Share

Bab 6. Korban

Author: Dian Alfina
last update Last Updated: 2023-08-23 11:22:25

Rafael yang menjamah tubuh Gladis seketika menghentikan aksinya, gara-gara Delia yang merusak momen bersama Gladis membuat Renata hadir dalam ingatannya. Ia menjambak kasar rambutnya kala mengingat kondisi Renata yang tergeletak berlumuran darah.

"Sayang kau akan pergi ke mana? Apa kau tidak ingin meneruskan permainan kita? Ayolah aku sudah tidak sabar," ucap Galdis yang ditinggal Rafael begitu saja. "Sialan! Apa karena wanita pembunuh itu Rafael meninggalkanku?" kesal Gladis sambil menarik selimutnya agar menutupi tubuh polosnya.

Rafael langsung mengendarai mobilnya seperti kesetanan. Untung sudah malam dan jalanan tidak terlalu ramai jadi ia bisa bebas menyalip kanan kiri.

Mobil berhenti di depan sebuah gedung perkantoran, di mana gedung tersebut adalah gedung Rafael bekerja. Ya, gedung yang sebentar lagi jatuh ke tangannya. Ia buru-buru masuk ke dalam.

Ruangan yang terletak di lantai paling atas merupakan satu-satunya tempat yang ingin Rafael kunjungi. Pintu terbuka otomatis kemudian ia memukul tembok dengan keras, hingga membuat kubu-kubu tangannya memerah, "Sialan!" teriaknya sekeras mungkin.

"Perempuan itu membuat kepalaku pecah!" pekik Rafael. Ia menatap pigura yang sengaja Rafael taruh di atas meja kerjanya, itu adalah potret Renata dan juga Rafael sebelum kecelakaan itu menimpa kekasihnya.

"Hingga hari ini aku belum bisa memaafkan dia Sayang," beo Rafael.

Kematian Renata baginya adalah salah Delia. Kemarahannya semakin menjadi ketika Delia tidak ditahan, padahal jelas-jelas Delia yang ada di tempat kejadian. Bahkan ia bersumpah ingin menjebloskan Delia dengan tangannya sendiri, jika orang-orang tidak ingin Delia masuk ke jeruji besi itu.

Rafael menyeringai, mungkin inilah saatnya. Ia akan membalaskan dendam Renata kepada Delia. "Lihat saja permainanku akan jauh menyakitkan!" ujar Rafael.

Ia mengusap foto Renata, mungkin jika gadis itu hidup Rafael akan menikahinya. Sampai sekarang rasa cinta kepada Renata tak pernah setitik pun pudar meski Renata tak lagi ada, Rafael tetap mencintainya.

"Tenang Sayang, dia akan mendapat balasan yang setimpal. Tidak adil rasanya jika tujuh tahun dia hidup dengan bahagia sedangkan nyawamu hilang ditangannya,"

Sampai detik ini Rafael masih mencintai Renata, terkadang ia malah berharap wanita yang telah pergi tujuh tahun lalu kembali hadir dalam hidupnya. Perihal Gladis, wanita itu sengaja Rafael jadikan kekasih hanya untuk bersenang-senang, juga sebagai alat untuk menghancurkan Delia.

Sedangkan di tempat lain, Delia tengah duduk di depan jendela kamar dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia bisa pulang setelah satu jam menangis seperti wanita gila di tepi jalan, mungkin jika tidak ada satpam setempat yang membantunya entahlah dia tidak tau bagaimana keadannya sekarang.

Mie instan yang tadi ia beli sudah tak tau Delia letakkan di mana. Mood makannya sudah tidak ada. Kini ada satu lagi koleksi luka Delia, kali ini ia melakukannya hingga tiga kali. Tak ada lagi tangisan meraung-raung, ia cukup bisa mengontrol dirinya setelah membuat luka yang kesekian kalinya.

Delia menatap nanar ke arah jendela, rambutnya kusut dan tidak ada kegiatan yang ia lakukan selain duduk merenung. Mungkin besok ia akan pergi ke Dokter Rania, dokter yang biasa menangani Delia. Sudah lama ia tidak mengonsumsi obat, namun kali ini jika ia biarkan semakin lama Delia takut akan semakin parah.

Rafael tak pernah tau setelah kejadian tujuh tahun yang lalu, Delia pernah lebih parah dari malam ini. Beberapa kali Delia mencoba bunuh diri untungnya selalu digagalkan oleh kedua orang tuanya. Rafael tidak pernah tau sehancur apa mentalnya atas tuduhan yang tidak pernah Delia lakukan. Ia juga tidak tau sebesar apa usaha Delia untuk menghilangkan traumanya.

Renata meninggal murni karena kecelakaan. Memang saat itu Delia ingin menolongnya tapi telat, karena mobil dengan kecepatan tinggi itu menubruk tubuh Renata dalam sekejab. Andaikan Delia bisa menggantikan Renata saat itu, pasti Delia gantikan. Terlebih Renata adalah sosok yang sangat Rafael cintai.

Delia kembali meneteskan air mata mengingat kejadian tersebut. Di mana sejak saat itu, semua orang menuduhnya pembunuh. Tidak ada yang percaya dengan kejadian asli yang ia ceritakan. Untung saja Delia tidak dipenjara karena memang itu bukan salahnya.

Setelah penyelidikan, polisi yang menangani kasus Renata menetapkan bahwa kematian Renata karena murni kecelakaan, tidak ada sangkut pautnya Delia. Gadis itu hanya menjadi saksi. Tetapi Rafael yang keras kepala itu tak percaya, bahkan banyak orang yang tidak percaya. Mereka menyakini bahwa Delia lah pembunuhnya. Seperti tuduhan-tuduhannya, Rafael beranggapan bahwa Delia membayar polisi-polisi tersebut untuk mengarang cerita.

Delia di mata Rafael sangatlah rendah, hal baik yang dia lakukan tidak pernah pria itu lihat.

"Dan sekarang aku sudah menjadi istrinya?" lirih Delia seolah tak percaya sembari menatap langit yang gelap, tidak ada bintang yang bersinar membuat hawa malam ini terasa lebih sunyi.

Bisa dibayangkan setiap kata yang keluar dari mulut Rafael hanyalah kebencian, "Apa aku mati saja?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 15. Kesempatan Kedua

    Delia belum sepenuhnya mencerna apa yang terjadi dalam hidupnya, terlebih dengan keadaannya sekarang. Ia kembali di waktu kala dirinya duduk di bangku sekolah.Atau semua kejadian memilukan itu hanyalah mimpi semata? Tapi kenapa ia merasa sangat lama dan nyata, jika benar itu mimpi. Dengan sedikit linglung, ia turun ke bawah. Seketika langkahnya terhenti ketika mendapati sang kakak, turut bergabung di meja makan bersama kedua orang tuanya. Pemandangan yang sangat Delia rindukan."Kakak di sini?" beonya, tanpa sadar air matanya menetes.Hal tersebut membuat ketiga orang yang tengah menunggunya untuk sarapan melongo. Mereka dibuat bingung dengan Delia.Buru-buru ia menghampiri Delina, -sang kakak kemudian memeluknya erat. "Maafin aku ya kak," ujarnya sambil tergugu.Delina cukup kaget dengan tingkah Delia, sontak ia menarik Delia untuk melepaskan pelukannya, "Dek lepasin dong. Aku lapar, kamu apa-apain sih?"Kejadian naas saat sang kakak terpental dari motor masih membekas di kepala D

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 14. Apa Ini?

    Delia terkapar di dalam kamar mandi yang penuh darah, setelah pagi tadi ia mendapat tamparan dan jambakan dari Rafael. Karena laki-laki itu tidak terima ketika Delia menceritakan bahwa dirinya telah dipermainkan oleh mendiang Renata. Delia menceritakan bahwa sebenarnya Renata tidak mencintai Rafael, diam-diam gadis itu menjalin hubungan di belakang Rafael dengan Tristan -seorang kapten basket di sekolahnya dulu.Terpaksa ia membuka rahasia yang selama ini Delia pendam, saat jam istirahat Delia hendak pergi ke uks dan tidak sengaja ia melihat Renata sedang berciuman dengan Tristan. Delia kaget hingga menjatuhkan buku dan bolpoinnya. Mendengar itu Renata dan Rafael menyudahi aktifitasnya, kemudian Renata mengajak Delia keluar area sekolah. Renata mengancam Delia bahkan hendak mendorong Delia ke tengah jalan raya, tapi karena Delia mundur alhasil Renata yang jatuh dan tertabrak mobil dari arah belakang hingga menyebabkan wanita itu tewas.Namun kejujuran yang Delia ucapkan tidak membuat

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 13. Nasib Buruk

    Delia tidak menjawab, ia lelah. Kepalanya juga kembali pusing. Dia menyesal karena terlambat mengetahui niat jahat Rafael. Nasi sudah menjadi bubur, mau tidak mau Delia harus menjalani nasib buruk yang entah dia sendiri tidak tau kapan akan berakhir. Delia juga bingung, menderita yang bagaimana yang pria itu mau agar puas. Delia tidak akan tinggal diam, ia tetap akan melawan Rafael. Setidaknya meskipun dirinya tertatih melawan semua gemuruh di kepalanya, ia masih memiliki rasa ingin menjadi Delia dengan pribadi yang menyenangkan. Dulu ia hanya salah menjatuhkan hatinya pada iblis berwujud manusia dan berakhir seperti ini. Tetapi penyesalan itu tetaplah pernyesalan, tidak akan mengubah apapun dalam hidup Delia. Dalam benaknya ia tetap bertekad bahwa besok dirinya akan tetap bekerja. Apapun resikonya Delia tidak peduli, ia tau apa yang akan dilakukannya itu pasti menimbulkan amarah Rafael yang memuncak. Tapi biarlah, itulah tujuan Delia. Jika seandainya pun Rafael akan membunuhn

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 12. Topeng

    "Aku baik-baik saja, keluarlah aku ingin tidur," usir Delia. "Sialan kau memang Del, percuma saja aku mengkhawatirkanmu! Jadi khawatirkan dirimu saja sendiri sana!" Delia menyahut hanya dengan gumaman. "Tidak ada harga dirinya CEO di sini," cerocos Andrew lalu mengikuti perintah Delia. Andrew tidak benar-benar marah Delia, begitulah cara interaksi antara keduanya. Sebenarnya Andrew merasa ada kejanggalan pada Delia, sejak kapan wanita itu betah berada di kantor? Ia paling senang jika pulang lebih awal, tapi sekarang? "Lama-lama kepalaku pecah memikirkan Delia," monolog Andrew seraya turun ke bawah. Andrew tidak pulang ia akan menunggu Delia di coffe shop bawah. *** Pukul sembilan tepat Delia turun dengan wajah yang jauh lebih segar, tidur selama empat jam tanpa gangguan membuat semua energinya kembali penuh. Ia siap berperang dengan pikiran-pikiran jahatnya yang sering menyuruhnya untuk bunuh diri. Drt... Drt... Ponsel Delia bergetar membuyarkan lamunannya, dengan seg

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 11. Curiga Andrew

    "Del, apa semua baik-baik saja?" Tanya Andrew tiba-tiba. "Pernikahanmu berjalan semestinya 'kan?" Terdengar dari suaranya, Andrew sangat cemas pada Delia. Delia mengangguk, ia menarik sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah lengkungan, "Semua baik. Jangan khawatir." "Kalau semuanya baik, tidak mungkin kau memintaku menjemput. Apalagi kau terlihat sangat panik tadi," Astaga ternyata Andrew seintens itu mengawasinya. Ia harus lebih pintar menyembunyikan apa yang terjadi sebenarnya. Delia hanya tidak ingin keluarganya kepikiran mengenai hidupnya bersama Rafael, ya meski sebenarnya Delia sudah mulai ingin menyerah. Ia kembali mencoba fokus mengecek dokumen-dokumen yang harus Andrew tanda tangani. Sebisa mungkin ia harus seperti Delia yang di kenal Andrew sebelum menikah dengan Rafael. Hampir saja dia lupa menutupi tangannya yang banyak goresan baru di sana. Buru-buru Delia menarik lengan kemejanya yang sedikit tersingkap. Namun rupanya Andrew tidak mengawasi sampai ke sana, memb

  • Pernikahan Tak Diharapkan   Bab 10. Delia Yang Malang

    Pemandangan Delia yang selalu tampak saat berada di apartemen adalah melihat suaminya dan selingkuhannya bermesraan. Mereka tidak memiliki rasa malu melakukan hal menjijikan di depan Delia. Seperti sekarang ini, mereka sedang menonton film di ruang tengah sambil berpelukan, sesekali mereka berciuman sangat mesra di sana. Delia saja jijik melihatnya, ia terpaksa ada di sana sebab Rafael memintanya membuatkan makanan dan menyiapkan beberapa snack untuk mereka berdua. Delia menyadari bahwa di sana, dirinya tidak lebih dari seorang pembantu. Entah sampai kapan semuanya akan berakhir. "Aku harus menyelesaikan semuanya," kata Delia lirih. Ia muak harus mendengar apa yang seharusnya tidak ia dengar. Tak butuh waktu lama dapur kembali bersih, Delia bergegas pergi ke kamarnya. Ia sudah tidak sabar untuk tidur, karena besok Delia harus bangun pagi. Aktivitasnya masih sama seperti hari-hari kemarin, membersihkan seluruh seluk beluk apartemen dan setelah itu ia akan kembali pergi ke kantor.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status