Share

Bab 2. Hancur

Penulis: Dian Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-03 18:04:15

"Ugh!"

Silau cahaya dan suara kendaraan membuat Delia terbangun. Ia melirik sekitar dan menemukan dirinya di kursi besi. "Ya Tuhan, jadi semalam aku tidur di sini?"

Semalam, ia berbohong pada Andrew dan mengatakan bahwa Rafael memperlakukannya dengan baik. Tak mungkin bukan ia mengatakan bahwa terusir dari kamar pengantinnya sendiri, kan? Bisa-bisa, keluarga besarnya akan ribut.

Delia menghela nafas berat. Diputuskannya kembali ke hotel.

Ia akan mengambil beberapa barang lalu pulang ke rumah orang tuanya.

Toh, tidak ada gunanya bagi Delia untuk tetap di sana. Lebih baik, perempuan itu bekerja.

Namun, ketika Delia tiba di pintu kamar bernomor 107 itu, ia justru terdiam.

Berulang kali, dia menarik nafas–menguatkan diri sebelum membuka pintu dengan sangat pelan.

"Kau dari mana saja?" sinis Rafael dengan wajah mengantuk. Pria itu bahkan masih bertelanjang dada.

Delia tertegun. Tanpa sadar, matanya memperhatikan kondisi kamar hotel yang sangatlah berantakan. Terdapat banyak botol minum di area ruang tamu. Lalu, Gladis–kekasih suaminya itu–tampak tidur dengan nyenyak yang seharusnya ditempati Delia.

“Hei!” bentak suaminya mendadak, “apa kau sekarang benar-benar tuli, ya?”

"Aku dari lobi hotel," ucap Delia.

“Lalu?”

Diabaikannya pertanyaan Rafael dan justru mengepak barang-barangnya di kamar itu.

“Hei!” bentak suaminya itu. Rafael bahkan mencekal tangan Delia.

“Maaf, Raf. Tapi, aku ingin pulang.”

"Pulang? Memang, siapa yang menyuruhmu pergi dari sini?" Cengkeraman Rafael semakin kuat, hingga membuat Delia meringis perih.

"Lepaskan, Raf! Aku harus pergi ke kantor hari ini," ucap perempuan itu.

Wajah Rafael mengeras, ia semakin murka mendengar jawaban Delia. "Oh, kau ingin ke sana dan menceritakan perlakuanku kepada sepupumu?"

"Dasar manja!" Rafael mendorong Delia pelan.

Namun, karena tak ada tenaga, perempuan itu justru terjatuh.

Hampir saja, tangannya jatuh mengenai botol kaca yang berserakan di sana.

Delia menahan pedih di hati.

"Bahkan, aku tidak berpikir seperti itu, Raf," ucap Delia membela diri.

"Halah! Memangnya aku percaya dengan mulutmu itu! Kau itu licik!"

Delia tak menjawab, kepalanya tiba-tiba terasa pening.

Namun, ia meredamnya dengan menutup mata sekejap.

Sayangnya, sakit di kepalanya itu semakin terasa menyerangnya.

Rafael lagi-lagi tak menyadari itu. Pria itu justru semakin kejam memperlakukan Delia. "Aku tidak mau tahu, kau harus membersihkan tempat ini, hingga bersih!" geramnya.

“Bukankah ada cleaning service, Raf?” tanya Delia susah payah sembari menahan diri agar tidak ambruk.

Rafael tampak melipat tangannya di dada lalu melihat Delia sinis. "Aku mau kau yang merapikannya.”

“Delia, ini kan yang kau mau? Melayaniku sebagai istri,” lanjutnya, “tapi, tenang saja. Aku tidak akan membiarkanmu bahagia setelah kau merenggut nyawa Renata. Bersiaplah di neraka yang kubuat."

Rafael lalu kembali ke ranjang yang saat ini masih ditiduri Gladis—meninggalkan Delia yang susah payah berdiri.

Perempuan itu seketika sadar bahwa perutnya kosong sejak semalam.

Tertatih, ia mencari apapun di kamar hotel yang bisa ia makan.

Seingatnya, semalam ia membawa brownies pandan dari acara pesta.

‘Semoga masih ada,’ harap Delia dalam hati.

Untungnya, ada satu slice kue yang tersisa. Ia pun menarik kedua ujung sudut bibirnya dan memakan kue itu untuk mengganjal perutnya.

Belum genap 24 jam Delia menjadi istri Rafael, tetapi pria itu terus menyiksanya. Entah bagaimana neraka yang pria itu janjikan?

"Buatkan aku sarapan!"

Suara arogan wanita membuat Delia mendongak.

‘Kekasih Rafael’ itu tampak menatapnya tak suka.

"Tanganmu masih lengkap, buatlah sendiri," sahut Delia–kembali menikmati brownies pandannya, “atau … kau bisa pesan ke bawah. Kau punya uang, kan?

Wanita yang menggunakan baju transparan dan sangat minim itu tampak kesal. "Kau berani padaku!" teriaknya.

"Huh?" Delia mengangkat sebelah alisnya bingung dengan pernyataan wanita tersebut, “memangnya, kau siapa sampai membuatku takut?"

Jika Rafael yang menyuruhnya, mungkin Delia akan menuruti. Pria itu adalah suaminya.

Tapi, siapa perempuan ini?

"Dasar wanita pembunuh!" maki Gladis mendadak.

Reflek Delia menggebrak meja. "Tutup mulutmu!"

"Kenapa? Kau memang pembunuh! Semua orang membencimu karena kau seorang pembunuh!"

Tangan Delia bergetar.

Hampir saja tubuhnya oleng kalau ia tidak sigap berpegangan pada sisi meja.

Dadanya berdegup kencang, bayangan orang-orang yang menghakiminya berkeliaran di kepala wanita itu.

"Ada apa, Sayang?"

Delia mendengar Rafael datang, tapi ia tidak peduli.

Kepalanya semakin terasa pening bahkan kini pandangannya mengabur.

"Lihatlah istrimu itu! Berani-beraninya, dia membentakku!" ucap Gladis dengan mencebikkan bibir kesal, “padahal, aku hanya minta tolong untuk dibuatkan sarapan olehnya. Kau tahu aku punya maag, kan?”

"Delia!" Suara Rafael tak kalah tinggi dari suara kekasihnya tadi. “Apa susahnya sih menuruti permintaan Gladis? Apa kau tak pernah berubah?”

“Tapi, Raf–”

Rafael tidak mempedulikannya. Ia justru melihat sekeliling dan menemukan tempat itu masih kotor. "Cepat bereskan kamar ini dan lakukan apa yang diinginkan Gladis!"

Setelah itu, dia meninggalkan Delia dengan menggandeng Gladis.

"Dia hanya beruntung tidak dipenjara," ucap Gladis kencang supaya Delia masih bisa mendengarnya.

"Ya, kamu benar," sindir Rafael, “jika bukan karena keluarganya yang kaya itu, dia pasti sudah membusuk bersama para penjahat di sana.”

Tangan Delia gemetar.

Ia meneteskan air mata setelah punggung dua orang itu berjalan menjauhinya.

Dengan sempoyongan, Delia mencari sesuatu alat yang bisa menyelamatkan keadaannya, hingga akhirnya ia melihat sebuah pisau buah yang berada di dalam keranjang buah.

Segera, Delia mengambilnya dan buru-buru menggoreskan ke tangannya.

Seketika darah mengalir cukup banyak dan Delia merasa tenang.

Sudah lama kebiasaannya ini tidak kambuh. Namun, kembali lagi semenjak bertemu Rafael.

Mungkin, ayah dan ibunya mengira hidup Delia jauh lebih baik bersama Rafael.

Nyatanya, hidup bersama Rafael jauh merusak mental Delia.

"Andai kalian tau siapa yang kembali membuatku ingin menyakiti diri, apa kalian tetap memaksa aku untuk menikah dengannya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bertemu Gisella

    Sorenya Anna mengajak Gerald pergi bertemu Gisela. "Anna!" Gisela melambaikan tangannya saat melihat Anna sedang mengandeng bocah laki-laki. Anna langsung berjalan menghampirinya, "Apa sudah lama?" Gisela menggeleng, "Tidak. Baru saja aku sampai." Ia melirik Gerald, "Apakah dia Gerald anakmu?" Anna mengangguk antusias, "Ya dia Gerlad." "Gerald kenalkan ini adalah Aunty Gisela, yang nanti akan mengajar Gerald di sekolah," ujar Anna mengenalkan Gisela kepada Gerald. Gerald mengulurkan tangannya, "Gerald Aunty." Gisela menerima uluran tangan Gerald, "Halo Gerald." Kemudian ia mengusap pucuk kepala Gerald. "Sepertinya Gerald tidak nyaman," bisik Gisela. "Iya Gerald belum terbiasa di tempat ramai seperti ini Gis," "Pesankan Gerald makanan An, aku kasian melihatnya," Gerald memang tidak pernah pergi ke tempat seperti ini, jadi ia tidak terbiasa dengan banyak orang. Biasanya Gerald hanya diam seorang diri di kamar sempit nan gelap itu, "Tenang Sayang, ada mommy di

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 12. Delia Kembali?

    Delia terkapar di dalam kamar mandi yang penuh darah, setelah pagi tadi ia mendapat tamparan dan jambakan dari Rafael. Karena laki-laki itu tidak terima ketika Delia menceritakan bahwa dirinya telah dipermainkan oleh mendiang Renata. Delia menceritakan bahwa sebenarnya Renata tidak mencintai Rafael, diam-diam gadis itu menjalin hubungan di belakang Rafael dengan Tristan -seorang kapten basket di sekolahnya dulu. Terpaksa ia membuka rahasia yang selama ini Delia pendam, saat jam istirahat Delia hendak pergi ke uks dan tidak sengaja ia melihat Renata sedang berciuman dengan Tristan. Delia kaget hingga menjatuhkan buku dan bolpoinnya. Mendengar itu Renata dan Rafael menyudahi aktifitasnya, kemudian Renata mengajak Delia keluar area sekolah. Renata mengancam Delia bahkan hendak mendorong Delia ke tengah jalan raya, tapi karena Delia mundur alhasil Renata yang jatuh dan tertabrak mobil dari arah belakang hingga menyebabkan wanita itu tewas. Namun kejujuran yang Delia ucapkan tidak membu

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 11. Aku Sudah Gila

    Rafael mengangkat sebelah sudut bibirnya ke atas, "Jadi begitu kelakuanmu di belakangku?" Delia tak mengerti maksud Rafael, wajah pria itu berubah menjadi dingin padahal tadi di depan Andrew dan Bara seolah-olah dia suami terbaik untuk Delia. Bahkan Rafael juga sempat menggandeng tangan Delia saat mereka pamit untuk pulang lebih dulu, sampai-sampai Andrew percaya bahwa kehidupan Delia bersama Rafael adalah kehidupan yang diinginkan semua orang. Hidup bahagia dan saling mencintai."Maaf aku sempat meragukan Rafael," bisik Andrew ketika Delia hendak berdiri tadi. Yang hanya Delia respon dengan senyuman tipis. Andrew tidak tau saja liciknya Rafael seperti apa, itu hanya topeng. Sekarang semua orang percaya bahwa Delia merupakan wanita terbahagia sejak menjadi istri Rafael. Baiklah, Delia akan mengikuti semua permainan Rafael. Delia yakin jika sesuatu hal diawali dengan keburukan, maka hal itu tidak akan bertahan lama. Percayalah."Wanita murahan!" desisnya tajam.Tidak ada jawaban dari

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 10. Curiga Andrew

    "Del, apa semua baik-baik saja?" Tanya Andrew tiba-tiba. "Pernikahanmu berjalan semestinya 'kan?" Terdengar dari suaranya, Andrew sangat cemas pada Delia. Delia mengangguk, ia menarik sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah lengkungan, "Semua baik. Jangan khawatir.""Kalau semuanya baik, tidak mungkin kau memintaku menjemput. Apalagi kau terlihat sangat panik tadi,"Astaga ternyata Andrew seintens itu mengawasinya. Ia harus lebih pintar menyembunyikan apa yang terjadi sebenarnya. Delia hanya tidak ingin keluarganya kepikiran mengenai hidupnya bersama Rafael, ya meski sebenarnya Delia sudah mulai ingin menyerah.Ia kembali mencoba fokus mengecek dokumen-dokumen yang harus Andrew tanda tangani. Sebisa mungkin ia harus seperti Delia yang di kenal Andrew sebelum menikah dengan Rafael.Hampir saja dia lupa menutupi tangannya yang banyak goresan baru di sana. Buru-buru Delia menarik lengan kemejanya yang sedikit tersingkap. Namun rupanya Andrew tidak mengawasi sampai ke sana, membuat Delia

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 9. Delia Yang Malang

    Pemandangan Delia yang selalu tampak saat berada di apartemen adalah melihat suaminya dan selingkuhannya bermesraan. Mereka tidak memiliki rasa malu melakukan hal menjijikan di depan Delia. Seperti sekarang ini, mereka sedang menonton film di ruang tengah sambil berpelukan, sesekali mereka berciuman sangat mesra di sana. Delia saja jijik melihatnya, ia terpaksa ada di sana sebab Rafael memintanya membuatkan makanan dan menyiapkan beberapa snack untuk mereka berdua. Delia menyadari bahwa di sana, dirinya tidak lebih dari seorang pembantu. Entah sampai kapan semuanya akan berakhir."Aku harus menyelesaikan semuanya," kata Delia lirih. Ia muak harus mendengar apa yang seharusnya tidak ia dengar.Tak butuh waktu lama dapur kembali bersih, Delia bergegas pergi ke kamarnya. Ia sudah tidak sabar untuk tidur, karena besok Delia harus bangun pagi. Aktivitasnya masih sama seperti hari-hari kemarin, membersihkan seluruh seluk beluk apartemen dan setelah itu ia akan kembali pergi ke kantor.Delia

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 8. Kapan Mati?

    Selang satu minggu setelah perdebatan mereka terakhir, Delia jauh lebih banyak diam. Ia tak lagi menjawab Rafael dengan suaranya yang terdengar rapuh. Entah apa yang akan Delia rencakan, yang pasti sekarang wanita tersebut memilih diam."Delia! Cepat kau bukakan pintu untuk Gladis!" teriakan menggelegar dari Rafael membuat Delia yang berada di dalam kamar langsung berdiri dan tanpa membantah membukakan pintu apartemen, sesuai perintahnya.Bukannya senang, Rafael malah sedikit kesal dengan kepatuhan Delia. Yang dia harapkan, Delia menderita, hancur sehancur-hancurnya agar dia merasa puas membalaskan dendam Renata. Hingga Rafael terbesit hendak menyiksanya semakin kejam."Hai Delia," sapanya dengan wajah ketus.Delia hanya menaikkan sebelah alisnya, lucu saja menurutnya. Bagaimana bisa seorang selingkuhan memandang hina istri sah? Ya, meskipun Delia tau Rafael tidak akan pernah sudi menganggapnya seorang istri."Ingat! Di sini kau hanya seekor anjing malang yang harus patuh pada majikanm

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status