Christa duduk menatap pemandangan di atasnya, bukan di hadapannya karena yang ada di hadapannya hanyalah dinding batu yang mengelilingi tempatnya sekarang. Hanya dari atas dia bisa melihat beberapa pepohonan yang sepertinya rindang, angin juga bertiup dari atas membuat tempat ini tidak begitu bagus sirkulasi udaranya.Pakaiannya masih separuh basah karena dia memainkan air itu dengan kakinya. Sepertinya hanya disini dia bisa menikmati waktu dan juga menikmati suasana tanpa ada rasa takut walau hanya dia sendiri yang ada di sana."Tempat ini bahkan jauh lebih buruk daripada rumah Ayah, padahal mereka sama-sama mafia. Hidup Hafens ternyata jauh lebih suram dan gelap dibandingkan dengan hidup ayah dan ibuku. Di sini tidak ada hal yang menarik, sepertinya dia benar-benar tidak tahu bagaimana cara menikmati kehidupan." Christa bergumam sambil memainkan air yang ada di hadapannya.Di bawah sana terasa arus air yang bergerak pelan dan itu menandakan kalau airnya memang terhubung dengan kolam
Tanpa ada rasa peduli atau sakit hati, Christa kembali ke kamarnya dan mengambil pakaian dari lemari untuk mengganti pakaian yang sudah basah saat ini. Dia membasuh tubuhnya di kamar mandi lalu berbaring di atas ranjang dengan sangat tenang. Hafens tidak akan masuk ke kamarnya karena dia baru saja tertembak jadi dia bisa tidur dengan tenang malam ini tanpa ada rasa takut pria itu akan datang dan melakukan hubungan suami istri dengan kasar padanya."Dia benar-benar tidak memiliki kebaikan bahkan dengan dokternya sekalipun. Dengan dokternya saja dia tidak memiliki kebaikan apapun, dengan pelayannya yang tersedia melayaninya saja dia tidak memiliki belas kasihan. Apalagi denganku yang hanya anak pembunuh orang tuanya. Pantas saja sikapnya sangat mengerikan kalau berhadapan denganku." Christa menghela napas ketika dia melihat bagaimana perlakuan Hafens saat membentak dokter pria itu tadi.Padahal pria itu sudah membantunya dalam mengobati luka tembak yang dia alami. Itu artinya dokter itu
Lelah, lemah dan tak bertenaga. Itu adalah kata-kata yang bisa dideskripsikan oleh Christa ketika dia membuka matanya yang terasa berat. Dia memegang kepalanya dengan yang terasa sakit lalu memegang dadanya saat dia merasa ingin muntah."Hoek!" Christa bangkit, menatap infus ditangannya dan langsung mencabutnya begitu saja.Membawa tubuhnya lemah dia berjalan cepat ke arah kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya yang bergelombang. Dia tampak memegang dadanya yang sakit, lalu memejamkan matanya dan menahan sakit."Kenapa denganku? Kenapa aku selalu merasa ingin muntah?" tanyanya dalam hatinya.Setelah merasa lebih baik, Christa memegang perutnya yang masih terasa di lilit. Dia sudah mengalami semua yang terjadi disini dan segala kesulitan. Duduk di atas kursi, dia memejamkan matanya dan merasa mulutnya begitu pahit. Dia tiba-tiba sangat ingin memakan buah mangga yang asam."Ssstt, kenapa aku malah ingin makan mangga seperti itu disini." Christa mendesah lemah lalu memegang perutnya ya
Hafens melangkah memasuki pasar dan mendapatkan sorotan dari banyak orang yang ada di sana. Dia memang menguasai pasar dan segala hal yang menjadi usaha utama di klan ini, makanya dia menjadi pemimpinnya karena dia yang paling kuat.Kedatangannya membuat pasar yang semula berisik dan heboh kini diam dengan senyap. Tatapan Hafens yang datar dan tajam membuat siapapun tidak berani mendekatinya. Sementara anak buah pria itu sudah bersiaga dan berjaga di belakangnya dan depannya."Kita ke toko buah saja." Dave mengangguk mendengar perintah itu, dia tampak berjalan lebih dulu dan membawa tuannya itu pergi ke arah yang diminta. Dia lumayan sering datang ke pasar ini untuk meninjau dan segala hal yang bisa dia lakukan, makanya sekarang dia bisa tahu di mana toko buah-buahan yang diminta oleh majikannya. "Apapun itu aku bahkan sangat tidak percaya kalau Hafens berada disini sekarang dan menjadi seorang suami yang membeli sesuatu di pasar." Gerson berkata dalam hatinya tapi dia tidak berani
Christa merasa lebih segar saat sudah menjelang siang. Hafens masih memandanginya dengan tatapan serius ketika dia baru bangkit dari atas ranjangnya.Haus, Christa mengambil minum di sisi nakas lalu meneguknya pelan. Dia sudah merasa lebih baik walau masih agak lemas, hingga dia akhirnya menatap wajah Hafens yang menatapnya dengan tatapan datar."Kau tidak melakukan sesuatu? Sejak tadi kau ada disini," ucap Christa pelan lalu berjalan ke arah Hafens yang diam saja.Pria itu memalingkan wajahnya dan menatap ke arah lain sebab dia malas untuk bicara. Dia hanya sedang memastikan kalau Christa baik-baik saja makanya sekarang dia masih ada disini dan enggan untuk pergi kemanapun.Melihat Hafens yang tak mau bicara apapun, Christa menatap ke arah meja dan melihat mangga muda miliknya masih ada di sana. Dia tersenyum, berjalan pelan ke meja dan mengambil sebuah mangga dengan pisau. Hafens hanya bisa diam saja memperhatikan itu, dia bergerak mendekat dan melihat Christa yang sudah mulai membu
Christa dibawa pergi oleh Hafens setelah dia menghabiskan mangganya. Beberapa pelayan membawakan pakaiannya di dalam koper serta beberapa keperluan yang dia punya di dalam kamar ruangan batu itu.Hafens berjalan di depannya dan itu membuat Christa berjalan perlahan-lahan karena tubuhnya yang masih melemah dan belum sebugar kemarin. Dia masih merasa sangat lemah tapi dia masih bisa berjalan karena penasaran akan dibawa kemana dia."Aku tidak peduli dia akan membawaku ke mana yang pasti tidak terputus makanan selama di sana atau aku akan mati. Bahkan kalau dia membawaku tempat yang lebih buruk maka aku juga tidak bisa menolaknya, aku tidak mampu." Christa berkata dalam hatinya seraya menghela napas.Bahkan untuk memikirkan tentang hal yang baik saja dia tidak mampu. Semua itu terasa tidak masuk akal karena bagaimanapun juga dia dalam keadaan yang tidak baik-baik saja saat ini. Sebagai seorang anak musuh yang sangat dibenci oleh Hafens, Christa hanya bisa pasrah selama disini dan dia aka
Setelah menghabiskan waktu yang terasa sangat lama malam itu, Hafens berjalan ke arah kamarnya. Kamarnya hanya berjarak sepuluh meter dari kamar Christa, dia sudah lama tidak menempati rumah ini sehingga ketika wanita itu hamil dia membawanya ke sini agar lebih aman.Bagaimanapun juga dia sudah menahan wanita itu selama dua bulan di sini dan dia baru hamil sekarang. Secara tidak langsung dia harus menjaga kandungan itu dengan baik atau dia akan kehilangan anaknya yang sudah lama dia nantikan.Berbaring di atas ranjangnya, kamarnya yang lebar itu sunyi dan terasa begitu hening. Hafens menatap langit-langit kamar dan diam seperti orang yang tidak memiliki gairah hidup. Semenjak kedua orang tuanya tidak ada maka rumah ini sunyi dan hanya dia sendiri yang menempati karena orang tuanya dulu tinggal bersamanya sebelum tragedi kematian itu.Hari itu, hampir tiga bulan lalu, kedua orang tuanya pamit untuk jalan-jalan keluar dengan beberapa anak buah sementara dia yang juga sibuk ingin pergi k
Hafens menatap wajah Christa lalu menghela napas pelan. Dia tahu dari Gerson tadi kalau ibu hamil juga akan memiliki nafsu makan yang berubah menjadi lebih besar."Hafens, ini bukanlah keinginanku sendiri." Christa berkata dengan wajahnya yang memelas.Dia sudah lemas dan lapar, kalau pria ini memberikan hukuman padanya maka dia akan mati saja. Sungguh!"Panggil kepala pelayan kemari." Hafens berkata datar membuat Christa menghembuskan napasnya dengan lega. "Baik, Tuan."Christa menatap anak buah pria itu yang sudah berjalan pergi, hingga dia bergerak mendekati kulkas dimana apelnya yang jatuh tadi. Dipungutnya buah itu lalu memakannya lagi dan menatap Hafens yang diam saja dengan tatapannya yang masih datar."Tunggu kepala pelayan datang, duduk di kursi ini!" Setelah mengatakan itu, Hafens berbalik pergi meninggalkan Christa yang sama sekali tidak memahami tentang apa yang dia pikirkan. Hanya saja, Christa tahu kalau dia takkan pernah dianggap lebih dari anak musuh, jadi tanpa terb