kanan papanya. “Dokter bilang Papa sakit apa?” Tanya Maudy ke Marcel yang sudah mengurusnya. “Papa selalu memaksakan diri.” “Kakak kenapa nggak ambil alih perusahaan sih? Mau sampai kapan kakak bakalan gini terus? Di rumah dan nggak pernah ada usaha sama sekali. Nggak mau bantuin papa buat urus perusahaan.” Dia beranikan diri untuk memarahi kakaknya karena selama ini sang kakak memang agak santai soal masa depan. Mengingat perusahaan butuh penerus dan pastinya yang paling diandalkan adalah Marcel. “Kali ini Mama ke pihaknya Maudy, Marcel. Mama nggak bisa biarin Papa kamu terus sakit begini.” Maudy tidak pernah ingin dibela oleh Ana. Dia hanya kasihan melihat Wil

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   33. Takut Bercerai

    Di ruangannya yang begitu dingin karena pendingin ruangan yang bertiup sejak tadi. “Tuan, ada tamu,” ucap sekretarisnya. “Suruh masuk!” Leon berdiri setelah dia mendapatkan kabar kalau ada tamu yang berkunjung. Mengambil kembali jasnya dan mengenakannya. Saat dia melihat siapa yang datang. Leon hanya tersenyum. “Papa ada urusan apa kemari?” Tanya Leon pada Erland yang baru saja masuk. Sekarang ada mereka berdua di ruangan ini tanpa ada orang lain lagi yang mendengar pembicaraan mereka berdua nantinya. Erland duduk setelah Leon mempersilakan. “Papa tidak ada maksud apa pun, Leon. Hanya memberitahu kalau mungkin Regan akan memberontak ke kamu.” Leon menuangkan air untuk papanya dan mendorongnya lebih dekat dengan Erland. Mendengar ucapan itu, dia mendongakan kepalanya dan duduk sejajar sekarang. “Anak kecil itu tidak tahu apa-apa.” “Papa takut ini akan merusak nama baikmu.” “Aku tidak melakukan apa pun.” “Fotomu beberapa tahun lalu yang sedang di kelab malam, memangku seorang

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   32. Warisan

    “Pa, aku bakalan gabung sama perusahaan.” Erland yang sedang sibuk dengan tabletnya tiba-tiba menoleh ke anak keduanya. Dia membuka kacamata dan meletakkan tablet itu di atas meja. “Kamu terlambat untuk mengatakan itu, Regan.” Marsha muncul. “Nggak ada yang terlambat kalau kamu peduli sama anakmu.” “Dari awal aku peduli dan memanjakan dia. Sekarang, dia tidak berguna sama sekali. Aku pikir, dengan cara memanjakan dia dan meninggalkan Leon. Dia bakalan lebih maju. Justru Leon yang lebih maju dibandingkan dengan dia.” “Membandingkan kedua anakmu itu saja sudah salah, Pa.” “Tidak ada yang salah, Ma. Kamu memanjakan dia dan sekarang lihat hasilnya. Dia meninggalkan proyek setengah jadi dan membiarkan Leon mengerjakan sisanya. Dia kabur begitu saja. Bahkan Leon waktu itu bersyukur tidak ngamuk di sana.” “Dia sebagai seorang kakak seharusnya membimbing adiknya.” “Tanyakan pada Regan. Apakah Leon diam selama Regan di sana?” Regan diam ketika Erland sendiri tahu bahwa anak pertamanya

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   31. Menunda Kehadiran Anak.

    “Nes,” Vanesa yang sedang bermain ponsel seketika menoleh. “Apa?” “Aku bingung terhadap Leon. Dia sekarang memberikan kebebasan untukku. Waktu itu dia melarangku main ke kafenya Regan. Sekarang, dia memberikan aku kebebasan ke sana. Dan beberapa kali dia juga membelikan kue untukku.” “Tanpa sebab?” “Dia tahu aku menyukai kue di sana. Terus dia memperbolehkanku. Waktu aku bilang kerjain skripsi di sana, dia nggak bolehin. Tapi beberapa waktu lalu dia bilang boleh ke sana. Itu mencurigakan nggak sih?” Vanesa memutar tubuhnya dan sekarang sedang tengkurap di sebelahnya. Di kamarnya Vanesa, mereka berdua sedang berbincang. “Hmmm, bisa dibilang mencurigakan. Tapi bisa dibilang juga kalau dia sudah mulai tertarik.” “Kami sekarang sudah sekamar. Setahun sebelumnya, kami tidur di kamar terpisah.” “Hah?” tanya Vanesa dengan heran melihat Maudy. “Ya, kami berdua pisah kamar. Dan seperti yang kamu bilang, aku berusaha menggodanya dan membiarkan dia menyentuhku.” “Bagaimana responsnya?”

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   30. Perselisihan Dimulai

    Usai pembicaraan tentang warisan. Seluruh perusahaan dimenangkan oleh Leon karena berasal dari istri pertama. Memang sikap Erlan tidak pernah adil dia dapatkan. Tapi sikap Erland pada Leon kali ini berbeda sekali dan bisa berpihak padanya. Dia pun akhirnya mengerti kenapa selama ini dia berjuang mati-matian untuk perusahaan yang akhirnya bisa dia dapatkan juga. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh Erland barusan. Bahwa apa pun yang keluar dari rekeningnya Erland pasti akan diawasi juga oleh orang perusahaannya Leon. Karena sudah masuk ke warisan yang menyeluruh. Kafe yang dibuat oleh Regan itu juga hasil dari keuntungan perusahaan yang kemudian diberikan oleh papanya untuk Regan. “Regan, kalau kamu siap untuk menikah. Papa harap bisa mencarikan kamu istri seperti istrinya kakak kamu.” “Aku sudah punya kandidat sendiri, Pa.” Dia membenci Regan sekaligus melihat adinya mencari pembelaan pada Regan kali ini. Tapi sayangnya tidak mendapatkan itu semua. Regan tidak dapat dibela oleh

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   29. Warisan

    “Tuan, ada makan malam bersama keluarga,” baru saja Leon melepaskan jasnya. Dia baru saja tiba di kantor setelah rapat di luar. Lalu sekretarisnya mengatakan itu kepadanya. “Sama papa?” “Benar, Tuan. Ada adik Anda juga.” Leon berhenti sejenak setelah mendengar ucapan serketarisnya kalau Regan hadir di makan malam mereka nanti. “Oke, konfirmasi ke papa kalau aku akan datang.” “Baik,” ucap sekretarisnya. Tidak biasanya kalau sampai Leon datang ke acara makan malam dan juga dihadiri oleh Regan sendiri. Orang yang sudah sejak lama sekali membuat hatinya kesal. Karena merasa bahwa adiknya itu tidak berguna sama sekali. Pekerjaan yang diselesaikan oleh Leon lebih awal dari biasanya. Dia menutup berkas yang baru saja selesai dibacanya dan sudah memberika tanda di sana, ada beberapa hal yang perlu direvisi oleh bawahannya. Leon mengambil jasnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Mencoba menghubungi Maudy dan memberitahukan istrinya bahwa dia akan pulang lebih larut malam ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status